"Naw!!" panggil Dita.

Dita mengetuk kembali pintu rumah Naura, "Naw!! Lo ada di dalem?"

Raga mencolek lengan Dita, "Dobrak jangan?"

"Dih gila lo, kalo disangka kita maling gimana? Jangan aneh-aneh deh Ga!" tolak Dita, terus mengetuk pintu rumah Naura dengan semakin kencang. "Naw!! Naura!!" panggilnya.

Raga mengelilingi rumah Naura, sambil mengintip pada setiap jendela. "Naw!! Naura!!" teriak Raga mengetuk keras jendela kamar Naura. Dita yang mendengar teriakan Raga segera berlari menghampiri, "Itu, itu Naura kan?" tunjuk Raga. "Naw!! Lo ngapain anjir!! Bukain pintu!!" teriak Raga panik.

"Itu Naura kenapa? Dia masih hidupkan?" Dita kini dibuat semakin panik ketika melihat posisi Naura yang meringkuk diatas ranjang. "Naw!! Buka pintu Naw!!" teriaknya lagi.

Raga berlari menuju motornya, ia membuka bagasi motornya dan mengeluarkan semua kunci-kunci yang ada didalam sana untuk membongkar paksa pintu rumah Naura. Namun saat ia kembali, pintu rumah Naura sudah terbuka dan terlihat Dita yang tengah memeluk erat Naura saat ini.

"Lo kenapa Naw? Kenapa?" tanya Dita panik saat melihat kondisi Naura yang pucat pasi dan sangat lemah. Kantung matanya terlihat sangat jelas, Naura pasti habis menangis lama. Bahkan sangat lama.

Raga menggendong tubuh Naura, membaringkannya diatas sofa sedangkan Dita membuatkan teh hangat untuk Naura, memastikan jika Naura saat ini baik-baik saja.

"Lo kok sakit gak bilang sih? Malah matiin hape?" tanya Dita duduk disamping Naura, memberikan teh hangat pada Naura. "Minum dulu, lo udah makan?"

Naura menggeleng lemah. Makan? Jangankan makan, hidup saja Naura enggan.

"Naw. Lo dari kapan kayak gini?" tanya Dita.

Naura mendengus. Sorot matanya kosong sementara wajahnya pucat pasi. Ia tersenyum tipis. Sejak kapan? Tentu saja sejak Arga pergi dari rumahnya untuk menemui Maggie. Tidak-tidak, setelah itu. Sejak Naura tidak bisa tertidur semalaman dan hanya menangisi Arga yang seharusnya tak ia tangisi hingga pada akhirnya Naura kehilangan kewarasannya dengan cara mengirim Arga pesan yang terlihat sangat bodoh dan menyedihkan lalu pada akhirnya Naura menyesalinya.

Kepalanya terasa penuh, dipadati oleh pikiran-pikiran tentang persepsi Arga kepadanya. Naura sudah bertindak egois dengan menahan Arga, ia bahkan secara tidak tahu diri meminta Arga untuk memilih disaat dirinya sendiri bukan pilihan, kemudian setelah itu, bukannya berhenti... Naura malah mengancam Arga dengan nyawanya sendiri.

Lalu lihatlah sekarang. Apa yang ia dapati. Apakah Arga kembali?

Jawabannya adalah tidak. Arga kembali kepadanya adalah kemungkinan yang bahkan berharap untuk disemogakan saja tidak bisa. Naura harus berhenti. Ia harus tahu diri, Naura harus kembali pada saat-saat dimana ia hanya bermain-main.

Tapi kenangan akan kebersamaannya bersama Arga tak bisa membuat Naura berhenti begitu saja. Bahkan ketika Radhi meninggalkannya begitu saja, Naura membiarkannya, ia melepaskan dan merelakannya, Naura tidak memprotes apapun kepada Radhi sekalipun rasanya sakit sekali. Tetapi Arga...

Arga adalah pengecualian lain baginya. Naura merasa bahwa ia harus memperjuangkan Arga setidaknya sekali. Karena bagaimana pun juga perasaannya pada Arga jauh lebih dalam dari apa yang bisa ia ungkapkan, dan dihadapkan pada kenyataan bahwa ia harus berhenti... membuat semuanya terasa begitu sulit bagi Naura.

3 SOMETHING ABOUT LOVEKde žijí příběhy. Začni objevovat