lembar 13

8 3 0
                                    


"Pikiran gue yang bilang gitu."

"Ga ada yang salah, pera---"

"HAYOO NGAPAIN ITU BEDUAAAN...." seru seseorang yang membuat Aji dan Bayu segera kembali ke kamar dan melihat siapa lagi penyusup malam ini.

Dan kini, laptop Bayu yang semula dimatikan Aji sudah kembali menampilkan cahaya. Ada seseorang disana, menonton tayangan yang baru saja Aji tamatkan.

Calvin, taukan?
Calvin Antares, pemuda yang senang bertempur dengan rumus-rumus fisika, yang tampan seperti tokoh-tokoh dunia fiksi, yang lebih memilih berpacaran dengan sin cos tan di ruang musik daripada meladeni fans-fansnya yang bertebaran.

"Lah, Aji kira Ayis." Ucap Aji.

"Ya emang Ayis yang teriak tadi."

"Bocahnya mana?" Tanya Bayu sambil mengarahkan pandang kesana kemari.

"Di kamar mandi, semedi kali," jawab Calvin asal lalu Aji bergabung untuk menonton bersamanya, tayangan ulang itu.

Baru saja Bayu ingin mengetuk pintu kamar mandinya, ia kembali kedatangan tamu dari arah pintu kamarnya.

"Woi Bang!" Sapa Kirino, dengan Felix di sampingnya.

"Ini ada acara apaaan? Tiba-tiba kamar gue dijajah?" Tanya Bayu, tak biasanya teman-temannya itu menerjang kamar Bayu, apalagi selarut ini.

o0o

Jadi, begini. Awalnya Aji bingung tidak ada kerjaan karena Eja, kakaknya itu sedang ada job manggung bersama bandnya hingga larut dan Pak Rudi beserta istri terkasihnya tidak dirumah.

Berakhirlah Aji merengek minta ikut. Eja pun menolak halus dengan perjanjian nanti pulang Abang beliin balon, katanya.

Lama-kelamaan, Eja sudah tidak tahan dengan rengekan Aji. Lalu Eja yang sudah jengkel itu mengiyakan permintaan Aji. Tetapi ditengah perjalanan, Eja menghentikan mobilnya tepat di depan rumah Bayu yang memang sejalan dengan tempat manggung bandnya, dan di situlah Eja menelantarkan Aji.

Karena bosan menunggu Bayu yang tak kunjung kembali ke kamar, akhirnya Aji menghubungi Haris. Dan Haris yang kebetulan sedang bersama Calvin itu menyusul Aji. Lalu Calvin mengajak Kirino yang sempat berpapasan di jalan.

Untuk Felix, ia mengintip. Rumah Felix kebetulan berada tepat di depan rumah Bayu, dan ketika melihat teman-temanya menyerbu rumah Bayu, yakali ga gas.

Nah, begitulah. Mahesa dan Jusuf mungkin sudah tidur. Atau memang kakak-kakaknya itu melarang mereka untuk berkumpul hingga larut.


o0o

"Tumben No, ikut."

"Oh, tadi diajak Ical." Balas Kirino.

Lalu Bayu menengok Felix yang masih disamping Kirino, tidak biasanya Lixiano begadang disaat bunda dan ayahnya pulang dari luar negeri.

"Lixiano, ini udah malem, nanti di marahin Bun---"

"Ayah sama Bunda pergi with your mom and dad, mungkin besok pulang. Abang gatau?"

"Engga." Ucap Bayu polos, lalu membiarkan felix dan Kirino menerobos pintu kamarnya.

Bayu menghela nafas berat, mengiklaskan laptopnya dirampas Aji dan Calvin untuk menonton film, mengikhlaskan kasur empuknya di ambil alih Felix dan Haris, yang entah muncul dari kamar mandi sedari kapan itu. Kini tersisa Kirino, ia awalnya bergabung menjadi satu tim dengan Felix untuk menyerang Haris. Namun, kini Kirino tak ada dikamar Bayu.

Bayu menuju balkon dan benar saja. Kirino disana, melamun entah pada siapa subyeknya.

"Udahan berantemnya?" Tanya Bayu dengan nada bercanda.

Kirino menoleh, "Masih ga trima rasanya."

Bayu terkekeh, hanya rebutan sebutir cookies dengan Haris saja sampai perang besar.

"Ngalah sama yang muda, No."

"Ini bukan masalah tua muda Bang, ini masalah manis pahit cookiesnya yang perlu diperjuangkan."

"Iya dah terserah lo. Btw No," ucap Bayu dan Kirino hanya mengangkat sebelah alisnya.

"Baik-baik aja kan?"

"Apanya?"

"Ya kalian."

"Baik, membaik." Jawab Kirino sembari mengingat pertengkaran kecilnya dengan Jean, yang sialnya bayangan Jean marah dengan ekspresi gemasnya sekelibat melewati pikiran Kirino, membuatnya terkekeh gemas.

Sedang Bayu, menghela nafas, lalu menepuk Kirino. Menyadarkannya, "udah woi!"

"Ya maap, kenapa nanya gitu Bang?"

"Gapapa sih."

Lalu Kirino hanya menggangukan kepalanya dua kali sebelum kembali menatap langit lagi.

Selang beberapa detik, Bayu bersuara, "Kemarin mereka ketemu di kantin," ucap Bayu yang membuat Kirino memusatkan perhatiannya kepada Bayu.

Tanpa Kirino diberi tahu siapa mereka itu, Kirino sudah paham. Mereka-lah, kedua insan yang menguasai hati Kirino, perbedaanya hanya pada masanya saja.

Kirino Hanya diam, menunggu Bayu menuntaskan ceritanya.

Sepanjang cerita, yang Bayu dengar hanya helaan nafas berat dan raut muka yang sulit diartikan dari Kirino.

Saat Bayu ingin membuka mulutnya kembali, Kirino melayangkan pertanyaan terlebih dahulu.

"Kaluna dibentak?" Dari Banyaknya pertanyaan yang dapat muncul dari cerita Bayu, Kirino memilih menanyakan Kaluna terlebih dahulu.

Sontak Bayu tersenyum tipis, "lo harusnya kenal Kaluna gimana, dia bukan cewe yang gampang nangis."

Kirino sangat mengenal. Benar kata Bayu, Kaluna bukan perempuan yang gampang menangis. Tetapi Kirino sangat hafal kebiasaan Kaluna ketika sebuah kalimat tajam menusuk hatinya. Itu yang Kirino khawatirkan, Kaluna akan berlarut-larut memikirkannya.

"Iya, cuman takut aja dia kenapa-napa. Dia bisa aja di depan Jean berdiri tegak, di belakang dia menunduk Bang, selalu mikirin kata-kata orang." Balas Kirino.

"Tadi udah gue hubungin, anaknya baik-baik aja. Santuy, ada gue."

Kirino menyingkirkan kekhawatiran akan Kaluna. Kaluna sudah bukan miliknya.

Barangkali Bayu perlahan menggantikannya, entah berhasil atau gagal. Kirino hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk keduanya.

...

⚡⚡⚡⚡⚡⚡⚡

Kaluna: tidak ada yang lain.Where stories live. Discover now