Ia kembali mengingat kejadiaan saat bertemu Naura, pelukan terakhirnya itu benar-benar mengganggu hidupnya. Ia tidak bisa menyembunyikan kerinduannya pada Naura, rasanya jika saja saat itu Maggie tidak menelponnya ingin sekali Arga membawa Naura pergi sejauh mungkin. Entah ke ujung duniapun tak apa, asal bisa bersama Naura rasanya tak masalah.

Ia mengacak-acak rambutnya frustasi, bagaimana bisa ia hidup dengan kondisi seperti ini? Hatinya sudah dibawa Naura pergi, namun tubuhnya tertahan oleh Maggie yang memang berhak atas dirinya. Ya, Maggie adalah istri sahnya dan tetap menjadi tanggung jawabnya.

Pandangan Arga kosong, namun pikirannya menjelajah jauh disaat dulu ia bersama Naura. Kenangan yang melekat sungguh semakin melukai perasaannya, kenapa harus Naura? Kenapa bukan dengan wanita yang sebelumnya ia pacari saja jika akhirnya akan begini? Tentu akan lebih mudah bagi Arga untuk meninggalkannya, tapi ini Naura! Wanita yang sangat spesial bagi Arga. Wanita yang menjadi moodboster hidupnya yang berantakan ini.

"Apa Naura pantas mendapatkan cinta dari seorang bajingan sepertiku?" gumam Arga menatap kembali ponselnya. "Seharusnya dia bahagia dengan orang lain!" tambahnya lagi. "Arghh!! Sialan!! Bajingan sekali aku ini!!" umpatnya sambil memukul kepalanya sendiri.

Hingga tiba-tiba terdengar suara pintu rumah yang dibuka, terlihat Maggie yang baru kembali pulang. Arga secara terburu-buru menyimpan ponselnya di sudut sofa dan menengok kearah Maggie yang tersenyum.

"Udah pulang lagi? Nara kemana?" tanya Arga karena tak melihat sosok Nara yang masuk ke dalam rumahnya.

Maggie menggeleng, ia duduk di samping Arga. "Nara langsung pulang, kasian dia cape tungguin aku belanja" jawab Maggie. Arga hanya mengangguk tanpa ada pertanyaan lebih untuk istrinya ini. Ia bangkit dari sofa, dan masuk ke dalam kamar meninggalkan Maggie yang kini hanya bisa menatap nanar punggung suaminya ini.

Maggie terseyum miris, bahkan Arga sudah tidak perduli lagi dengannya. Bagaimana bisa ia hanya menggangguk dengan jawaban Maggie barusan padahal tak terlihat satupun kantong belanjaan yang dibawa Maggie?

Mata Maggie kini tertuju pada ponsel milik Arga yang terselip di ujung sofa. Ia sudah menahan dirinya agar tidak mencari tau hal yang membuatnya stress tapi tangannya kini sudah meraih ponsel itu dan melihat isinya.

Lagi-lagi, Maggie harus sadar jika saat ini hati Arga bukan untuknya lagi.

Ia ingin sekali berteriak, hatinya kembali disayat dan wajahnya ditampar oleh kenyataan. Rasanya Ia ingin menampar atau memukuli Arga setelah membaca pesan yang Arga kirimkan untuk Naura. Kembali Maggie mengingat percakapannya dengan dokter tadi siang, apa yang dikatakan dokter itu memang benar. Ia tidak akan pernah bisa sembuh jika terus merasa cemas, satu-satunya hal yang membuat dirinya cemas adalah sosok Arga,. Dia adalah sumber dari kecemasan Maggie, dimana hidupnya benar-benar dibuat tidak tenang jika membahas soal Arga.

"Apa memang sudah waktunya?" gumam Maggie kembali menyimpan ponsel Arga pada posisi sebelumnya.


****


Dita dan Raga saling menatap ketika menyadari Naura yang sedaritadi tak bergeming bahkan sama sekali tidak bergerak. Posisi tubunya bersandar pada kursi kerjanya, pandangannya fokus pada layar komputernya namun terlihat kosong.

