Ketemu Lagi

542 44 1
                                    

Citra dan Nina sekarang sudah ada di posisi mereka masing masing karna toko sudah mulai dibuka. Hari ini tidak menerima pesanan untuk 2 hari kedepan karena sudah penuh. Jadi orang orang hanya membeli seadanya yang ada ditoko.

"Cit... lo ikut gue yak.." suara Zaki membuyarkan konsentrasi Citra yang lagi menata roti roti yang berantakan.

"Astaghfirullah... abang dari kemaren kerjaannya bikin kaget mulu sih..??" Protes Citra sambil memegang dadanya karena kaget.

"Sorry.. urgen nich. Supir belum pada pulang. Sedangkan kita masih ada 1 pesanan yang harus diantar jam 11 ini. Lo ikut gue yak. Ini toko biar Nina sama Very yang jaga bentaran. Yang lain lagi pada sibuk buat pesanan lagi." Kata Zaki

"Ok siap..." jawab Citra. Kemudian dia segera menata roti itu dan mengikuti Zaki dari belakang.

Citra dan Zaki sampai di tempat tujuan.

PT. BUMI SEJAHTERA

"Lo yakin Ini bener alamatnya bang..??" Tanya Citra pada Zaky.

"Bener ini. Sesuai di nota. Bukannya lo sendiri yang nyatet alamat ini...???" Tanya Zaki balik.

"Gue nggak ngerasa nyatet nama PT. yang gede itu bang..." jawab Citra tak berbohong. Ia emang nggak pernah nyatet nama PT. Itu, tapi alamatnya menunjukan PT. BUMI SEJAHTERA adalah tujuan mereka.

"Udah kita masuk dulu. Tanya sama resepsionisnya." Kata Zaki sambil keluar dari mobilnya.

Zaki dan Citra berjalan menuju resepsionist dan menanyakan perihal pesanan mereka.

"Permisi mba. Bisa kami bertemu dengan Ibu Nadine..? Kami dari toko Roti Lezat nan Nikmat." Tanya Zaki sopan saat mereka sampai di meja Resepsionist.

"Sebentar. Saya panggilkan dulu ibu Nadine nya..." jawab Resepsionist itu dengan senyuman manisnya. Tertulis di nametagnya Vanny Rahmawati.

"Terima kasih mba.." jawab Zaki sopan

Beberapa saat setelah Vanny menyuruh Zaki dan Citra menunggu di ruang tunggu, seseorang mendekati mereka.

"Pesanan saya sudah datang..??" Tanya orang itu saat sampai didepan Zaki dan Citra.

Zaki mengangguk dan tersenyum kearah orang yang tadi dicarinya.

"Iya bu. Mau dibawa kemana rotinya..??" Tanya Zaki ramah.

"Keruangan saya saja. Mari.." jawab Nadine tak kalah ramah.

"Sebentar bu. Saya ambil dulu rotinya." Zaki dan Citra berlalu untuk mengambil roti pesanan Nadine. Karena banyaknya pesanan, Zaki meminta beberapa satpam dan OB untuk membantu mereka membawakan roti roti yang banyak ini.

Mereka semua mengikuti Nadine untuk menuju ruangan Nadine. Sampai di lantai 5 akhirnya lift yang ditumpangi merekapun berhenti. Terpampang jelas tulisan "KABAG. LOGISTIK" mungkin itu ruangan Nadine.

Semua pesanan roti sudah tertata rapi diruang logistik. Citra dan Zaki pun bergegas untuk pulang kembali ke toko karena masih banyak pekerjaan menanti disana.

"Cit..." Zaki menghentikan langkahnya. Citra yang berjalan dibelakangnya pun langsung ngerem mendadak. Hampir saja menabrak punggung tegap milik Zaki.

"Abang ih... dibilangin jangan ngagetin. Dari kemaren sukanya ngagetin mulu.." dumel Citra.

Zaki berbalik dan tersenyum pada Citra.
"Maaf... kita makan siang dulu yak. Udah siang juga. Paling disana lagi pada istirahat juga." Usul Zaki.

"Makan siang dimana bang..?? Warteg..??" Tanya Citra. Mengaca pada uangnya yang sudah mulai menipis.

"Restaurant lah.. masa di warteg.. ayok.." ajak Zaki sambil menggandeng tangan Citra.

"Ehh... (Citra mencoba melepaskan genggaman tangan Zaki) bang.. tangan gue lepasin dulu.." pinta Citra. Seketika Zaki langsung melepaskannya..

"Maaf Cit... kebawa suasana.." katanya sambil nyengir dan menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Iya nggak apa apa bang. Tapi bang... makannya jangan direstaurant deh bang. Duit menipis ini.." kata Citra lirih sambil menepuk saku celananya.

