EMERGENCY

240 16 0
                                    

Ketika ambulans tiba di pelataran rumah sakit Brady telah menunggu. Begitu bangsal diturunkan Brady dan Jose dengan gesit mendorongnya menuju Unit Gawat Darurat.

"Tunggulah disini" Kata Brady.

"Tolong lakukan yang terbaik untuknya"ucap Jose?

"Doakan aku".
Brady menutup pintu.

Nancy terus menangis. Jose memeluknya dan menenangkan hatinya.

"Sayang apa ia akan baik baik saja?"kata Nancy.

"Tentu saja. Ia wanita yang kuat"jawab Jose asal. Dalam hati ia juga sangat cemas.

"Tapi aku takut terjadi hal yang buruk".

"Maka tenangkan dirimu dan doakan dia".

Nancy mengangguk dan menghapus airmatanya..

"Jangan lakukan ini padaku".

Jose menatapnya.
"Kita akan baik baik saja. Percayalah padaku".

Nichole baru saja tiba. Brady menghubunginya tadi saat menunggu ambulans datang.

"Bagaimana keadaannya?". Nancy menggeleng.

"Brady sedang menanganinya".

Nichole melepas mantelnya dan duduk disamping Nancy.

"Aku turut prihatin atas apa yang terjadi"ucap Nichole serak.

Bagaimanapun Velicia adalah temannya dan mereka pernah satu apartemen.

"Aku tidak tahu ia akan serapuh ini saat Pirentz melukainya"kata Nancy.

"Aku akan membunuhnya jika hal buruk terjadi pada Velicia"ucap Jose emosi.
Nancy mengelus lengannya..

Tiba-tiba pintu terbuka,Brady keluar dengan tegang.

" Ia membutuhkan donor darah. Segera. Stok darah disini habis."

"Golongan darahnya AB"lanjut Brady.

Mereka saling berpandangan. Nancy mengeluarkan ponselnya dan membuat pengumuman di grup WA kelas mereka.

Tiba-tiba ponselnya berdering. Noel menelponnya.

"Ada apa Noel?".

"Hai Nancy,aku melihat pesanmu di grup".

"Ya. Velicia butuh donor darah sekarang".

"Katakan dimana lokasinya aku segera kesana. Golongan darahku sama".

"Baiklah. Thanks Noel."
Nancy menutup telponnya dan tersenyum.

Ia segera mengirimkan alamat rumah sakit. Tak lama kemudian Noel tiba. Ia berlari menghampiri mereka.

Nichole segera menghubungi Brady.

Brady keluar bersama seorang suster.

"Ikutlah dengannya untuk beberapa prosedur sebelum melakukan donor darah".

Noel mengangguk dan melirik Nancy.

"Kau berutang penjelasan padaku".
Nancy mengangguk.

Butuh waktu 2 jam hingga Velicia memperoleh transfusi darah dari Noel.

Brady baru saja keluar dari ruang penanganan Velicia.
Mereka semua berdiri dan menatap Brady.

"Semua berjalan dengan baik. Hanya saja ia masih tak sadarkan diri. Segàla sesuatu bisa terjadi"ucap Brady.

Nancy dan Nichole menggeleng.

"Aku percaya padamu sayang. Kau akan melakukan yang terbaik"ucap Nichole.

"Ia akan dipindahkan ke ruang perawatan. Kalian ikutlah ke sana. Aku akan menyusul".
Brady berlalu meninggalkan mereka.

Velicia ditempatkan di ruang perawatan VIP. Tentu saja ini karena Brady sebagai anak pemilik rumah sakit dan tentu saja Jose dan Noel anak anak konglomerat di Boston.

Velicia masih belum sadarkan diri. Brady masuk menghampiri mereka.

"Jika dalam 12 jam ini dia tak sadarkan diri maka statusnya akan dinaikkan menjadi koma".

Mereka semua terkejut. Melotot tak percaya.

"Untuk kasus ini biasanya semua tergantung pasiennya. Jika ia merasa nyaman dibawah alam sadarnya maka ia akan terus berada disana kecuali ada sesuatu yang menyentil kesadaran dan kemauannya untuk kembali pada alam nyata"Brady menjelaskan.

Nancy berjalan menghampiri ranjang Velicia. Ia mengelus pipinya yang pucat.

"Hei Vel. Ini aku. Sadarlah. Kita hampir ujian. Semua orang menunggumu. Aku,Nicky,Jose,Brady bahkan Noel disini dia memberikan darahnya untukmu"Nancy menangis.

Jose menariknya ke dalam pelukannya. Brady, Nicky dan Noel hanya terdiam bisu.

Noel baru tahu semua yang terjadi begitu ia selesai transfusi darah tadi.

Noel keluar dari ruangan dan berjalan menjauh sambil melakukan panggilan di ponselnya.

"Kenapa kau begitu pengecut?"sambar Noel emosi.

"Hei bocah,ada apa denganmu?"jawab Pirentz.

"Aku akan membunuhmu jika sesuatu yang buruk terjadi padanya".

"Aku tak mengerti apa maksudmu?".

"Oh ya?. Tentu saja karena kau sedang bermesraan dengan gadis sialanmu itu"Noel bicara semakin emosi.

"Jaga bicaramu Noel!"bentak Pirentz.

"Sudah kukatakan padamu berkali kali jangan menyakitinya tapi akhirnya kau melakukannya dengan cara brengsek. Kau bahkan senang jika ia mati sekarang. Benarkan?".

"Apa yang terjadi pada Velicia?"tanya Pirentz panik.

"Urus saja urusanmu. Dia bukan milikmu lagi. Kau sudah menghancurkannya".

Noel menutup telponnya sepihak. Ia meninju tembok di hadapannya.

Pirentz masih ada di kantor. Hari sudah malam. Akhir akhir ini ia bahkan lebih memilih menginap di kantor. Ia enggan pulang ke penthouse karena disana ada banyak kenangan bersama Velicia.

Ia membuka ponselnya dan melihat GPS ponsel Noel menunjukan rumah sakit.

Ia mencari nama Jose dan sama GPS ponselnya menunjukan tempat yang sama. Itu rumah sakit keluarga Brady.
Perasaannya tak karuan.

Refleks ia mengambil mantelnya dan meraih kunci mobil lalu turun ke bawah. Ia melajukan kendaraannya dengan mengebut.
Ia terus menghidupkan GPS Jose.

Tiba di rumah sakit ia berlari sepanjang lorong. Menaiki lift yang membawanya pada lantai teratas rumah sakit.
Ia mengikuti arah GPS dan dari kejauhan ia melihat Nancy dan Nichole baru saja mendorong sebuah pintu bertuliskan VIP dan masuk ke dalamnya.

Pirentz mendekati pintu itu. Baru saja ingin mengetuk Jose dan Noel keluar dari dalam.

"Apa yang terjadi pada Velicia?"tanya Pirentz panik.

"Tidak ada"jawab Jose singkat.

"Untuk apa kau disini?"tanya Noel masih membuang muka.

"Aku ingin melihat keadaannya"jawab Pirentz pelan.

"Pulanglah. Kalaupun dia sadar,dia juga tak ingin melihatmu"kata Jose.

"Apa sebenarnya yang terjadi Jos?"tanya Pirentz tak sabar.

"Velicia coba bunuh diri. Dan dia masih tak sadar hingga kini. Ada kemungkinan dia koma. Padahal ia akan maju ujian awal bulan ini. Apa kamu puas hahh?"terang Noel dengan suara meninggi.

Pirentz langsung mendorong pintu dan menerobos masuk. Nichole dan Nancy terkejut.

Pirentz mendekati ranjang dan melihat Velicia terbaring.
Wajahnya pucat dan ada perban di pergelangan kirinya. Infus dan alat alat lainnya begitu banyak terpasang ditubuh Velicia.

Ia menatapnya dalam dan berbisik di telinganya.
"Maafkan aku sayang. Maafkan aku". Ia meraih tangan Velicia dan membawanya ke dadanya.

***

HATE YOU 1%( COMPLETE)Where stories live. Discover now