GIFT

95 13 0
                                    

Hari minggu adalah salah satu hari luang bagi Velicia dan Pirentz. Biasanya mereka akan menghabiskan waktu bersama. Entah jalan jalan ke luar kota, ke taman favorit mereka atau menghabiskan sehari penuh di penthouse Pirentz.

Velicia baru selesai membersihkan apartemennya. Ia segera mandi dan sarapan. Memang belum ada janji bertemu dengan kekasihnya tapi ia merapikan dirinya. Mengenakan pakaian kasual dan hotpants ia mengambil beberapa buku untuk dibaca.

Bel apartemen berbunyi.
Ia segera beranjak menuju pintu. Pirentz berdiri dihadapannya dengan sebuket mawar pink segar.
Velicia tersenyum, Pirentz mengecup pipinya.

"Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat sayang".

"Kemana Rentz?".

"Kau akan tau nanti".

"Apa aku harus mengganti pakaian?".

"No. Seperti ini saja".

Velicia mengangguk dan berjalan ke kamar. Ia kembali dengan tas selempang kecil dan sneakers Nike putih.

"Lets go honey". Pirentz merangkul pinggangnya.

Sepanjang perjalanan mereka mengobrol tentang banyak hal. Termasuk perkembangan tugas akhir Velicia.

"Apa ada kendala sayang?".

"Sejauh ini belum. Masih aman terkendali".

Pirentz meraih telapak tangan Velicia dan mengelusnya.

"Aku tau kau wanita cerdas dan hebat. Kau pasti bisa".

"Itupun karena dukungan darimu Rentz. Semua mengalir dengan indah".

"Setiap malam aku selalu membayangkan hari pernikahan kita. Aku sudah tak sabar".

Velicia menyandarkan kepala di bahunya.
"I know Rentz. Bersabarlah".

Tanpa terasa mereka tiba di kawasan pemukiman elit. Velicia mengernyit heran. Ia berpikir ini tentu salah satu kerabat Pirentz.

Pirentz memarkirkan mobil di depan gerbang, lalu turun dan meletakan telapak tangannya dan gerbang pun terbuka secara otomatis.

Mobil melaju hingga terparkir sempurna di halaman mansion putih yang sangat mewah dan luas.

Pirentz mengulurkan tangan dan meminta Velicia turun dari mobil.
Pirentz membuka pintu rumah masih dengan meletakkan telapak tangan pada scanner di pintu.

Velicia terkejut dengan banner besar yang menyambut mereka saat pintu terbuka.

Happy Birthday . Love u. P

Velicia menutup mulut dengan telapak tanganya. Pirentz mengambil sebuah dokumen di meja dan memberikannya padanya.

"Happy birthday my love, my soul, my strenght,my laugh,my everything. Love you eternal. I hope you like a gift".

Velicia berurai airmata. Ia mencium bibir Pirentz lama dan dalam.

"Thanks Rentz. Aku merasa istimewa di hadapanmu. Ini tak perlu tapi kau tak akan suka penolakan so, I love you too,now and ever.
You are my destiny. Keep me always."

Pirentz meraihnya dalam pelukannya. Ada perasaan hangat dan lega yang ia rasakan. Ia tau Velicia mencintainya dan sampai kapanpun hanya akan ada Velicia untuknya.

Pirentz mengajak Velicia melihat ruangan yang ada di dalam rumah tersebut. Mulai dari ruang tamu, kamar tamu, ruang santai,dapur hingga kamar tidur.

Disisi sebelah timur terdapat kolam renang dengan dasar kolam bertuliskan inisial pv.

Memutar ke sebelah barat ada taman kecil yang penuh dengan bunga rose beraneka jenis. Terdapat kursi taman dan gazebo.
Sangat memanjakan mata.

Jika memandang keatas maka tepat kamar tidur utama. Jadi jika berdiri di balkon kamar maka otomatis tatapan mata akan dimanjakan dengan taman ini.