Zaki tersenyum lebar. Ia ingin sekali tertawa melihat wajah lucu Citra.

"Gue yang traktir.. ayok.." jawab Zaki. Hampir saja Zaki akan menggandeng tangan Citra. Namun Citra langsung mundur.

Dugh...

Citra melotot, ia kaget karna tubuhnya menabrak sesuatu. Entah apa itu. Citra melihat ekspresi kaget Zaki yang mengisyaratkan bahwa Citra harus menengok kebelakang, Citra yang ketakutan ia hanya diam saja tanpa bergerak sedikitpun.

"Apa sekarang gaya berjalan anda berubah jadi mundur...??" Suara bariton itu... Citra mengenalinya. Segera ia langsung membelokkan badannya untuk memastikan siapa pemilik suara itu.

"Anda...??!!" Seketika Citra langsung menjauh dari pria itu dan ngumpet dibelakang tubuh Zaki yang tinggi.

"Maafkan teman saya. Kalau begitu kami permisi dulu..." kata Zaki. Melihat kelakuan Citra yang ngumpet dibelakangnya seperti seorang anak yang takut dimarahi orang tuanya. Ingin sekali rasanya Zaki tertawa saat ini. Namun ia menahannya demi menolong Citra yang sedang ketakutan.

Zaki mengajak Citra untuk pergi setelah tadi meminta maaf pada pria yang ditabrak oleh Citra.

"Apes banget... kenapa musti nabrak Bumi si mulut cabe itu sih...???" Gerutu Citra dalam hati. Ia merutuki kebodohannya sendiri.

"Kenapa didunia yang lebar ini. Gue harus ketemu lagi sama dia...??" Omelnya masih dalam hati. Sepanjang jalan ia mengomel macam macam tentang Bumi. Ia benar benar tidak fokus pada apapun saat ini.

"Cit... lo nggak mau turun..?" Suara Zaki membuyarkan lamunan Citra.

"Eh... iya bang ada apa..??" Tanya Citra yang tadi tidak dengar Zaki bicara soal apa.

"Lo kenapa sih..?? Dari tadi gue panggil tapi nggak nyaut nyaut...?? Ada yang lg lo pikirkan..??" Tanya Zaki lembut pada Citra.

"Nggak ada apa apa kok bang. Aman... hehe..." jawab Citra sambil cengengesan.

"Yaudah yok. Kita turun. Gue udah lapar nich..." kata Zaki sambil membuka pintu mobil dan hendak keluar.

Mereka pun turun dan makan bersama. Sebenarnya Citra nggak enak kalau dibayarin sama Zaki. Itu berarti ia berhutang pada Zaki.

"Gue bayar sendiri dech bang.." bujuk Citra pada Zaki saat mereka sedang perjalanan kembali ke toko.

"Nggak usah Cit. Gue nggak apa apa kok.." jawab Zaki santai.

"Tapi gue nggak enak bang sama lo..." Citra tak pantang menyerah.

"Yang nggak enak buat kucing aja..."

"Ih... abang... gue serius ini..."

"Yaudah... kalo lo pengin banget bayar sendiri. Gimana kalo kapan kapan gantian lo yang traktir gue. Siap...???" Tawari Zaki.

"Mmmm.... tapi nggak harus direstaurant mahal kaya tadi nggak apa apa kan bang..??" Tanya Citra sambil nyengir tidak enak pada Zaki. Zaki mengangguk setuju.

"Ok... deal..." jawab Zaki sambil menyodorkan tangannya untuk salaman dengan Citra. Tentu saja Citra menyambutnya "Deal..." jawabnya singkat kemudian melepaskan salamannya.

"Tapi jangan sekarang ya bang... (Citra nyengir lagi) lagi buat bertahan hidup sampai bulan depan ini..." tambah Citra.

Kali ini Zaki tidak bisa menahan tawanya lagi. Ia tertawa lepas sekali. Membuat Citra semakin malu. Ia menundukkan kepalanya tak berani menatap Zaki saat ini. Habis sudah. Pasti Zaki akan membulinya karna ini.. pikir Citra dalam hati.

"Sorry sorry Cit (suara Zaki sambil masih ada sedikit sisa ketawa) lo tenang aja. Nanti kalo gue mau minta ganti. 2 hari sebelumnya gue ngabarin lo dulu. Ok.?" Usul Zaki. Ia berniat mengacak rambut Citra. Namun ditarik kembali tangannya. Takut Citra marah seperti masalah gandeng tangan tadi.

"Ok bang. Makasih..." jawab Citra lirih. Ia masih menunduk.

Mr. Mulut Pedas (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang