Happy Graduation

136 9 0
                                    

Pagi ini taman samping SMA Pradana sudah tertata dengan dekorasi monokrom. Pagi ini bukan siswa siswi berseragam putih abu-abu yang hadir. Tapi para remaja dengan setelan jas lengkap dan berkebaya memenuhi area taman.

Hari ini adalah hari perayaan kelulusan 150 siswa SMA Pradana. Sekumpulan siswa sudah mulai berkumpul memenuhi area. Begitu juga dengan Nevya Elmesya dan Reynan Karendra yang ternyata mendapat posisi di meja lingkar yang sama.

Untuk memberi kesan akhir sekolah yang berbeda, panitia graduation yang adalah adik kelas mereka mengide untuk menempatkan posisi duduk secara random di meja lingkar. Dan hasilnya adalah Nevya, Reynan, Arian, Bianca berada di meja yang sama bersama Tasya, Galih, Kevan dan Bian dari kelas IPS.

"Eh, Bian gue denger lo mau daftar akpol ya?" Tanya Arian ditengah perbincangan mereka.

"Rencananya. Gatau gue masih bingung."

"Daftar aja. Gue juga daftar." Sahut Reynan.

"Wah, bakalan makin keren dong lo kalo jadi taruna gitu." Ucap Tasha antusias.

"Biasa ajalah." Respon Reynan dengan senyum-senyum.

"Awas terbang." Celetuk Nevya tanpa melihat ke arah Reynan diikuti tawa yang lainnya.

"Iri aja sih." Desis Reynan lalu menarik kepala Nevya dan memitingnya.

"Ahh, Rey, sialan!" Pekik Nevya berusaha melepaskan diri.

"Kalian pacaran?" Tanya Kevan tiba-tiba sesaat Reynan menjauhkan tangannya dari kepala Nevya.

"Ha? Gue sama dia?" Ujar Reynan menunjuk dirinya dan Nevya diangguki oleh Kevan.

"Enggalah anjir. Diamuk pak Darren nanti gue." Ucap Reynan dengan menggelengkan kepalanya sementara Nevya menatapnya tajam.

"Gimana cerita deh lo bisa sama pak Darren?" Tanya Tasha.

"Ah, asal aja dia mah. Kita kenal udah lama. Orang tua gue kenal baik sama dia, ya gitu deh." Jawab Nevya sebiasa mungkin berharap agar tidak ada pertanyaan lagi mengenai itu.

"Eh, lo pada lanjut kemana nanti?" Tanya Reynan mengganti topik dan mengalirlah cerita mengenai dunia perkuliahan diantara mereka.

"Selamat pagi, semuanya." Suara MC terdengar dan berarti acara akan dimulai.

Rangkaian acara berjalan dengan lancar dan penuh tawa. Diisi dengan beberapa penampilan dan video kilas balik mereka tiga tahun ke belakang dan cerita-cerita fun fact angkatan mereka.

Hingga tak terasa jam memasuki pukul 11 siang yang berarti acara akan berakhir dan waktunya makan siang. Semua yang berada di meja lingkar pun berpisah, begitu juga dengan Nevya yang bersama Bianca dan Reynan, Arian yang bergabung bersama para pria.

Saat Nevya dan Bianca tengah berbincang, Darren menghampiri mereka. Membuat Nevya langsung berubah ke mode dinginnya.

"Ada keperluan apa ya, pak?" Tanya Bianca to the point.

"Bisa saya bicara dengan Meysa?" Ujar Darren dengan lembut.

"Silahkan." Jawab Bianca tapi tidak berpindah dari posisinya.

"Hm, berdua." Ucap Darren dengan pelan.

"5 menit." Putus Bianca lalu meninggalkan Darren dan Nevya.

"Happy graduation, Sa. Selamat merantau." Ujar Darren memulai pembicaraannya.

"Terima kasih."

