Bab 11

2.8K 441 25
                                    

Sebelum lanjut, tap VOTE dulu ya

*****

"Pagi Pak," sapa salah satu karyawan di kantor Arga saat melihat Bos-nya ini sudah datang lebih pagi dari biasanya.

Arga tersenyum, ia membalas sapaan dari beberapa karyawan yang berpapasan dengannya saat menuju ruang kerja. Pagi seperti ini memang jarang terjadi, Arga tiba di kantor sebelum jam delapan adalah salah satu dari tujuh keajaiban di kantornya.

Sesampainya di ruangan, ia segera menyalakan AC dan membuka satu kancing kemejanya. Pagi ini terasa begitu panas baginya. Bagaimana tidak? Ia menghabiskan malam di rumah yang layaknya seperti neraka untuknya. Lagi-lagi Maggie melakukan hal menjijikan itu di rumah! Membawa teman-temannya dan asik mendesah di kamar miliknya. Kamar yang seharusnya menjadi saksi kehidupan rumah tangganya dengan Maggie istrinya. Ikar setia dalam pernikahan hanyalah janji semata.

Arga duduk pada kursinya, ia menempelkan punggung pada sandaran kursi yang cukup tinggi hingga sempurna menopang kepalanya. Ya, saat ini yang bisa menopang dirinya hanyalah kursi eksekutif miliknya ini. Hey apa Arga lupa? Ia memiliki kekasih juga bukan?

Dering telpon di mejanya berdering, ia menekan tombol speaker hingga terdengar suara Adinda, staff di kantornya.

"Pagi Pak Arga, hari ini Pak Gusti izin tidak masuk kantor. Istrinya melahirkan, tapi ada pertemuan dengan salah satu pemilik cafe tempat acara produk minuman itu diselenggarakan. Mau saya buatkan janji dengan Bapak atau saya minta staff lain saja untuk menghandle Pak Gusti?"

"Dimana tempatnya?"

"Arion Cafe, letaknya di---"

"Oke biar saya yang kesana," potong Arga, sebelum Adinda menjelaskan secara terperinci lokasi cafe tersebut.

"Baik Pak, jam satu siang ya. Terima kasih." Adinda mengakhiri pembicaraannya dan menutup sambungan telpon.

Arga tersenyum, tentu saja ia tahu nama cafe itu. Bahkan siapa saja orang yang bekerja disana pun ia tahu. Arion cafe, ini jelas cafe yang dijalankan oleh Naura. Bahkan semesta saja mendukung pertemuannya dengan Naura. Mengingat nama Naura saja, rasanya moodnya membaik. Apa Arga benar-benar menggali lobang akan ucapannya sendiri?

"Apa aku harus kasih tahu Naura kalau aku akan kesana? Atau memberikannya kejutan?" ucapnya sendiri. Ia tersenyum, bisa-bisanya dia berpikiran seperti ini? Ia seperti anak muda yang tengah kasmaran. "Kenapa pikiranku menjadi seperti ini?" gumamnya seraya menggelengkan kepala.

Ia menekan tombol 2 pada telpon di meja kerjanya yang tersambung ke ruangan pantry. "Saya minta Americano ya," ucap Arga, ia kembali meminta kopi pahit seperti biasanya. Ya, tak seberapa pahit dibanding kisah hidupnya ini.

****

Raga memang tengah diterpa kesibukan yang luar biasa akhir-akhir ini, jadwal cafenya padat. Bahkan hari ini ia akan kembali bertemu dengan salah satu EO untuk acara yang akan dilaksanakan dua minggu lagi. Syukurlah, kali ini pertemuannya langsung di cafe sehingga Raga tak perlu jauh-jauh keluar. Jadwal pertemuannya adalah memperlihatkan kondisi cafenya untuk launcing salah satu brand minuman kemasan terbaru.

"Lo udah makan?" tanya Dita pada Raga yang masih merapikan mapnya. "Gue minta kitchen siapin makan siang dulu nih," tambahnya lagi.

Raga mengangguk tanpa mejawab pertanyaan Dita.

"Lo angguk-angguk gitu artinya mau apa pusing sih?" keluh Dita lagi, ia bangkit dari kursinya. "Gue pesenin lo Nasi Goreng ya, bodo amat nggak perlu minta pendapat lo lagi. Makan aja udah seadanya."

3 SOMETHING ABOUT LOVEWhere stories live. Discover now