💑Tawaran💑

33 13 0
                                    

[UTAMAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA!]

<Happy reading>

💑

"Ra! Ambilin gue minum dong!" suruh Reno.

Rora mendengkus sebal sambil beranjak dari duduknya dan pergi ke dapur dengan menghentakan kakinya. Melihat sepupunya bertingkah seperti itu, membuat Reno terkekeh sambil menggelengkan kepalanya.

"Punya kaki, 'kan? Ambil sendiri!" sindirnya sembari memberikan segelas air dingin pada Reno. Walaupun begitu, Rora tetap mengambilkannya. Kurang baik apa coba?

Reno yang tadinya sedang fokus pada laptop yang ada di depannya, kini mendongak dan segera mengambil gelas itu.

"Makacihh," ucap Reno dibuat suara lucu sambil tersenyum lebar. Bukannya terlena dengan senyuman lelaki itu, Rora malah memasang wajah seperti orang yang ingin muntah.

Rora kembali duduk di tempatnya sambil memainkan ponselnya. Mengecek status whatsappnya bolak-balik. Gabut sekali, kan?

Oh ya, ngomong-ngomong ada satu hal ganjal yang dirasakan oleh Rora. Sudah dua hari ini, Rora tidak pernah melihat status whatsapp milik Dio.

Rora kira memang Dio saja yang jarang buat status, tapi setelah Rora cek foto profil dan juga bio Dio yang kosong, Rora yakin Dio telah memblokir nomornya. Hal itu membuat Rora kepikiran. Kenapa Dio memblokirnya?

"Wey, Ra! Lo mau minta foto yang di kampus gue, gak? Yang foto pake kamera temen gue."

Suara Reno membuyarkan lamunan Rora. Gadis itu menoleh pada Reno yang masih menatap layar laptopnya. Mungkin sedang melihat foto-foto saat seminar hari itu.

"Kirim aja," kata Rora tak minat.

"Okeyy. Satu foto 10 ribu, ya?" canda Reno. Rora langsung mendelik pada sepupunya itu.

"Yaelahh canda doang. Nih gue kirim." Beberapa detik kemudian terdengar suara notif yang berasal dari ponsel Rora. "Udah tuh."

Rora langsung mengecek ponselnya, dan ada satu pesan dari Reno. Reno mengirimnya 5 foto.

"Oke, thanks."

Reno kembali menggulir beranda fotonya, hingga tangannya mengklik satu foto yang baru saja ia kirim pada Rora. Satu orang yang ada di dalam foto itu berhasil menarik perhatian Reno.

"Ra, sini dulu deh!"

Lagi-lagi Rora mendengkus sebal ketika Reno memanggilnya. "Apa?"

"Sini dulu," perintah Reno.

Dengan rasa malas, Rora beranjak dari duduknya dan menghampiri Reno.

"Lo kenal dia?" Reno menunjuk dengan jarinya pada orang itu saat fotonya sudah di zoom.

"Yang mana?" tanya Rora dengan menyipitkan matanya.

"Ini loh." Jari Reno menunjukkan lebih dekat lagi.

Rora berdecak. "Jari lo ngalangin, bambang! Gimana gue bisa liat?!" semburnya.

"Eh iyaa," balas Reno lalu terkekeh.

"Itu mah Fia. Temen sekolah gue. Gue pernah sekelas sama dia waktu kelas 11. Tapi sekarang udah enggak."

"Fia?" ulang Reno.

"Iya Fia. Lo kenal?" tanya Rora.

"Anjir, itu mah mantan gue, Ra!" ujar Reno heboh.

Rora langsung menatap Reno dengan tatapan terkejut. Sampai beberapa saat kemudian, Rora malah tertawa kencang sampai memegangi perutnya yang terasa keram.

"Lah, ngapa?" tanya Reno heran. Rora masih saja tertawa.

"Lo kira gue percaya?" tanya Rora setelah tawanya mereda.

"Emang lo gak percaya?" tanya balik Reno.

"Eh, No kita udah kenal berapa lama sih? Gue tau ya lo itu kek gimana orangnya."

"Kayak gimana emang?" Reno masih bingung maksud dari Rora.

"Yaa itu. Semua cewek cakep yang lo liat, pasti bakal lo anggep mantan lah, gebetan lah, pacar lah. Udah apal gue."

"Kali ini serius, Ra. Fia emang mantan gue." Reno sampai menunjukkan dua jarinya berharap Rora akan percaya. Namun lagi-lagi gadis itu malah tertawa.

"Ya-ya-ya. Gak percaya, gak percaya."

Rora langsung meninggalkan Reno sambil menutup telinga dengan kedua tangannya. Bermaksud meledek Reno.

"Ra! Anjir gue serius!"

"Gak denger, gak denger!" teriak Rora yang sudah menaiki anak tangga.

"Kalo lo gak percaya, setidaknya bantuin gue buat ketemu sama dia!" teriak Reno lagi.

***

"Gimana tawaran yang semalem? Lo terima?" tanya Fia sambil menoleh pada Dio yang sedang makan bubur.

Saat ini mereka sedang berada di pinggir jalan. Mereka baru saja selesai olahraga. Karena kelelahan, mereka memutuskan untuk makan terlebih dahulu.

Dio menyuapkan satu sendok ke dalam mulutnya, lalu menggeleng. Setelah bubur itu tertelan, barulah Dio bicara.

"Masih mikir-mikir sih."

***

"Hei!"

Fia dan Dio kompak menoleh bersamaan ketika ada yang memanggilnya. Terlihat seorang lelaki jangkung yang menghampiri mereka berdua.

"Lo yang tadi nyanyi sama main gitar, kan?" tanyanya. Dio hanya mengangguk mengiyakan.

"Ah iya." Seakan lupa sesuatu, lelaki itu mengulurkan tangannya. "Sebelumnya, kenalin. Gue Vero."

Dio membalas uluran tangan Vero. "Dio."

"Gini, jadi tadi gue denger lo nyanyi sama main gitar. Dan suara lo cukup bagus. Jadi gue mau nawarin lo buat nyanyi di kafe gue. Gimana? Apa lo tertarik?"

"Ngomong-ngomong, lo masih sekolah?" Lagi-lagi Dio hanya mengangguk. "Tenang aja, ini gak bakal ganggu sekolah lo, kok. Karena lo bakal tampil malem."

Vero terlihat mengeluarkan sesuatu dari jaketnya.

"Oh ya, ini kartu nama gue. Kalo lo tertarik, lo bisa hubungin gue, dan gue bakal langsung share lokasinya ke lo."

Dio pun menerimanya.

***

"Kenapa masih mikir-mikir?" tanya Fia lalu melanjutkan makannya.

"Emm menurut lo gimana?" Tiba-tiba Dio bertanya pada Fia.

"Menurut gue ... yaa gapapa sih terima aja. Lumayan, kan buat nambah-nambah tabungan lo. Oh ya, main gitar termasuka hobby lo, kan?"

Dio mengangguk.

"Nah! Pas banget, kan? Gue dukung deh."

Fia mengepal tangannya di udara seolah sedang menyemangati Dio. Dio pun tertawa melihat tingkah Fia.

💑

<Tbc>

The Couple✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang