26. Liburan

170 43 1
                                    

Kacamata hitam melindungi sepasang mata lelaki yang saat ini sedang menikmati masa liburannya di pulau Sangiang tepatnya didaerah Bontoh.

Rambutnya diterpa angin, menikmati pemandangan laut yang bisa membuatnya tenang. Di sampingnya ada Satria, juga memakai kacamata hitam.

"Besok kita naik heli, gue gak sabar banget!" ucap Satria senang.

Kemal menoleh, menatap Satria tak percaya. Apa kata lelaki itu? Besok mereka akan menaiki helikopter?

"Yang bener lo? Besok kita naik heli?" tanya Kemal antusias.

Satria mengangguk sambil tersenyum, Satria merangkul Kemal.

"Lo kalau mau teriak, teriak aja sekarang! Mumpung kita dilaut lepas!" suruh Satria.

"Kenapa gitu?" tanya Kemal bingung.

Satria menatap hamparan laut biru yang ada didepannya, ia menghela nafasnya pelan.

"Air merekam seluruh kejadian lalu menekannya kebawah, jadi berteriaklah dan berdoa semoga air bisa membawa teriakan lo sampai ke telinga orang yang lo maksud!"

Kemal terdiam, ia seperti pernah mendengar ucapan itu. Tapi dari siapa kira-kira?

Memejamkan matanya dengan erat, sosok gadis yang selalu ia harapkan kembali tiba-tiba saja melintasi pikirannya.

Seorang gadis yang menemaninya saat Nadien hilang, yang mengisi hari-harinya. Yang mencintainya dalam diamnya.

"Li, gue harap kita bisa ketemu lagi!" gumam Kemal pelan.

"LILIANAAAAA!!!" teriaknya kuat, melepaskan semua rasa rindu yang selama ini ia pendam dari gadis itu.

Sekelebat ingatannya tentang Nadien, seketika membuatnya goyah. Sebenarnya apa yang hatinya mau?

Terkadang ia merindukan Nadien, tapi entah mengapa ketika mengingat Lili detak jantungnya seolah dipercepat.

Pernahkan kalian merasa diposisi itu? Seperti sudah melepas, namun terkadang seperti belum ikhlas. Rasanya sudah punah, tapi nyatanya hanya terkubur di dasar hati.

Kemal merasakan dirinya sekarang sedang ada dimasa labil, tapi ia tau tidak sepatutnya ia akan terus ada di masa ini.

Dengan Nadien, dia nyaman. Tapi nyatanya hanya sekedar nyaman pun tak bisa membuat mereka berdua menetap dan menuliskan sebuah kisah dimana mereka berdua adalah tokoh utamanya.

Namun dengan Lili, ini berbeda.

Li, kamu benar. Nyaman itu jebakan, dipendam sesak tapi diungkap rusak.

"Sejauh apapun dia pergi, yang menjadi milikmu akan tetap menemukan jalannya untuk pulang. Gue harap, saat lo diberikan pilihan untuk yang kedua kalinya. Lo gak gegabah ya Mal," ungkap Satria.

Ucapan lelaki itu, memiliki maksud dan arti yang dalam. Dan tentunya Kamal sangat paham maksud Satria.

Kemal mengangguk pelan, " Mal, sejak awal hati gue udah jatuh ke gadis itu. Gue gatau gimana caranya, tapi dia berhasil bikin gue gamau kehilangannya!" jawab Kemal tegas.

Sebuah senyuman tersungging dibibir Satria.

"Siapa? Si beda agama? Nadien?" tanya Satria sambil terkekeh.

Kemal memukul bahu Satria pelan, ia menghela nafasnya pelan. " Gila lo, dia udah punya temen gue. Gak akan gue ambil, masih banyak ikan di laut Sat! Gue sama Nadien cuma dipertemukan sama takdir. Gak lebih dari itu,"

Satria kembali terkekeh pelan, sepertinya Kemal sudah tau siapa yang kini ada dihatinya.

"Siapa Mal?"

God or Her [ End ]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt