Sisi Gelap Kehidupan

7 3 0
                                    


Hai, bagaimana hidupmu? Apakah indah? Apakah menyenangkan? Aku berharap yang terbaik untuk kehidupanmu. Dunia ini indah bukan? Senyum bertebaran di wajah setiap individu, keramahan yang selalu di junjung tinggi oleh masyarakat, dan gotong royong yang sudah mendarah daging di setiap insan. Tidak, saat ini aku tidak ingin membahas itu. Aku ingin membahas tentang sisi kelam dunia ini. Kenapa membahas itu? Ya, karena dunia putih tidak mungkin ada tanpa adanya dunia hitam. Begitu pula kebaikan yang tidak mungkin ada tanpa adanya kejahatan. Jadi, aku harap kau menikmatinya. Menikmati sisi lain dari dunia yang sedang kau tinggali saat ini. 

Kekayaan dan kemiskinan. Dua kata itu sudah tidak asing lagi bukan? Ya, banyak orang yang berlomba-lomba dalam mencari harta demi kepuasan pribadi. Bahkan demi menggapainya terkadang manusia menghalalkan segala cara. Mencuri, korupsi, merampok bahkan membunuh akan dilakukan demi mendapatkan apa yang dinamakan dengan uang, status, kekayaan, dan kebahagiaan. Ada pepatah yang mengatakan jika kebahagiaan tidak selamanya tentang uang ataupun kekayaan namun menurutku itu salah, tidak ada manusia didunia ini yang bisa benar-benar bahagia tanpa adanya uang. Disebuah negara yang besar sekalipun warganya tetap memerlukan uang untuk tetap hidup. 

Aku ingat ada sebuah negara yang berpedoman dengan kata keadilan sosial bagi seluruh rakyat namun apakah itu benar? Seorang wanita tua dipenjarakan dan didenda karena dituduh mencuri buah coklat dari sebuah perusahaan, seorang pria paruh baya ketahuan mencuri toa masjid lalu dibakar hidup-hidup oleh masyarakat setempat, bebearapa anak di daerah miskin terpaksa putus sekolah dikarenakan tidak sanggup membayar uang sekolah, seorang laki-laki dijatuhi hukuman 4 tahun penjara dan denda dikarenakan tertangkap cctv sedang mencuri uang dalam kotak amal, ah jika harus di tulis sepertinya 10 lembar tidak akan cukup untuk menjabarkan sebanyak apa kasus yang sudah terjadi kepada pihak miskin namum mari kita menuju kasus yang dilakukan oleh pihak kaya. Seorang pejabat mengkorupsi uang negara sebanayak 1.3 miliyar dijatuhi 5 tahun penjara namun belum ada 5 tahun dia sudah bebas melenggang diluar jeruji besi. Bukannya itu lucu? Masyarakat miskin berusaha tetap hidup walau tak jarang mereka berusaha untuk di hilangkan dari tempat mereka tinggal. Apakah memang hukum itu selalu tajam kebawah dan tumpul keatas? Ah, entah lah aku juga tidak paham namun sekalipun aku paham, aku masih takut untuk menjelaskannya. Aku takut saat aku tertidur tiba-tiba ada penjual nasi goreng dengan membawa walkie-talkie didepan rumahku. 

Lupakan tentang itu, mari kita lanjutkan. Bagaimana jika kita membahas tentang pelecehan seksual? Seuatu yang juga tidak asing bukan? Mungkin banyak manusia diluar sana yang tidak mengerti sepenuhnya tentang hal ini. Apa kau memilki pengalaman tentang hal ini? Pelecehan seksual adalah hal yang sangat sering terjadi di dunia ini, tidak hanya pada negara berkembang namun pada negara maju sekalipun. Perempuan ataupun laki-laki tetap bisa menjadi korbannya namun, sebuah negara yang ku tau tidak memerlukan bagaimana nasib yang menjadi korbannya. Mereka menganggap pelecehan seksual adalah hal yang enteng dan akan hilang dengan sendirinya padahal, para korban pelecehan seksual akan merasa dirinya kotor bahkan tak jarang mereka menganggap jijik pada tubuh mereka sendiri sampai akhirnya menjadikan bunuh diri sebagai opsi ketiga dalam kehidupannya. 

