Manja

370 31 2
                                    

Mata erika perlahan terbuka saat langit sudah menghitam, hujan pun mulai reda hanya menyisakan gerimis yang masih hadir.

Erika tersenyum melihat raka yang memeluknya erat, ia seperti anak kecil yang bersembunyi pada ibunya, dengan perlahan erika menyingkirkan tangan kekar raka dari tubuhnya. Namun pergerakan erika justru membuat raka terbangun, ia mengerjapkan matanya sejenak kemudian menarik tubuh erika lagi.

"Saya mau masak dulu, emangnya kamu nggak laper?" Suara erika halus, ia membelai rambut raka seakan tengah membujuknya untuk menurut.

"Kamu nggak ingin bertanya sesuatu?" Ujar raka masih dalam dekapan erika.

"Tentang apa?" Balas erika yang kebingungan.

"Tentang saya" balas raka setelah mengangkat wajahnya, ia berusaha menatap wanita itu lekat lekat.

"Kamu akan cerita sendiri kalau kamu siap" jawab erika kemudian mengusap rambut raka kembali. "Saya mau masak dulu, laper" lanjut erika yang sudah memilih beranjak dari tempat tidur.

Erika masih berkutat didapur, ia sempat kebingungan saat mendapati kulkas yang minim bahan makanan, hingga akhirnya erika memasak dengan seadanya bahan.

"Kok turun, udah mendingan?" Tanya erika saat ekor matanya melihat raka menuruni tangga menuju dapur. "Saya masak seadanya, soalnya bahan makanan dikulkas tinggal sedikit" imbuh erika lagi.

Raka duduk dimeja makan setelah erika menaruh makanannya. Erika sempat mengecek kening raka sekilas.

"Udah nggak panas, syukurlah" ujar erika kemudian mengambilkan beberapa obat untuk raka minum setelah makan. "Makan pelan pelan, masih panas" lanjut erika memberikan mangkuk sup ayam kentang.

Raka pun menurut, ia mulai memakan makanannya. Sesekali ia melirik erika yang masih sibuk didapur.

"Kamu nggak makan?" Tanya raka.

"Makan, nanti bentar lagi, lagi nanggung" ujar erika. Tak berapa lama ia pun duduk didepan raka dan memakan bagiannya. "Saya udah bikin makanan buat besok, angetin dulu sebelum dimakan" jelas erika.

"Kamu mau kemana?" Tanya raka menatap erika lekat lekat.

"Saya mau pulang, sebelum larut malam" ucap erika sambil merapikan mangkuk yang sudah kosong dengan makanannya.

"Huh?" Suara raka yang seakan merengek pada ibunya. Ia memegang tangan erika berusaha memohon untuk sesuatu.

"Apa lagi?" Tanya erika yang kebingungan.

"Kenapa kamu nggak nginep disini? Nggak baik perempuan kluyuran malam malam" ujar raka berusaha menahan erika.

"Nggak baik perempuan nginep dirumah laki laki yang bukan suaminya" erika membalikan kalimat raka dan langsung membuat raka murung.

"Saya masih sakit" kata raka akhirnya, ia pun menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi, berharap erika percaya padanya.

Erika tersenyum melihat tingkah raka yang manja, ia tak pernah melihat siapapun bersikap demikian padanya.

"Suhu badannya normal" ujar erika mengecek kening raka kembali.

"Bukan itu, tapi ini" sahut raka sambil menunjukan dadanya. Ia pun melepaskan semua kancing bajunya membuat erika memalingkan wajah. "Ini, saya terluka" imbuh raka menunjukan luka lukanya.

Dengan enggan erika melirik apa yang tengah ditunjukan raka, ia pun hanya berani mengintip lewat jari jarinya yang masih berusaha menutupi wajahnya.

Bukan hanya memar yang ada ditubuh raka, bahkan disebelah kiri dadanya ada luka yang masih segar. Erika pun terkejut, ia melupakan rasa malunya kemudian memperhatikan luka luka tersebut.

