ANTAGONIST GIRL : 32

Začít od začátku
                                    

Ravel jelas tahu, bahwa jiwa yang sedang berada dalam raga Aruna adalah orang yang sangat sensitif terhadap perkataan orang lain, dia akan memikirkan perkataan yang membuatnya merasa tersinggung itu berhari-hari, bahkan bisa sampai dia ingat selamanya jika perkataan itu benar-benar menusuk baginya.

"Hah? Apa? Lo ngomong apa? Sorry tadi gue keknya ga denger gara-gara suara lo kekecilan, makanya gedein dikit dong suara lo!" Baru saja Aruna tersadar dari lamunannya, tapi dia sudah menyalahkan orang lain, ya! Begitulah Aruna. Tidak pernah ingin dianggap salah, egois memang.

Wajah yang tadinya masih biasa biasa saja, kini memerah padam. Aruna yang terkejut melihat hal itupun membulatkan matanya kaget, apa Ravel sedang cosplay jadi malaikat Izrail?

Melihat Aruna yang kaget karena ekspresi wajah Ravel saat ini sungguh mengerikan, Ravel buru-buru menetralkan kembali ekspresi nya seperti semula. "Iya. Suara gue yang kekecilan. Lain kali kalau gue ngomong sama lo, gue bakal usahain pakai toa yang ada di masjid agung." Ujarnya seraya tersenyum, namun sebenarnya dia sangat tertekan.

Ravel dengan semua kesabarannya dan Aruna dengan segala tingkah seenaknya. Paket komplit bukan? Definisi Ravel yang akan sinting dan Aruna akan bahagia.

Bohong jika Aruna tak terpesona melihat paras tampan milik Ravel, tubuhnya yang sangat atletis, badan yang tinggi. Tiba-tiba Aruna terpikir, apa Ravel mempunyai roti so*bek?

Tangan Ravel yang berurat itu membuat Aruna ngeri sendiri. Tangan itu mungkin bisa membuat tubuhnya remuk seketika?

"Itu urat beneran?" Tanyanya mendongak menatap ke arah Ravel.

"Menurut lo?"

Dengan polosnya Aruna menjawab. "cacing."

Rasanya Ravel ingin melenyapkan dirinya sendiri saat ini, berbicara dengan Aruna benar-benar menguras tenaga.

Aruna sangat ingin mempunyai mata seperti Ravel, yang ketika sedang tersenyum, maka matanya akan ikut tersenyum juga. "Caranya punya mata yang kayak punya lo itu gimana vel?"

Ravel tersenyum simpul menanggapi pertanyaan gadis di depannya ini. "lo ga bakal bisa punya mata kayak gue...tapi, mungkin anak lo bisa,"

"Dengan aturan, ayahnya harus gue."

Jujur saja, Aruna pernah mendengar kalimat yang dilontarkan oleh Ravel barusan. Tapi gadis itu lupa, siapa, kapan, dan dimana ia pernah mendengar hal itu.

"Hai? Aku ganggu ya?" Suara yang sangat lembut itu mampu mengalihkan perhatian Aruna yang sedang berpikir dan Ravel yang tengah memandangi Aruna tanpa bosan sedikitpun.

Alis Ravel terangkat sebelah melihat kedatangan Aluna secara tiba-tiba. "Kenapa?" Aluna lumayan candu akan suara serak milik Ravel. Jujur saja, laki-laki yang memiliki suara serak itu sangat menarik menurutnya.

"Eh? Ah itu, anu, eummm...aku bawain Aruna makanan. Aku keinget kalau Aruna belum makan tadinya, jadi aku bawain. Berhubung ada kamu juga, jadi kalian bagi 2 aja ya, gapapa kan?"

Aruna bodo amat, yang penting perutnya bisa terisi. "Mana?" Tanyanya menoleh pada Aluna

Gadis itu mendekat kemudian menyodorkan sebuah kotak makan. "Tadi aku sempet pulang buat buatin kamu sandwich,"

ANTAGONIST GIRL Kde žijí příběhy. Začni objevovat