Maggie menghela napas. Ia menatap Nara, "Jujur ... Ini bukan sepenuhnya salah Arga kok, ini salah gue juga yang ngebiarin hal ini normal di rumah tangga gue," kata Maggie, "Lo masih mau temenan sama gue nggak ya, kalo lo tau cerita ini?" tanya Maggie memastikan, Nara mengerutkan keningnya, namun pada akhirnya ia mengangguk pertanda setuju.

"Apapun yang terjadi, gue tetap menjadi temen lo," kata Nara dengan penuh keyakinan.

Maggie mengangguk dan berterima kasih kemudian berkata, "Gue sama Arga Open Relationship Nara."

Nara mengerjapkan matanya. Apa? Apa kata Maggie?

"Tapi ini semua karena gue nggak mau diselingkuhin Arga, gue nggak mau Arga ninggalin gue," dalihnya.

Bola mata Nara membesar saat mendengar pengakuan Maggie akan hubungan rumah tangganya. "Tunggu sebentar, ini gue gak salah denger kan? Lo sama Arga selama ini ngebebasin orang lain buat masuk secara terbuka di antara kalian? termasuk sex?" tanya Nara tak percaya.

Maggie mengangguk, bibirnya tersungging, sebuah senyuman miris muncul di sana, "Hubungan gue sama Arga itu udah lebih dari sepuluh tahun. Gue takut kalo tiba-tiba Arga selingkuh di belakang gue atau bahkan ninggalin gue. Jadi kita bikin kesepakatan—lebih tepatnya gue ajuin kesepakatan sama Arga. Kita bebas main sama siapapun, bahkan bertiga sekalipun asal masing-masing tahu siapa pasangannya. Dan satu lagi, syarat penting yang mungkin udah Arga lupain sekarang. Jangan pake hati," jelasnya.

"GILA!! GILA!! SAKIT JIWA LO BERDUA!" umpat Nara melepaskan genggaman tangannya dan kini mengusap wajahnya tak percaya dengan ucapan Maggie barusan. "Sumpah ya Gie, kemarin gue emosi banget sampe nampar si Arga taunya lo juga sama aja! Ketakutan lo ini gak beralasan Gie, ketakutan yang gak ada bukti dan berdasarkan apapun! Liat hasilnya, sekarang laki lo malah main hati beneran sama cewek lain!"

"Gue gak tau bakal kaya gini, kita udah perjanjian kalo gak akan pake hati!! Kalo udah kaya gini gue mesti gimana Ra? Setiap gue liat Arga berangkat kerja, hati gue was-was! Pikiran gue selalu negatif. Otak gue traveling kemana-mana bayangin kalo Arga selingkuh di belakang gue. Open relationship ini satu-satunya cara supaya gue tenang, gue tau Arga main sama siapa dan gue bisa ngebuktiin ke Arga kalo gue ini masih banyak yang mau! Dan rasa percaya diri gue balik lagi"

"SETAN AJA KETAWA GIE LIAT PANDANGAN HIDUP LO KAYA GINI!!" Nara menggeleng-gelengkan kepala, ia tidak tau harus mengeluarkan ekspresi seperti apa lagi. "Aduh ... ampun! gue gak ngerti lagi Gie. Tapi yang kaya gini gak bisa dibiarin Gie, mental lo bisa keganggu dan makin parah nantinya!"

****

Tiga landasan yang seharusnya ada dalam hubungan rumah tangga, Cinta, Setia dan Percaya. Maggie dan Arga memang sudah sejak lama tak memilikinya. Maggie yang rasa percayanya sudah hilang pada Arga dan Arga yang rasa cintanya kini sudah terbagi pada wanita lain. Setia? Sungguh keduanya sudah tidak pantas lagi menerima kata itu dalam rumah tangganya.

Ibarat bangunan, saat ini mereka sudah hancur atau malah harus dihancurkan dan kembali dibangun oleh bahan yang lebih kokoh lagi. Apa itu hal mudah? Membangun cinta, kesetiaan dan rasa percaya yang bahkan puluhan tahun saja bisa rusak.

"Gie, gue udah hubungin dokter buat lo konsultasi hari Sabtu depan. Gue jamin rahasia lo aman, untuk soal ini jangan dulu lo ceritain ke Arga ya. Gue harap dokter ini cocok sama loe. Jadi gimana? Besok lo udah mau pulang kan? Lo stop dulu buat negatif thinking sama Arga ya, fokus sama kepulihan diri lo ini. Apa gak kasian sama tubuh lo ini? Tubuh lo yang seharusnya lo sayangin lebih dulu!" pesan Nara lagi.

Maggie merentangan tangannya, membuat Nara berhamburan kedalam pelukan Maggie saat ini. "Thanks ya Ra, gue gak tau harus cerita sama siapa lagi. Please temenin gue terus ya, gue butuh support banget"

Nara mengusap punggung Maggie sambil terus memeluknya, "Gie, seandainya gue tau masalah ini dari dulu ... gue pasti bakal terus ada buat loe. Maafin gue ya Gie, gue tau ini terlambat" jawab Nara membuat air mata Maggie menetes lagi.

Pintu ruangan dibuka, terlihat Arga yang baru datang melihat Maggie dan Nara yang tengah berpelukan. "Loh, ada apa ini?" tanya Arga menaikan sebelah alisnya.

Mereka melepaskan pelukannya, lalu Maggie tersenyum kearah Arga. "Kamu ninggalin aku tadi pagi?"

Arga berjalan menghampiri ranjang Maggie, "Nara yang suruh aku pulang dulu."

"Iya gue yang suruh Arga, kan gue udah bilang Maggie! Please deh jangan dibahas mulu, sekarang laki lo udah ada di sini. Gue balik ya? Lo baik-baik ya" pamit Nara mencium pipi kanan dan kiri Maggie.

"Gue anterin ke depan Ra," ujar Arga menemani Nara keluar dari ruangan. "Thanks ya Ra udah mau nemenin Maggie, gue bisa istirahat bentar di rumah jadinya"

"Sama-sama, oh iya Ga, gue minta maaf ya kalo waktu itu gue emosi banget sampe nampar lo," ujar Nara merasa tak enak setelah tau kejadian yang sebenarnya.

Arga tersenyum kecil, "Gue juga kalo di posisi lo dan panik bakalan lakuin hal yang sama, hati-hati ya ... sekali lagi thanks ya Ra."

Nara tersenyum, "Please. Jagain Maggie ya," katanya.

Arga tersenyum, "Pasti," jawabnya.



To Be Continue

****

3 SOMETHING ABOUT LOVEWhere stories live. Discover now