Suara Maggie membuat Arga menoleh dan tersenyum tipis, "Udah. Kamu udah siap?" tanyanya.

Maggie menganggukkan kepalanya, "Aku cantik nggak?" tanyanya.

Arga tersenyum dan mengangguk.

"Serius?" kata Maggie.

Arga mengangguk lagi.

Tapi Maggie tak berdandan, ia bahkan hanya memakai celana pendek dan kaos biasa saja. Apanya yang cantik?

"Cantikan gini atau cantikan pake make up?" tanyanya.

Arga tersenyum, "Sama-sama cantik," jawabnya.

Maggie mencelos, itu bukan jawaban yang Maggie harapkan.

"Ya udah deh yang penting aku cantik. Ya udah pergi sekarang yuk!" ajaknya.

Arga menyodorkan helm kepadanya dan Maggie menerimanya begitu saja, sialnya lagi dan lagi Maggie mencelos. Kenapa Arga tak memakaikan helm kepadanya?

"Udah Gie?" tanya Arga yang sudah duduk di atas sepeda motornya.

"Udah," jawab Maggie. Ia naik dan melingkarkan tangannya pada Arga kemudian sepeda motor itu melesat dan membelah jalanan dalam keadaan hening. Tidak ada pembicaraan di antara mereka, bahkan ketika mereka tiba di lampu merah saja, keduanya masih diam, terlebih Arga. Tangannya bahkan tetap berada di stang motornya, dan satu hal ini membuat Maggie mencelos. Biasanya Arga akan meletakkan tangannya di atas paha Maggie. Kenapa sekarang tidak?

"Gaa ..." panggil Maggie dengan manja.

"Hm?" tanya Arga.

"Pulangnya ke hotel yuk!" ajaknya seraya berbisik, tak ada jawaban apapun dari Arga karena suara klakson di belakang mereka menyamarkan suara Maggie.

"Kenapa Gie? Kamu tanya apa barusan?" tanya Arga ketika mereka sudah kembali ke jalanan.

"Oh. Nggak. Bukan apa-apa," kata Maggie pada akhirnya.

****

"Naw kok lo sibuk banget sih? Makan dulu bisa kali!" kata Dita.

Naura tersenyum tipis. Ia menyimpan ponselnya dan tersenyum ke arah Dita, "Gue mau ke kamar mandi dulu," ucapnya.

"Hadeuh, keburu dingin nih makanan. Ada-ada aja. Ya udah sana!" kata Dita.

Naura menganggukkan kepalanya. Ia berjalan lurus menuju kamar mandi, namun langkahnya terhenti ketika ia mendapati seseorang yang sangat ia kenal sedang berjalan ke arahnya.

Astaga!

Buru-buru Naura berbelok untuk bersembunyi. Namun begitu punggungnya menyentuh tembok di belakangnya, Naura bertanya-tanya dalam hatinya.

Kenapa ia harus bersembunyi ketika ia berpapasan dengan Maggie? Memang salahnya Naura apa?

Naura takut di labrak? Begitu?

Menggelengkan kepalanya, Naura berjalan dengan cepat, namun langkahnya terhenti dan tubuhnya mematung karena ia mendapati Arga di sana.

Sosok yang meninggalkannya begitu saja, yang tak mempedulikan ancamannya, dan tak pernah menghubunginya. Sosok yang membuat Naura menangis namun merindukannya di saat bersamaan. Sosok yang membuat Naura tak bisa membencinya karena perasaan cintanya jauh lebih besar, dan sosok yang Naura butuhkan kehadirannya namun kenyataan membuat Naura tak bisa sekedar mengharapkannya.

Sosok itu sama seperti dirinya, terlihat kurus, kuyu, dan kacau.

Sosok itu sama seperti dirinya, mematung di tempat seolah tak mempercayai apa yang dilihatnya.

Dan sosok itu kini menggerakkan tubuhnya, ia berjalan lalu kemudian mempercepat langkahnya hingga Naura merasakan kehangatan yang sejak lama ia rindukan karena Arga memeluknya dengan erat.

"Naura ..."

Begitu panggilan itu terdengar oleh telinganya, pertahanan Naura hancur begitu saja. Ia mulai terisak sementara tangannya membalas pelukan Arga dengan erat.

"Ya Tuhan ... Naura ..."

Suara berat itu terdengar kembali. Arga mengeratkan pelukannya. Ia bahkan menciumi puncak kepala Naura, membuat air mata Naura berjatuhan semakin deras.

Tidak ada perbincangan apapun di antara mereka. Arga sibuk memejamkan matanya sementara Naura sibuk mengeluarkan tangisannya.

Kalau Arga sebajingan itu ... kalau Arga hanya menginginkan tubuhnya ... kalau Arga hanya menjadikannya pemuas nafsu ... pria itu akan membawanya ke tempat yang sepi dan bisa menidurinya saat itu juga. Ia pasti akan menciumi Naura habis-habisan dan menidurinya dengan tak tahu malu. Tapi Arga tidak melakukannya. Alih-alih menyeret Naura ke tempat sepi, Arga malah menyeret Naura ke dalam pelukannya, melindungi Naura dari segala pikiran menyebalkan tentang Arga yang sangat bajingan, dan kenyataan ini membuat Naura semakin terisak.

"Ar ... aku tahu banget," kata Naura. Tak mampu meneruskan ucapannya. Naura takut jika Naura mengatakan bahwa ia tahu perasaan Arga kepadanya, Arga akan pergi lagi seperti barusan.

Pria itu melepaskan pelukannya. Ia menatap Naura, memperhatikan setiap detail dalam tubuh Naura. Arga memeriksa semuanya, hingga tangan Naura. Ia memperhatikan kedua pergelangan tangannya kemudian bernapas dengan lega ketika menyadari bahwa tak ada bekas luka apapun di tangan Naura.

"Naura ... tolong, hidup kamu berharga, jangan hancurkan karena pria seperti aku," katanya.

Seharusnya Naura menjauh kan? Atau seharusnya Naura memaki Arga habis-habisan, tapi perasaan rindu yang ia rasakan sudah mengalahkan semuanya. Naura tersenyum dalam isakannya.

"A—aku nggak tahu harus gimana buat—"

Ucapan Naura terhenti karena ponsel Arga berbunyi. Pria itu merogoh ponselnya—ponsel berbeda dari yang selama ini Naura ketahui.

"Aku masih di parkiran. Kamu tunggu aja," kata Arga pada orang di sebrang sana.

Seketika, kenyataan menghantam Naura dengan kejam hingga ia memundurkan langkahnya untuk menjauh dari Arga.

"Naw, aku—"

Belum sempat Arga mengucapkannya, Naura sudah berbalik dan berjalan dengan cepat meninggalkannya.

Sebuah tawa miris keluar dari mulut Naura ketika dia sudah menjauh dari Arga.

Yang barusan Naura alami adalah apa yang akan terjadi padanya di masa depan jika ia tetap berhubungan dengan Arga. Naura akan bertemu dengannya, dan istrinya akan menelponnya hingga Naura harus merelakannya pergi. Merelakan, merelakan, dan merelakan sepanjang hubungan mereka. Naura akan bersembunyi dari Maggie seperti sebelumnya, dan Naura akan merasakan perasaan rindu yang tak tertahankan kepada Arga seperti seminggu terakhir.

Benar apa yang dulu pernah ia katakan kepada Arga.

Kenapa mereka tak bertemu lebih dulu?


To Be Continued

****

Arrgghhhh !!!
Nyesek banget di part ini 😭😭😭 gak ngerti lagi harus gimana sama hubungan mereka, tapi sakit hati bacanya ~~~

Gimana kalian? Hati aman?

Semua posisi sulit buat semuanya, berharap lebih sepertinya tak mungkin. Apalagi posisi aku sama Riska 😭😭 TOLONG!!! KITA BERDUA SAKIT HATI JUGA!!

Ayoo mari kita segera akhiri saja penderita mereka ini, entah berakhir seperti apa ... tapi pasti jalan terbaik untuk semuanya.

Maaf banget sempet lama buat update, kita berdua lagi sibuk di dunia nyata buat fokus 10.10 😭🤣

Akhir di bab ini, aku sama Riska mau bilang terimakasih untuk kalian yang masih setia baca cerita ini, meski banyak mengandung luka, kebingungan dan cinta yang salah.

"Aku sayang kalian!!" -Kupukupukecil-

"Aku pengen pacaran!" -Kupukupukecil-

Kalo aku sih, PENGEN KAYA -diviana90-

BYE BYE ... MARI KITA TUNGGU PART SELANJUTNYA YA ...

3 SOMETHING ABOUT LOVEWhere stories live. Discover now