35. Jati Diri

128 33 6
                                    

"Tidurmu nyenyak?" tanya Alevan saat seorang gadis mulai membuka matanya.

"Apa kau tidur?" tanya gadis itu pada Alevan.

"Tidak, aku terjaga semalaman hanya untuk memandangi wajahmu," jawab Alevan menyentuh wajah gadis itu dengan jemarinya.

"Kau tahu?" ucap Selena mendekatkan wajahnya dan berakhir pada dada bidang Alevan.

"Aku takut kehilangan dirimu," ucap Selena jujur.

"Aku sudah kehilangan diriku sendiri dan aku tak ingin kehilanganmu," tambahnya semakin tenggelam enggan menjauh dari Alevan.

"Alevan," panggil Selena pelan.

"Aku disini," jawab Alevan mencium lekat aroma rambut gadis itu sambil mengusap punggungnya.

"Bolehkah aku menanggilmu, Van?" tanya Selena.

"Lakukan semaumu," jawab Alevan mulai memejamkan matanya.

Selena terisak, air matanya mulai membasahi dada Alevan. Pria itu hanya bisa tersenyum, entah senyuman kebahagiaan atau kepiluan sebab semuanya sudah ia ceritakan pada gadisnya.

"Aku ingin terus bersamamu..." ucap Selena disela-sela tangisannya.

"Sekarang kau tahu kan, mengapa aku sangat marah pada orang-orang di pulau itu," ucap Alevan, hingga Selena mengangguk.

"Sekarang, aku tak akan membiarkanmu dibawa pergi oleh mereka lagi," sambung Alevan mengusap pucuk kepala gadisnya.

"Sekarang hanya ada kita," tutur Alevan lembut.

"Dan dendam," balas Selena.

"Mereka telah memisahkan aku darimu, dari semua orang, bahkan dari rumah." Selena mengepalkan tangannya dan Alevan tahu itu.

"Gadis pintar," puji Alevan sebelum bibirnya mulai menyentuh leher jenjang gadis itu.

Dirumah sakit, Jean duduk bersama Alma diruangan dimana Max terbujur kaku dengan alat medis rumah sakit.

Tiba-tiba Rudeus datang melempar sebuah plastik kecil berisikan peluru pada Jean.

"Peluru yang sama, peluru yang menembus tubuh Mikaila, Brian, dan rekan-rekanmu yang lain." Ucap Rudeus mendekat pada anaknya yang masih memejamkan mata.

"Ternyata benar, ini perbuatan si keparat itu!" tukas Jean dengan tangan terkepal. Rudeus tertawa pelan hingga membuat Alma kebingungan dengan suasana sekarang.

"Tunggu apa lagi, cepat habisi pria itu." Perintah Rudeus menatap Jean. "Juga gadisnya," tambah Rudeus hingga Jean langsung menatapnya.

"Apa yang kau inginkan!?" tanya Jean meninggikan suara.

"Tidak ada, aku hanya ingin menguji kemampuan kalian," ucap Rudeus jujur.

"Sepertinya aku harus pergi." Alma memotong percakapan mereka dengan tak enak hati dan memilih pergi dari ruangan tersebut.

"Sudah jelas, gadis itu lebih unggul dariku!" sinis Jean kesal.

"Tentu saja, karena dia dididik oleh seseorang yang luar biasa," kekeh Rudeus lalu duduk disamping Jean menggantikan Alma.

"Seseorang? Kau?" tanya Jean.

"Bukan aku, seseorang yang mendidiknya sejak ia masih kecil," jawab Rudeus.

"Jean, apa kau pernah menusuk mata penjahat pria dewasa dengan pulpen?" tanya Rudeus.

Te Amo 3 ( Selena Aneska )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang