He.4

137 11 0
                                    

Bang Dean
Nan, dimana?
Abang otw ptik

Itulah pesan dari bang Dean saat jam menunjukkan pukul 3 sore. Ini sudah waktunya jam pulang memang, tapi gue malah melangkahkan kaki menuju ke ruang laboran bukan ke parkiran.

Tokk tokk tokk

"Masuk." Begitu jawaban dari dalam terdengar, gue langsung membuka pintu dan masuk.

"Selamat sore, pak." Ucap gue menyapa seorang laki-laki yang duduk dibalik meja nya.

"Sore. Ada keperluan apa?" Tanya nya setelah menghentikan kegitannya.

"Ada yang mau saya tanyakan."

"Tentang apa? Silahkan duduk dulu." Ucapnya lalu gue segera duduk menunggunya berjalan dan duduk di hadapan gue.

"Maaf jika pertanyaan saya lancang."

"Apa yang ingin kamu tanyakan?"

"Pak Darren ada hubungan dengan Nevya?" Tanya gue to the point pada pak Darren.

Iya. Gue di ruangan pak Darren sekarang. Kejadian di kantin pukul 10 pagi tadi, membuat gue mengantar pulang Nevya yang sudah kacau. Dan yang gue tahu, masalahnya ada dari sini.

"Kenapa tanya soal itu?" Tanya nya balik. Anjir, iya juga sih kenapa gue nanyain ya.

"Tiga tahun saya tahu Nevya, dia gak pernah seperti tadi, pak. Jadi, saya hanya ingin dengar dari bapak saja." Jawab gue sesantai mungkin. Tapi jujur, ini terlalu aneh dan ya, gitu deh.

"Kamu dengar jawaban saya di kantin tadi?" Gue mengangguk sebagai jawaban.

"Yasudah. Kenapa masih mempertanyakan."

"Kenapa dia malah nampar bapak? Dan nangis sampai nyaris pingsan di taman belakang?" Tanya gue sangsi dengan jawaban yang diberikan pak Darren.

"Apa? Di taman belakang?" Tanya pak Darren dengan kaget. Ini orang nipu sih kayaknya.

"Kenapa bapak kaget? Bukan seharusnya bapak tahu keadaan Nevya?"

"Dia kemana?" Tanya panik.

"Bapak serius nanya saya?" Ujar gue heran.

"Dimana, Reynan?"

"Lho, bapak kan pacarnya. Kenapa tanya saya."

"Saya cuma minta kamu jawab." Tegasnya menatap gue tajam.

"Bapak bukan pacarnya pasti."

"Saya pamit." Ucap gue lalu bangkit dan berjalan menuju pintu.

"Reynan! Dimana Meysa?!" Kini suaranya menggelegar seruangan. Wha, bener bener nih bapak bapak.

"Kenapa tanya saya?" Jawab gue enteng sementara dia masih mengatur napasnya.

"Gini deh, pak. Bapak tau lah saya sama Nevya gak sebaik itu. Kenapa kepikiran tanya Nevya ke saya?"

"Karena kamu yang tahu posisi terakhir Meysa."

"Ya terus? Bapak pikir saya bakal ngapain? Kan dia pacar bapak. Bapak yang urus lah."

"Atau bapak bohong ya?" Todong gue langsung saat pak Darren hanya terdiam.

"Jangan bilang, Nevya jadi murung semingguan ini gara gara bapak?"

"Murung?" Tanya pak Darren pelan.

"Haduh. Udah deh pak, saya pamit." Gue langsung meninggalkan ruangan pak Darren dan menuju parkiran.

Bener-bener ya tuh orang. Bisa-bisanya bilang gitu di sekolah lagi. Gak mikir apa pandangan yang lainnya ke si Nevya.

"Reynan! Kamu yang bawa Meysa kan?" Tanya pak Darren yang tiba-tiba menyusul gue ke parkiran.

ene.My.loveWhere stories live. Discover now