Junkyu diam saja. Bomin pun cemas.

"Junkyu, itu masa lalu gue. Tolong jangan-"

"Emang apa yang Soobin lakuin sampai kakak lo bisa lumpuh?" Potong Junkyu tak mau membuang waktu.

"Kakak gue tau rahasianya, kakak gue gak sengaja liat Soobin di suatu tempat, Soobin lagi kerja."

"Terus apa masalahnya? Soobin kan cuma kerja."

Bomin mengganti ekspresinya menjadi sendu bercampur marah. "Gue tau Soobin orang baik, baik banget malah. Tapi dia ambil pekerjaan itu sekali sebelum jalanin hidup kayak biasa. Ada kemungkinan dia ambil lagi pekerjaan itu kalau butuh uang."

"Kerja apa?"

"Pembunuh bayaran."















































Darah tak berhenti mengalir, wajah Haechan pucat pasi menahan sakit. Jaemin tidak pandai dalam urusan seperti ini, seharusnya Junkyu menggantikannya, Junkyu itu tahu semua mantra penting.

Dibawa ke tempat lain sepertinya percuma, Haechan sekarat...

"Tolongin temen gue, gue mohon," pinta Yangyang tak kuasa melihat temannya diambang kematian.

Bukannya Jaemin tidak mau, tapi dia tidak bisa. Dia tidak tahu mantra apa yang harus digunakan. Seketika dia menyesal karena suka kabur-kaburan di sekolah.

"Maaf..."

Tidak, Yangyang tidak ingin mendengar itu. Yang dia inginkan adalah Haechan selamat, itu saja. Tangannya terus menahan darah agar tidak mengalir lebih banyak, namun percuma.

Dengan lemah, Haechan menggenggam tangan Yangyang lalu memindahkan posisinya, dia menggelengkan kepala, dia tahu apa yang terjadi selanjutnya.

"M-makasih, Jaemin. Bawa Yangyang p-pergi..."

Walaupun yang di depannya bukan Jaemin temannya, Haechan sangat berterima kasih karena orang itu datang. Karena Jaemin dari dunia paralel tersebut, Yangyang bisa selamat.

"Ayo ke rumah sakit, Jaem," ajak Yangyang, lebih tepatnya mendesak.

"Gak bisa... wilayah rumah sakit terlalu ramai, kalau gue pakai sihir, orang-orang bakal tau. Gue dan Junkyu bakal kesusahan hapus ingatan orang sebanyak itu. Maaf..."

Haechan merasa tidak apa-apa, Yangyang selamat sudah cukup baginya. Selama ini dia belum menjadi teman yang baik, hari ini dia telah membuktikannya, dia telah membuat keputusan yang benar.

Kalau dia tidak melawan Jinyoung di markas tadi, Yangyang pasti sudah tiada. Dia bangga pada dirinya sendiri, dia berhasil membuktikan kalau dia adalah teman yang baik.

"Pikirin kaki lo..." lirih Haechan melihat Yangyang meringis kesakitan.

Tak tega melihat Haechan seperti itu, Jaemin memantapkan pilihannya. Masa bodo kena teguran dari orang di dunia sihir, masa bodo dimarahi Junkyu, masa bodo dirinya kena sanksi.

"Yangyang, pegangin Haechan, gue bawa kalian ke rumah sakit."

Jaemin memegang lengan Yangyang untuk berteleportasi. Sebenarnya dia tidak yakin keputusannya benar. Keputusannya ini tidak berpengaruh ke penilaian ujian Yoshi, kan?

"Chan, tahan sebentar lagi ya..."

Semoga pilihan Jaemin tidak salah.














































































Markas terbakar.

Jinyoung dan Hyunjin menyesal telah memancing amarah seorang iblis.

Di sisi lain, Renjun menahan darah dengan cara menekannya menggunakan jaket. Kedua tangannya gemetar, sulit untuk berbicara ataupun memanggil Yoshi agar membawanya pergi. Dia menyesali keputusannya yang datang langsung ke markas tanpa memakai rompi anti peluru.

Tak ada yang bisa dilakukan oleh kedua pembunuh bayaran tersebut, keduanya tersudutkan, senjata mereka berhasil direbut dan dibakar.

"Jinyoung, gimana nih?!"

"Mana gue tau!"

"だまれ!"

Inilah yang Yoshi benci, ujiannya melibatkan orang lain. Walaupun niatnya baik agar dia bisa membantu menyelesaikan masalah, dia tidak suka jika terus-terusan begini, sudah berapa kali dia kehilangan orang terdekatnya.

Karena terlampau marah, Yoshi menyerang kedua manusia tersebut tak peduli konsekuensinya.

Kedua pembunuh bayaran tersebut harus membayar apa yang mereka perbuat.

"Yoshi!"

Tidak, Yoshi tidak mau mendengarnya. Dia tidak menoleh sedikitpun.

"Yoshinori!"

Panggilan berubah menjadi bentakan, Yoshi pun berbalik ke belakang dan melihat apa yang sejak tadi menganggu pikirannya.

Harapannya pupus sudah.

















































































Yoshi gagal menyelamatkan Jihoon yang kini terbaring tak bernyawa akibat tiga luka tembak di dada.

LI(E)AR | 00 Line ✓Where stories live. Discover now