Prolog~

20 3 1
                                    

***

Kini tinggal-lah Raihan dan Syifa berdua. Syifa sedikit was-was, karena ia tak mau lama-lama bersama dengan seorang lelaki. Padahal toko itu terletak di pinggir jalan dan ramai akan pembeli maupun hilir-mudik kendaraan bermotor lewat. Juga mereka berada di luar toko, tidak akan mungkin timbul fitnah yang sembari tadi Syifa bayangkan. Syifa tetaplah Syifa yang sangat menjaga kehormatannya di manapun berada, perihal sepele pun baginya jika dibiarkan akan membuat syaitan mencari celah untuk memainkan perannya, sekalipun yang menjadi korbannya adalah orang yang taat beragama.

"Namamu Syifa, ya?" Pecah Raihan memulai pembicaraan.

"Iya." Syifa langsung mengalihkan pembicaraan." Afwan, Mas, saya kerja mulai dari mana ya? Tidak enak rasanya karyawan baru berleha-leha."

"Oh iya saya lupa. Mari ikut saya, jangan takut saya bukan orang jahat."

Tepat sasaran sekali, Raihan tahu bahwa dari tadi Syifa di kelilingi rasa was-was. Dari mana dia tahu, dari tadi Syifa hanya menunduk.

Syifa hanya mengangguk lagi.

Raihan menjelaskan dengan teliti, tentang bagaimana cara melayani pembeli, tentang harga barang, hingga apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama transaksi. Syifa yang cekatan langsung paham tanpa minta diulang.

"Baiklah, sepertinya kamu orangnya cerdas. Saya ke dalam dulu, saya tahu kamu dari tadi was-was bersama saya kan? Begitulah akhlak seorang perempuan yang kesuciannya terjaga selalu tidak betah lama-lama bersama dengan lelaki yang bukan mahromnya." Raihan berlalu sambil memincingkan senyumannya dan memperlihatkan dua lesung pipinya kepada Syifa, bertepatan saat itu Syifa tak sengaja menoleh.

Syifa menghela dan beristigfar, ia heran lelaki itu sedikit misterius. Namun, selalu mengetahui apa yang ada dibenaknya. Tak ingin berlarut, Syifa memulai pekerjaannya dengan niat dan berucap basmallah.

***

Cahaya Assyifa (On Going)Where stories live. Discover now