Tsunade tertawa setelah mendengar penuturan panjang gadis itu. Ia sendiri tak bertanya lebih jauh karena sudah paham siapa pria A dan pria B yang Sakura maksud. Maksudnya- tentu saja ia tau. Untuk pertama kalinya Tsunade berterima kasih kepada mulut besar Ino karena berkatnya, Tsunade tidaklah ketinggalan berita hangat terkait kisah asmara muridnya itu.

"Tsunade-sama, kenapa kau tertawa," gerutu Sakura dengan wajah sebal.

"Ahahaha, maafkan aku, Sakura. Kisah temanmu ini cukup lucu menurutku."

Jawaban dari Tsunade membuat gadis itu tersentak. Seketika ia membatin, apakah kisah asmaranya memang selucu itu? Apakah ini adalah hal yang sangat konyol yang sebenarnya tidak perlu dipertanyakan?

"Dengarkan aku, Sakura."

Sakura menegakkan tubuh, siap menerima segala wejangan dari gurunya tersebut.

"Hati manusia mudah untuk dibolak-balikkan, baik itu oleh keadaan ataupun pemikirannya sendiri. Mereka akan bertahan apabila mereka memiliki keyakinan yang kuat."

"Keyakinan?"

"Aa," sahut Tsunade. Wanita itu memandang sendu gelas kecil yang berisi cairan bening beralkohol di depannya lalu kembali melanjutkan, "Katakan pada temanmu untuk mengikuti kata hatinya, Sakura. Pilih siapa orang yang paling dia yakini mampu membuatnya bahagia. Semua orang berhak mendapatkan cintanya. Namun hanya ada beberapa di antara mereka yang bisa menempati posisi terbaik dalam hatinya."

Jawaban Tsunade membuat Sakura tertegun. Ia setuju dengan perkataan Tsunade. Namun meski demikian, hal itu tetap tidak menjawab pertanyaannya di awal tadi.

"Apa itu artinya perasaan temanku telah berubah? Lalu bagaimana caranya agar dia tau siapa yang terbaik diantara pria A dan B?"

Tsunade kembali tertawa. Entahlah, perumpamaan pria A dan pria B ini sangat menggelikan baginya. Kendati demikian, Tsunade tidak protes. Ia menghargai sikap Sakura yang begitu menjaga privasinya- walau sebenarnya hal itu tidaklah diperlukan.

"Hanya temanmu yang tau jawabannya, Sakura. Saranku, biarkan saja semuanya mengalir. Hingga saat waktunya tiba, temanmu akan tau siapa yang sesungguhnya telah merajai hatinya."

***

Sakura menatap lesu kertas kosong di depannya. Setelah pertemuannya dengan Tsunade, ia singgah ke kantor hokage untuk menanyakan sistematika laporan misi mereka. Biasanya laporan misi tingkat tinggi seperti kemarin cukup dilakukan oleh ketua tim. Namun kalian masih ingat kan siapa ketua tim mereka kemarin? Benar, ia adalah Shikamaru. Lalu dengan mudahnya pemuda berambut nanas itu mengalihkan tugasnya kepada Sakura.

"Kau kan perempuan, dan biasanya perempuan itu rajin. Aku mengandalkanmu, Sakura."

"Sial, memangnya apa hubungan perempuan rajin dengan membuat laporan misi? " gerutu Sakura dengan wajah masam.

Sakura menyingkirkan gulungan di depannya. Kini tangannya mengambil dua buah surat dari Gaara. Gadis itu tergerak untuk membacanya kembali. Mungkin dengan ini, mood nya bisa kembali bangkit setelah dihancurkan berkeping-keping oleh Shikamaru.

"Apa aku harus membalasnya sekarang?"

Ya, ia merasa itu adalah pilihan terbaik. Mungkin dengan menulis surat untuk Gaara bisa membuatnya jadi lebih konsentrasi saat menulis laporan misi nanti.

Entah dimana kolerasinya tapi kita iyakan saja.

Teruntuk
Sabaku no Gaara

Halo, Gaara-kun! Maafkan aku karena terlambat membaca sudah pertamamu. Mungkin elang ini sampai ketika aku sedang menjalankan misi. Sebenarnya itu misi tak terduga, sih. Tadinya Kakashi-sensei memerintahkan kami untuk menyelamatkan Hanabi, adik Hinata. Namun entah bagaimana ceritanya, aku dan yang lain justru sampai ke bulan, hehe.

