17. Maunya kemana?

187 40 0
                                    

Tanpa terasa, malam semakin larut. Kepala Kemal terasa pusing.

"Bentar ya Na, mau minum obat pusing dulu. Sama ngatasin asma," ucap Kemal.

Ia sudah selesai bercerita, keduanya hanya saling diam sembari menatap langit malam yang dimana bintang berkedip diatasnya.

Nadien mengangguk, dilihatnya Kemal menghirup sebuah alat bantu nafas. Setelah itu Kemal meminum sebuah obat, tanpa membacanya lagi.

Obat sudah lelaki itu telan, beberapa menit kemudian bukannya merasa baikan tetapi ia malah merasa semakin pusing dan matanya terasa berat.

"Na, tolong liatin obat apa yang aku makan tadi dong! Gak sempet baca!" ucap Kemal.

Nadien menurut, ia mengambil obat tersebut dan membacanya. " Lain kali dibaca dulu Kak!" ungkap Nadien pelan kemudian membaca obat itu dengan teliti.

Gadis itu terdiam, ia menatap Kemal yang seperti sudah tak karuan.

"Obat apa Na?" tanya Kemal. Kepalanya semakin pusing dan ia malah semakin mengantuk!

Nadien mendekat, ia berdiri kemudian membawa Kemal menjauh dari tapi rooftop. Bahaya jika mereka masih berada disana.

Tangan kecil Nadien memukul pelan pipi Kemal untuk menyadarkan pria itu, " Kak! Kenapa minum obat tidur! Kak!"

Kemal sudah tak bisa fokus lagi, kepalanya sudah sangat sakit. Dan ia sangat mengantuk sekarang.

"Na , aku gak bisa fokus!" ucap Kemal, suaranya seperti berteriak.

Kedua tangannya memegang kepala, seperti merasakan sakit yang teramat. Nadien kebingungan, ia memegang Kemal dengan seluruh tenaga yang ia punya. Hingga tak lama kemudian, Kemal ambruk dipelukan Nadien.

Cekrek!

"Selamat menikmati kisah burukmu Nanaku,"

*****


Matahari seakan menusuk penglihatan Kemal, matanya seakan sangat berat. Tak bisa terbuka, namun tetap lelaki itu paksakan hingga akhirnya ia bisa melihat dimana ia sekarang.

Mata Kemal memperhatikan ruangan bernuansa putih, diamana dia? Kemal sama sekali tidak mengetahui apapun.

Lalu lelaki itu semakin kaget saat melihat pakaiannya yang sudah berganti, Kemal melongo. Tunggu, apa yang telah dia perbuat?

Lelaki itu langsung bangkit, hingga sebuah barang terjatuh yang membuat perhatiannya teralihkan.

Hanya memami boxer dan juga kaos biasa berwarna putih, Kemal melihat sebuah liontin yang bertuliskan nama Liliana. Dan tak lupa sepucuk surat.

"Siapa Lili?" gumam Kemal bingung. Seingatnya tadi malam ia bersama Nadien. Kemal terdiam sejenak, berusaha mengingat dengan jelas apa yang terjadi.

"Enak ya, Kakak punya teman yang benar-benar bisa disebut teman. Jadi iri," ucap Nadien sedih.

Nadien benar-benar iri pada Kemal di bagian pertemanan karena Nadien hanya mempunyai satu orang teman yang bisa ia sebut selayaknya sahabat.

"Loh kenapa? Bukannya kamu punya, yang kerja bareng kamu di resto itu?"

Gadis itu mengangguk pelan, " Iya, cuma itu. Tapi kadang kami sering salah paham, bertengkar dan pernah hampir tidak bersahabat lagi!"

Kemal bingung mau menjawab apa lagi, jadi ia memutuskan untuk diam dan percakapan berakhir.

Tak ada percakapan yang terjadi selama kurang lebih lima belas menit, sebelum akhirnya Kemal kembali menyeletuk hal aneh.

"Na," panggil Kemal pelan.

God or Her [ End ]Where stories live. Discover now