PART FIVE

2 0 0
                                    

Kanina baru saja memasuki studio tempat pemotretan Mario Danadyaksa berlangsung hari ini. Studio yang berada di lantai dua tersebut sudah penuh dengan manusia juga peralatan yang dibutuhkan selama pemotretan berlangsung. Nina masuk lebih dalam lalu bertanya kepada seorang perempuan yang baru saja melewatinya, "Ruang tunggu Mario Danadyaksa?"

Mata perempuan tersebut menyipit menatap Nina, mungkin curiga dengan dirinya karena belum pernah melihatnya, "Ayo, aku antarkan."

Nina mengangguk lalu mengikuti perempuan tersebut berjalan menuju sebuah pintu di ujung ruangan dengan tulisan Mario Danadyaksa di pintu masuknya. Perempuan tersebut lalu membuka pintu ruangan dan menyuruh Nina untuk masuk. Ketika memasuki ruang tunggu milik Mario Danadyaksa, dirinya bisa langsung melihat Mario yang juga sedang melihat kedatangannya melalui cermin.

"Nina!" Teriakan Marvel mengalihkan perhatian Nina dari Mario. Marvel berlari lalu memeluk kaki Nina, "Akhirnya kamu datang. Papa dari tadi gak berhenti marah karena kamu terlambat."

Pengakuan Marvel yang bisa didengar semua orang diruangan ini membuat Nina canggung. Terlalu banyak pasang mata yang menatapnya dengan berbagai macam tatapan, "Maaf, Alana baru mengabariku pagi ini," Mario terlihat mengangguk pelan lalu berkata, "Salahku, dari malam hingga pagi ini aku tertahan di studio, jadi lupa untuk memberitahu Alana kalau aku butuh bantuanmu hari ini."

Mendengar kata-kata Mario, Nina mengerutkan dahinya tidak percaya dengan gaya hidup seorang selebriti yang sangat berantakan. Menolak berpikir lebih jauh, Nina berkata, "Baiklah, apa aku hanya perlu menunggu hingga jadwalmu selesai hari ini?" Nina bertanya sambil membawa Marvel kembali ke sofa untuk mendudukkannya, "Ya, sepertinya jadwalku hari ini akan melewati jam makan siang, kamu bisa mengurus makan siang Marvel nanti?"

Nina mengiyakan dengan mengangguk, "Kamu gak makan?" Mario menjawab dengan gelengan, "Nanti saja setelah pemotretan. Marvel alergi makanan laut, selain itu dia bisa makan apa saja karena Marvel bukan anak yang pemilih."

Setelah memberikan catatan penting mengenai makanan Marvel, Mario akhirnya keluar ruangan untuk melakukan pemotretan dan meninggalkan hanya dirinya berdua dengan Marvel di ruangan ini. "Uhm, Nina?"

"Ya?" Nina menatap Marvel yang sedang duduk disofa dan balik menatapnya dengan malu-malu, "Apa kita bisa menggambar bersama?" sambil mengerutkan dahinya, Nina bertanya, "Menggambar?" Marvel mengangguk. "Apa kamu membawa peralatan menggambar?" Marvel turun dari sofa kemudian berlari ke sudut ruangan tempat tas-tas diletakkan, ia membongkar tas ransel kecil–yang Nina asumsikan sebagai milik Marvel, mengeluarkan buku gambar serta peralatan menggambar lainnya dan kembali berlari menuju Nina, "Apa ini cukup, Nina?"

Nina merasa tidak punya pilihan lain selain menghela napasnya lalu berkata, "Aku menggambar kamu yang mewarnai, bagaimana?"

###

Kanina sedang sibuk mengamati Marvel yang asik mewarnai seluruh hasil karyanya ketika Mario memasuki ruang ganti bersama dengan beberapa orang staf, "Marvel sudah makan siang?" Nina mengangguk, sedangkan Marvel yang teralihkan dari kegiatan mewarnainya karena mendengar suara Papanya berseru kencang, "Papa! Lihat apa yang Nina gambar untukku."

Marvel berjalan dengan semangat menuju Mario untuk menunjukkan gambar Nina, "Wow, Dinosaur?" Marvel mengangguk semangat kemudian kedua lelaki beda generasi itu tenggelam dalam percakapan mereka sendiri.

Sementara ayah dan anak tersebut berbincang, Nina memilih menyibukkan diri dengan membereskan seluruh peralatan menggambar milik marvel yang berserakkan diatas meja dan memasukkannya kembali ke dalam tas ransel milik Marvel. Saat Nina akan menaruh kembali tas Marvel pada tempatnya, Mario bersuara, "Kamu memesan apa untuk Marvel?" Nina menoleh menatap Mario yang sedang memangku Marvel yang asik mewarnai dimeja rias, "Nasi goreng ayam," Mario mengangguk lalu kembali bertanya, "Kamu?" Nina mengerutkan dahi tidak mengerti membuat Mario mengulang pertanyaannya, "Apa kamu sudah makan?"

"Sudah."

"Makan apa?"

"Nasi goreng," Nina menjawab pertanyaan Mario. Pengalamannya bekerja dengan Nancy selama bertahun-tahun membuatnya sedikit mengerti arah pertanyaan Mario sejak tadi. Oleh karena itu dirinya bertanya, "Apa kamu mau–"

"Surprise!" Suara seorang perempuan bersamaan dengan terbukanya pintu ruangan membuat pertanyaan Nina terhenti. Nina menoleh kearah pintu hanya untuk menemukan seorang wanita dewasa yang sangat eksotis. Kulit kecoklatan dengan rahang wajah yang tegas serta hidung yang mancung, tidak lupa dagu terbelahnya yang semakin menegaskan keseksian perempuan ini.

"Tante Raya!" Marvel menyerukan nama perempuan itu. Nina melihat perempuan dengan nama Raya itu tersenyum pada Marvel dan berkata, "Hi, little man, how are you?" Marvel menjawab bahwa dirinya baik-baik saja membuat perempuan itu sekali lagi tersenyum lalu mengalihkan pandangannya kepada Mario. Mario yang sejak tadi masih menatap perempuan itu lalu berdiri memindahkan Marvel ke sofa dan berjalan menuju perempuan itu, "Hi, handsome. Miss me?" perempuan itu bertanya sambil mengalungkan tangannya di leher Mario yang dibalas dengan lingkaran tangan Mario di pinggang ramping perempuan itu.

"Kapan sampai? Bukannya kamu bilang akan pulang besok?" Tatapan pria itu yang fokus hanya pada perempuan dalam pelukkannya membuat seluruh staf yang semuanya perempuan menjerit tertahan menyaksikan adegan romantis di ruangan ini.

"I have been missing you so much that i can't handle it anymore, jadi aku mempercepat kepulanganku," sekali lagi jawaban perempuan itu melahirkan jeritan dari para perempuan yang berada diruangan ini. Salah satu staf perempuan yang Nina tahu adalah seorang stylist berkata, "Aku baru pertama kali melihat secara langsung Mario dan Raya, mereka benar-benar pasangan yang sangat serasi."

Kata-kata stylist tersebut disambut oleh stylist yang lain, "Mario dan Raya memang selalu bertindak hati-hati didepan publik mengenai hubungan mereka, tetapi dibelakang layar, mereka berdua sangat bergairah akan satu sama lain!" Nina memutar bola matanya jengah. Para staf ini berbicara seenaknya seolah kedua orang tersebut tidak akan mendengarkan mereka.

Mario yang menempelkan bibirnya di pipi perempuan itu mendengar semua percakapan stafnya. Pria itu melepaskan pelukkannya ganti meletakkan tangannya dipinggang perempuan itu seolah mengklaim miliknya, lalu menatap seluruh perempuan didalam ruangan itu termasuk dirinya, "Aku baru saja reuni dengan pacarku setelah dua minggu lebih tidak bertemu, apa kalian bisa memberi kami privasi?" Mario bertanya dengan tersenyum ramah membuat para stylist mengangguk dengan tersipu lalu keluar ruangan.

Mario ganti menatap Nina lalu berkata, "Raya akan membantuku beres-beres, kamu bisa membawa Marvel menunggu diluar," mengerti akan maksud Mario, Nina mengangguk lalu menggandeng Marvel keluar dari ruangan tersebut. Memberikan waktu untuk pasangan tersebut melepas rindu.

Don't Mess With The DrummerWhere stories live. Discover now