9. Prasangka

231 60 1
                                    

Karena sudah ketahuan, jadi dengan hati yang masih berdesir. Jantung yang masih berdegup kencang, Nadien berjalan sambil membawa menu dan nota resto untuk mencatat pesanan.

Nadien hanya bisa menunduk selagi ia berjalan mendekat ke arah Kemal, tidak berani menatap lelaki itu lagi. Karena tidak melihat-lihat, langkah kaki gadis itu malah melewati Kemal. Nadien mendongak dan mencari keberadaan Kemal tapi tak ia temukan. Sampai suara seseorang berdehem membuat Nadien tersadar dan kembali merutuki kebodohannya.

Na, bodoh banget sih!

"Maaf Kak, kelewat!" gumamnya sambil terkekeh pelan.

Kemal tersenyum, lelaki itu tertawa kecil melihat tingkah lucu Nadien.

Nadien berdiri disamping Kemal, memberikan menu dan siap mencatat pesanan.

Kemal membalik halaman menu sambil melihat-lihat, mungkin pasta carbonara cocok untuk nya malam ini?

"Pasta carbonara yang jumbo boleh deh Na, sama jus Apel."

Dengan sigap Nadien mencatat menu tersebut, sebenarnya lumayan kaget karena mendengar Kemal memesan makanan yang jumbo tapi bisa saja pria ini lapar bukan?

"Oke, apa lagi Kak?"

Kemal membolak-balikan menu itu lagi, " Salad buah deh, sama cream soup."

Nadien mengangguk pelan, mencatat semua makanan yang Kemal sebutkan. " Banyak juga ya porsi Kakak makan, laper banget?" tanya Nadien sambil terkekeh.

Menu itu Kemal tutup, ia memperhatikan wajah Nadien yang tampak serius mencatat pesanan dengan rapi.

"Engga, ini buat berdua. Jadi aku minta piringnya dipisah ya," jelas Kemal.

Nadien sudah selesai mencatat pesanan, ia mengambil menu tersebut lalu menatap Kemal.

"Mau ngedate?" tanya Nadien penasaran.

Kemal mengangguk sambil tersenyum, wajah Nadien tampak berubah meski tidak terlalu terlihat perusahan mimik wajah gadis itu.

"Sama gadis?" tanyanya lagi dan Kemal kembali menangguk.

Nadien menggigit bibirnya pelan, siapa kira-kira?

"Cantik orangnya Kak?" tanyanya lagi, Kemal terkekeh pelan mendengar pertanyaan tersebut. Sontak Nadien tersadar bahwa ia sudah melewati batas.

Wajahnya kembali memerah tapi tidak semerah tadi, gadis itu menunduk. " Maaf Kak udah kelewatan, pesanannya akan segera diantar."

Setelah mengatakan hal itu, Nadien dengan cepat berjalan ke arah dapur. Ia sebenarnya malu tapi sepertinya bingung lebih mendominasi pikirannya.

Udah punya pacar ya?

Memberikan pesanan tersebut ke koki, lalu bersandar ke dinding sambil sesekali melirik ke arah Kemal yang sedang asik memandang ke arah luar tepatnya jalanan malam di kota Jakarta.

Nadien menghela nafas pelan, nafasnya terasa berat. Baru saja ia di lambung dengan ekspektasinya , tanpa menunggu lama ia sudah terhempas dengan realita.

Tak lama, suara dering dari dapur berbunyi pertanda makanan telah siap diantar. Lili memanggil Nadien, gadis itu tampak melamun.

"Na! Pesanan dimeja lima puluh delapan, tolong anter ya!"

Nadien tersadar dari lamunannya, ia mengangguk pelan.

"Iya Li!" jawab Nadien.

Nadien mengambil pesanan tersebut, ini pesanan Kemal. " Kak, minta piringnya dua ya. Tadi lupa catat di note kalau ini untuk dua orang," ucap Nadien saat melihat piringnya hanya satu.

God or Her [ End ]Where stories live. Discover now