Ada seorang temanku yang merupakan korban dari pelecehan seksual, ia memberitahukan apa yang dialami kepada orang tuanya tapi, bukannya mereka membatu malah menggelar pernikahan untuk temanku dan pelaku karena mereka berpikir jika itu merupakan aib keluarga yang harus di tutupi. Sampai sekarang aku masih berteman baik dengannya namun saat aku bertemu dengannya badannya menjadi kurus kering dan terlihat beberapa luka lebam. Aku yakin ia pasti terus menerus menangis walau tangisannya tidak akan pernah terdengar oleh orang lain. 

Baiklah, apa lagi yang akan dibahas saat ini? Bagaimana jika membahas tentang si pintar dan si bodoh? Si pintar yang disanjung serta si bodoh yang dicela. Aku bingung kenapa mereka masih menyebut dengan sebutan pintar dan bodoh? Tidak hanya masyarakat yang menyebutnya seperti itu bahkan, seorang tenaga pendidik juga kadang menyebut kata-kata itu. Mereka bilang jika kata-kata itu bisa menjadi motivasi siswa agar berusaha sebaik mungkin. Sejujurnya, aku bingung dengan itu? Kenapa mereka menentukan cara pandang mereka hanya dengan sebuah angka diatas kertas? Hanya dengan angka itu banyak orang yang kehilangan masa mudanya. Hanya dengan angka itu, banyak anak menderita. Bagiku tidak masalah jika mereka tidak pandai di bidang matematika ataupun ilmu pengetahuan alam karena aku yakin, setiap insan di bumi ini memiliki bakat dan keahliannya masing-masing. 

Aku juga ingat, karena angka itulah maka banyak sekolah yang hanya menerima siswa pintar saja. Padahal tujuan dari sekolah adalah menjadikan individu yang tadinya tidak bisa menjadi bisa bukan? Jika hanya menerima siswa dengan angka tinggi, bagaimana kelanjutan dari siswa dengan angka rendah? Apakah mereka akan tetap bisa hidup dalam dama atau bahkan sebaliknya? Entah lah, aku tidak tahu. Lagipula, takdir tidak akan ada yang tau bukan? 

Mari kita lanjutkan. Ah, aku ingat ada sebuah kasus bully yang menyebabkan seorang siswi menjadi ODGJ. Kasus itu sudah lumayan lama dan sayangnya itu tidak ditampilkan di media massa. Alasan kenapa tidak ditampilkan? Karena pelaku merupakan anak dari keluarga terpandang. Tentu saja orang tuanya menyuap media massa agar anak tersayangnya tidak tersorot kamera. Mereka melakukan itu hanya karena korban merupakan anak dari keluarga miskin dan berwajah jelek. Hari-hari ia lewati dengan penuh luka. Guru-guru juga tidak ada yang membantunya bahkan, kepala sekolah menganggap itu hanya sebuah candaan anak remaja. Lucu bukan, sebuah candaan yang merusak mental hingga membuat korban kehilangan kewarasannya dan harus mendapatkan perawatan intensif dari rumah sakit jiwa. 

Bully memang selalu menimbulkan korban baik yang ringan maupun sampai kehilangan nyawa. Apa pelakunya menyesal? Oh tentu saja tidak. Mereka hanya dimulut saja bilang menyesali perbuatannya namun kenyataannya, mereka malah akan melakukan itu lebih sadis karena merasa namanya telah tercoreng. Pihak sekolah bangga memasang banner yang bertuliskan "Jauhi kekerasan dekati ilmu yang bermanfaat" atau "Sekolah ini bebas bullying" tapi kenyataannya apa? Pihak tersebut malah tutup telinga jika ada siswanya yang melaporkan mendapatkan kekerasan baik fisik maupun verbal. Ingatlah tidak semua manusia di dunia ini mendapatkan masa indah di sekolah jadi, janganlah menceritakan suatu hal yang belum tentu pernah dirasakan oleh orang lain.

Sebenarnya masih banyak sisi hitam yang ada pada kehidupan ini namun, aku sudah terlalu lelah untuk menuliskannya. Tidak, bukan lelah fisik namun mentalku yang merasakan lelah. Banyak manusia yang tidak merasakan keadilan dalam kehidupan dan mungkin kau salah satunya namun tetaplah hidup. Percayalah, kehidupan akan terasa indah jika sudah saatnya. Melakukan bunuh diri bukanlah akhir yang indah. Aku tahu itu bisa menghentikan penderitaanmu di dunia ini. Tapi apakah kau yakin jika di alam sana akan bebas dari hukuman yang sudah menanti? 

Hanya Sebuah TulisanWhere stories live. Discover now