Kabarku baik, Gaara-kun. Bahkan sangat baik. Lenganku sedikit terluka namun itu bukan masalah. Di misi kali ini, chakra-ku terkuras cukup banyak karena mengobati Naruto. Ia terkena jutsu dari musuh dan membuat hampir seluruh chakra-nya terserap. Sebagai ninja medis, aku langsung menangani hal serius tersebut. Konsekuensi yang kudapatkan adalah chakra-ku yang ikut berkurang karena terus dialihkan kepada Naruto. Namun itu bukan masalah. Setelah beristirahat, tubuhku sudah merasa lebih baik.

Aku senang jika kau baik-baik saja, Gaara-kun. Oh iya, apakah kau terluka ketika meteor-meteor jatuh kemarin? Kakashi-sensei bilang padaku jika kemarin cukup banyak meteor yang jatuh. Apakah Sunagakure baik-baik saja?

Oh iya Gaara-kun. Saat ini, ada gosip hangat di Konoha. Selain pergi ke bulan untuk menyelamatkan Hanabi dan dunia, ternyata Naruto menemukan jodoh di sana. Siapa sangka jika ternyata Naruto menyatakan perasaannya kepada Hinata sewaktu kami menjalankan misi. Aku ikut berbahagia saat mengetahuinya. Aku tau betul jika Hinata telah lama memendam rasa kepada Naruto. Namun kau tau sendiri kan bagaimana bodohnya Naruto itu. Dia sangat tidak peka. Walau begitu aku tetap bersyukur karena pada akhirnya, perasaan Hinata terbalas dan Naruto dapat menemukan cinta sejatinya.

Hinata itu gadis yang sangat baik. Aku bisa menjamin jika Naruto akan bahagia bersama dengannya.

Kupikir, hanya itu yang bisa aku ceritakan padamu, Gaara-kun. Seperti biasa, aku tetap mengingatkanmu untuk menjaga kesehatan. Jangan lupa makan dan istirahat yang cukup. Awas saja jika kau sampai sakit. Aku akan mengomel sampai telingamu berdenging jika kau berani mengabaikan kesehatanmu.

Baiklah, sekian surat dariku. Jaga dirimu baik-baik ya><

Salam
Haruno Sakura.

Gadis bersurai merah muda itu tersenyum tipis menatap tulisan di atas kertas tersebut. Tiba-tiba saja ia memikirkan suatu hal. Mendadak pipinya bertemu merah. Sakura mengulum bibir, merasa ragu untuk merealisasikan keinginannya barusan atau lebih baik tidak usah.

Gadis itu menggeleng. Persetan dengan rasa malu. Seperti kata Tsunade tadi, Sakura harus bisa jujur mengekspresikan perasaannya agar tau apakah cinta itu masih ada pada sosok yang telah lama singgah atau justru sudah berpindah tempat. Membuang rasa ragu, Sakura memposisikan kuas kembali di kertas itu, menuliskan satu kalimat tepat di pojok bawah kertas.

Ps: aku merindukanmu<3

*

*

*

Tbc..

Heyyoooo ayangiee!! Alhamdulillah chapter 12 updated!! Gimana? Gimana? Ada tanda-tanda berlayar ga couple pak kades tetangga sama bu dokter ini hehe.

Maafkeun aku yang tiba-tiba ilang tanpa kabar huhu:( handphone aku rusak waktu H-3 lebaran dan mau ga mau harus diservice dulu. Sebenarnya aku uda nulis part ini sebelum handphone aku rusak. Tapi aku ga berani buat up karena takut susunannya berubah kalo aku up dari laptop. Aku minta maaf bgt kalau narasi di part ini ga rapi di handphone kalian. Insya allah setelah handphone aku uda selesai diservice, aku bakal revisi part ini biar kalian bisa lebih nyaman bacanya hehe.

Oh iya, kalau narasi di part ini berantakan tolong komen di sini yaa. Biar entar aku inget buat perbaiki part ini nantinya hehe.

Sebelum itu, aku mau ngucapin taqabbalallahu minna wa minkum buat kalian semua. Aku mohon maaf apabila selama ini tulisan aku kurang berkenan bagi kalian, atau mungkin ada perilaku aku yang tidak seharusnya. Maaf bgt karena aku telat ngucapin huhu:( gimana nih buat temen-temen yang muslim? Puasanya full ga? atau, THR nya dapet banyak ga nih ngueheheh.

Okede aku rasa cukup sekian untuk chapter ini.  Seperti biasa aku mengharapkan vote dan comment dari kalian semua karena satu vote dan comment dari kalian adalah semangat aku buat lanjut nulis. Akhir kata, terima kasih untuk kalian semua! Love you banyak-banyak uwuuuu<3

Salam

Ila


Cicatrize ✔️Where stories live. Discover now