"Hm, mungkin kamu bosen. Tapi mas mau bilang maaf lagi soal semuanya. Mas minta maaf untuk semua kesalahan mas sama kamu, menyakiti kamu, buat kamu menangis. Maaf dari ini mas rasanya gak bisa hapus ingatan buruk itu, tapi mas minta maaf."

"Dan terima kasih sudah pernah memberi begitu banyak warna untuk kehidupan mas lalu dan kini. Terima kasih sudah menjadi alasan untuk bisa sampai hari ini, walaupun mungkin sejak hari ini sudah tidak lagi."

"Semoga kebahagiaan selalu menyelimuti kehidupanmu, Sa. Boleh mas peluk untuk terakhir saja?" Tanya Darren mengakhiri kalimat panjangnya.

Nevya yang sedari tadi diam menengok ke kanan dan kiri melihat keadaan sekitar. Sangat ramai.

"Mungkin tidak sekarang."

"Terima kasih untuk semuanya." Lalu Nevya meninggalkan Darren yang masih berdiam ditempatnya.

"Kapan berangkat?" Tanya Reynan pada Nevya yang tengah meminum segelas soda sembari menyaksikan penampilan teman-teman mereka.

"Bulan depan." Jawab Nevya masih fokus menonton.

"Lo kapan?" Tanya Nevya kini menghadap ke Reynan.

"Gatau. Doain aja gue lolos semua seleksi, jadi bisa berangkat mungkin Agustus atau September." Jawab Reynan.

"Sampai ketemu di Semarang."

"Yoi. Jangan sombong-sombong lah nanti disana." Ucap Reynan mewanti-wanti Nevya.

"Lo yang jangan sombong, mana jadi taruna kan nanti." Sahut Nevya.

"Engga lah. Kabar kabar aja."

Setelah perbincangan singkat itu, mereka akhirnya berpisah untuk sesi foto. 30 menit kemudian masing-masing dari saling memisahkan diri. Termasuk Nevya dan Bianca.

Drrtt drrtt drttt

"Halo."

"Aku sendiri aja ya."

"Dia masih ada kegiatan."

"Halo tante." Tiba tiba handphone Nevya berpindah tangan begitu saja dan ia hanya menatap nyalang pria di sebelahnya.

"Iya tante. Tapi tadi Darren belum bilang sama Meysa."

"Engga kok. Sebentar lagi kita bisa berangkat."

"Siap tante. Aman."

"Iya. Hati-hati tante."

"Ayo berangkat." Ucap Darren mengulurkan handphone Nevya yang ada di tangannya.

"Saya berangkat sendiri." Jawab Nevya ketus lalu mengambil kasar handphone nya dan berlalu begitu saja.

"Tante Evya minta saya bawa kamu." Darren menahan pergelangan tangan Nevya.

"Ini foto keluarga, dan bapak bukan keluarga saya." Setelah mengucapkan kalimat terakhirnya, Nevya meninggalkan Darren menuju keluar area lapangan.

"Kemana?" Tanya Reynan yang berpapasan dengan Nevya di lobby sekolah.

"Ada janjian sama ortu gue. Duluan." Jawab Nevya lalu melanjutkan langkahnya begitu pun dengan Reynan.

"Meysa tunggu!" Suara Darren menggema di lobby namun diabaikan begitu saja oleh Nevya. Sementara Reynan akhirnya menghentikan langkahnya menatap dua orang yang berjalan berlawanan arah dengannya.

"Tunggu. Kita kesana sekarang. Jangan pergi tanpa saya." Ucap Darren yang akhirnya berdiri di samping Nevya.

"Saya duluan." Nevya langsung berjalan cepat ke arah seberang membuat Darren tersentak kaget.

"Meysa jangan tinggalin, mas."

Brakk

"Nevya!"

"Pak Darren!"

Happy Reading!!

Kritik dan saran sangat terbuka..

Enjoy❣️

ene.My.loveWhere stories live. Discover now