Dita menggerakan kepalanya, seolah memerintahkan Raga untuk memulai sesuatu. Namun Raga menggeleng yang artinya ia menolak perintah Dita saat ini. Kondisi Naura kembali labil, apalagi setelah pertemuan dengan Arga saat itu. Malah sepertinya, pertemuan itu membuat luka lebih dalam lagi.

"Naw, lo gak mau cerita apa gitu sama kita?" Dita akhirnya buka suara, ia takut jika Naura seperti ini terus bisa-bisa tubuhnya dikuasi setan. "Naw!!" panggilnya lagi.

"Naw, gue sedih loh liat lo kaya gini" saut Raga.

Naura masih tak bergeming, ia kini malah tertawa miris. "Kalian pikir gue kenapa? Gue gak kenapa-kenapa? Gue masih waras" jawab Naura membuat Dita dan raga kembali saling menatap khawatir. "Hahaha ... gue waras tapi gue goblok, iya gak? Gue emang goblok kan?" tambahnya sambil terkekeh. "Harusnya waktu itu gue lari sejauh mungkin pas liat Arga, tapi emang guenya aja tolol malah ngerasa kalo Arga cinta sama gue, pelukannya waktu itu padahal pedang tajam yang lagi nusuk gue lebih dalam lagi. Hahaha ... bodoh kan gue?" kini air matanya menetes membuat Dita segera berlari menghampirinya, memeluk erat tubuh Naura.

"Naw, Naura sayang! Jangan kaya gini terus. Sumpah! Loe ini terlalu berharga buat bajingan kaya Arga! Sadar Naura sadar!!" ujar Dita yang ikut meneteskan air mata, bagaimana tidak? Naura adalah sahabat sekaligus rekan kerjanya. Berbagai masalah sudah mereka hadapi bersama, bahkan saat Naura ditinggal menikah oleh mantannya, Dita selalu ada dan pasang badan untuk melindungi Naura. Tapi gagal! Kali ini ia kecolongan! Arga telah menerobos hidup Naura dan menaruh luka sedalam ini.

"Lo berdua bisa liat kondisi gue saat ini? Rasanya buat membayangkan hari esok saja gue gak mampu Dit!!" isak Naura dalam pelukan Dita. "Sekarang gue harus gimana? Dia peluk gue, terus pergi dan sama sekali gak ngasih kabar ke gue? Hahaha goblok! Apa sih yang gue harapin dari Arga? Dia kirim pesan buat gue? Buat minta maaf sama gue? Emang gue ini siapa? Hahaha gue kan sampah yang udah Arga buang kan?"

Raga mengusap kepala Naura, baginya Naura bukan hanya rekan kerja atau bos-nya. Naura sudah seperti keluarga, melihat Naura begini juga menyakiti hatinya. "Naw, lo gak bisa kaya gini terus. Lo berhak bahagia!!" Raga mencoba mengatur nafasnya yang tak beraturan karena emosi.

"Kayanya, kalo gue yang bunuh diri bakalan lebih baik endingnya ya?" tanya Naura membuat Dita dan Raga berteriak secara bersamaan.

"Enggak ya Naw!!" pekik Raga dan Dita.

"Nggak ada kata bunuh diri di dunia kita! Nggak ada. Lo harus bertahan Naw. Karena lo harus tahu, apa yang akan nunggu lo di depan sana. Entah Arga, atau apapun itu," ucap Dita menenangkan Naura.

Naura tersenyum tipis.

Entah Arga, atau apapun itu.

Tetapi Tuhan ... jika bisa.

Tolong, berikanlah Arga, dan kebahagiaan yang luar biasa untuk mereka berdua, apapun itu.



To Be Continue

****


Akhirnya update lagi gaess ... ayo keluakan keluh kesah kalian untuk kisah cinta yang menguras emosi juga pikiran ini.

Cape banget bestie ...

Mari bantu doa supaya semuanya bahagia ya ... hahaha

Terimakasih buat kalian yang masih terus lanjut baca cerita ini, love you

3 SOMETHING ABOUT LOVEWhere stories live. Discover now