"Kenapa nggak bilang dari tadi, ini kalo nggak cepet diobati bisa infeksi" seru erika kemudian menghambur mengambil kotak obat. Dengan telaten erika membalut luka raka satu persatu kemudian menutup sebagian tubuh raka dengan perban.

Raka yang merasa diperhatikan pun hanya diam menikmati sentuhan tangan erika ditubuhnya, ia membiarkan erika melakukan apapun pada tubuhya itu.

"Kenapa udah tau sakit tapi nggak kerumah sakit? Huh?" Suara erika ditelinga raka, ia tengah melilit tubuh raka dengan perban hingga seperti tengah memeluk tubuh raka. "Untung masih selamat" imbuh erika kesal.

"Karna saya tau kamu pasti datang dan obatin saya" gumam raka lirih namun masih bisa didengar erika karna posisi mereka yang sangat dekat.

Erika hanya mendengus kesal kearah raka, pria itu benar benar manja melebihi anak kecil. Erika hampir kualahan karna sikapnya itu.

"Jangan kena air dulu, besok kita kerumah sakit untuk ngecek" ujar erika sambil merapikan peralatan p3k. "Langsung istirahat, karna saya mau pulang" lanjut erika kemudian hendak meletakan kembali kotak obat itu.

"Kalo malam malam saya kesakitan gimana?" Suara raka memegangi tangan erika erat.

"Kamu udah besar, kamu tau harus gimana" kata erika membalikan kalimat raka.

"Nggak bisakah kamu tinggal disini semalam saja?" Rengek raka dengan wajah memelas.

Erika hanya bisa mengalah, beberapa kali ia menolak namun raka tetap memintanya untuk tetap tinggal. Ia juga tidak bisa meninggalkan raka begitu saja setelah apa yang raka lakukan padanya.

"Rumah sebesar ini cuma punya satu kamar?" Tanya erika saat mencari cari kamar tidur untuknya.

"Saya hanya tinggal sendiri, untuk apa punya banyak kamar"

"Trus saya tidur dimana?" Tanya erika lagi.

"Disini" jawab raka sambil menepuk tempat tidur disebelahnya.

Erika tak menghiraukannya, ditatapnya tajam kedua mata raka, dia benar benar kekanak kanakan dan manja. Entah apa yang terjadi padanya saat pertarungannya dengan arin tempo hari hingga membuat pria dengan tubuh tinggi besar menjadi sangat manja.

Diambilnya satu bantal dan selimut milik raka, kemudian ia menaruhnya disofa yang menghadap kejendela balkon rumah raka.

"Kamu mau tidur disitu?" Tanya raka. Kursi itu hanya bisa diduduki satu orang, jika dibuat untuk tidur akan sangat tidak nyaman. Karna tak ada jawaban dari erika, raka pun mendekati erika kemudian menggendongnya dengan sekali gerakan.

"Ehh.. apa apaan sih? Turunin.. turunin saya" ronta erika dalam gendongan raka.

"Jangan banyak bergerak, nanti kena luka saya" pinta raka halus.

"Ya makanya turunin" seru erika.

Raka pun menurunkan erika diranjang, kemudian segera memeluknya agar tubuh wanita itu tak dapat pergi.

"Saya sempat minum obat yang mereka berikan, saya bisa menahannya disana, tapi sekarang saya nggak bisa, tolong saya. Setidaknya seperti ini saja sudah cukup" ujar raka pelan sambil terus mengeratkan pelukannya.

Erika kembali terdiam mendengar pengakuan raka, ia tak habis pikir dengan raka, dia melakukan semua yang harusnya tidak ia lakukan, hanya untuk menyelamatkan hidup erika. Erika pun mengarahkan tangannya pada perut dan dada raka, diusapnya pelan hingga air matanya tiba tiba keluar.

"Jangan lakukan lagi, jangan sakiti dirimu sendiri" bisik erika didada raka.

Sweet Brondong (Tamat)Where stories live. Discover now