Mereka masuk dari pintu samping dan terdapat lorong. Disisi kiri lorong ada sebuah pintu kayu berornamen khas ,Pirentz mendorongnya dan terdapat barisan rak buku. Velicia terpekik kaget dan berlari menyusuri tiap rak. Buku bukunya masih terbungkus plastik.

"Rentz. I love you".

Velicia memeluknya erat dan mencium sekujur wajahnya. Pirentz tersenyum.
"Itu tak sebanding dengan cintamu padaku Vel".

Mereka kembali ke ruang santai. Sebuah televisi berukuran besar melekat sempurna di dinding. Semua ornamen yang menghiasi ruang ini sangat elegan dan mewah.

"Wahh ini cerminan dirimu. Aku jadi iri Rentz".

"Hei, aku bekerja keras untukmu. Untuk kita. Jadi ini  tak seberapa".

Velicia memukul pahanya.
"Dasar orang kaya. Awas saja".
 
Pirentz kembali mengambil dokumen tadi, ia meletakkannya di meja dan menyuruh Velicia untuk menandatanganinya.

"Ini milikmu. Semua atas namamu. Ini hadiah ulang tahunmu Vel".

"Kau bisa pindah dari apartemen kalau kau mau sayang".

"Tidak sayang. Ini untuk kita berdua jadi setelah menikah kita akan tinggal disini. Kita berdua dan anak anak kita"kata Velicia.

"Tidak Vel. Tentang rumah setelah menikah aku akan menyiapkannya. Ini pure untukmu. Hadiah ulang tahunmu".

"Tapi aku belum siap dan ini terlalu besar untukku sendiri. Seperti yang aku katakan tadi, aku akan pindah kesini denganmu saat pendeta selesai di gereja sayang".

Pirentz menatap Velicia dan menarik napas kasar. Aku tidak bisa menang berdebat dengannya.

"Baiklah sayang, aku tidak memaksamu tapi kapanpun kau siap untuk pindah beritahu aku ya."

Velicia mengangguk.

"Ayo, kau harus melakukan ini juga".

Pirentz menariknya berdiri menuju pintu depan.

" Letakkan telapak tanganmu untuk dipindai."
Velicia menurut.

"Selesai! Sekarang rumah ini sah menjadi milikmu. Pintu ini tak bisa terbuka kecuali telapak tanganmu dan aku di letakkan pada scanner ini."

Velicia mengangguk dan tersenyum. Pirentz menatapnya puas.

"Ayo pulang, aku sudah lapar. Mulai sekarang kita punya pilihan lain selain apartemen dan penthouse."

"Kau benar sayang,.mari buat banyak kenangan disini sebelum benar - benar menjadi suami istri".

Pirentz tertawa
"Jangan menggodaku kau tau."

"Hei apa yang kau pikirkan Rentz?Dasar pria".

"Kau tau aku sudah tak sabar sayang".

"No Rentz. Jangan pura pura lupa".

Pirentz mengangkatnya dan mencium bibirnya dengan penuh gairah. Velicia menikmati lumatan bibirnya, bahkan ia membuka mulutnya sedikit membiarkan lidah Pirentz mengabsen isi mulutnya. Aku akan meledak sekarang. Pikir Pirentz.

Ia memutuskan ciuman mereka dengan napas terengah - engah. Ia menyeka bibir Velicia yang memerah.

"Ayo ke mobil, atau kita akan membuat kesalahan Vel".

Velicia menggangguk.
"Maafkan aku Rentz. Kau akan memiliki aku seutuhnya. Waktunya pasti segera tiba".

Pirentz mengacak rambutnya. Ia menggenggam tangan Velicia menuju mobil.
Mereka meninggalkan rumah masa depan dengan perasaan cinta.

Sepanjang jalan keduanya terdiam. Pirentz kembali teringat hal yang sedang membebaninya sedangkan Velicia sangat bahagia menikmati semua perlakuan pria yang sedang menyetir di sampingnya ini.

***

HATE YOU 1%( COMPLETE)Where stories live. Discover now