Part 14

22.5K 1.2K 38
                                    

hahahaha.... sawry ya kemaren itu aku pernah updet kosong gak jelang. wakakaka... iya kemaren lagi mabok. sinyalnya jelek banget terus kan aku frustasi karena gak bisa log in fesbuk. jadi bener-bener butuh aqua kaya kata neng Ela.. hihii... ini part 14 nya. tengkyu semuanya, lup yuuu.....

***

Wangi laut mulai tercium dari kejauhan. Deburan ombak penuntas hasrat merayu dalam deburan suka cita. Nyiur melambai di ufuk barat, berdendang bersama melodi alam yang mulai tercipta. Wangi hujan menyerbu bumi tak pelak menambah syahdu sore mendung di langit Busan. Arak-arakan angin menggesek pori menyebarkan dingin di balik kesejukan. Walau jiwa menggigil di balik sutera, siapa bisa menyembunyikan gejolak cinta yang siap berpesta. Sukmanya berteriak mengingatkan pada raga kosong tanpa jiwa. Bahwa sesaat waktu akan membawanya kembali. Kembali pada masa indah sebelum kiamat terjadi.

Aku pulang….

Naemi sedang menutup matanya dan bersandar di kursi kereta. Sesekali bibirnya meringis sambil tangannya terus mendekap perutnya yang melilit nyeri. Ia menahan nafasnya beberapa saat sebelum menarik oksigen sebanyak yang ia bisa untuk membanjiri paru-parunya. Kemudian, Naemi menghembuskan nafasnya perlahan-lahan melalui mulut. Matanya terbuka dan ia sedikit terengah saat menyadari sebuah keringat jatuh dari pelipisnya. Padahal di luar sedang mendung di sertai hujan yang cukup deras. Dan udara pun bergerak menuju titik dingin.

Dan ia memang menggigil. Menyeka keringatnya tanpa mengeluh. Naemi membenarkan posisi duduknya sekali lagi. Tapi tak ada yang bisa membuatnya benar-benar nyaman. Hampir empat jam ia duduk dikereta api listrik ini dan selama itu pula ia mencoba mencari posisi duduk ternyaman yang bisa ia dapatkan. Namun tak ada satupun yang mampu membuat tubuhnya rileks.

Naemi juga tengah berjuang menahan rasa nyeri yang melanda perutnya secara tiba-tiba sekitar dua jam yang lalu. Mungkin karena itu pulalah ia merasakan keringat mulai membanjiri tubuhnya sedari tadi. Bibirnya bergetar menahan setiap ringisan yang hendak keluar dari mulutnya. Rasanya sakit di perutnya bersamaan dengan kebas yang melanda kaki sebelah kanannya. Membuat Naemi tak mampu memejamkan mata untuk sekedar istirahat. Naemi menggigit bibirnya tatkala merasakan otot perutnya yang tiba-tiba terasa kejang.

Matanya terasa berkunang-kunang dan pening segera menghantam kepalanya. Tubuhnya memang sedang tak baik sejak kemarin. Dan Naemi tak sempat berpikir bahwa perutnya juga akan memberontak sakit saat ini.

Naemi bukanlah manusia yang percaya pada untaian-untaian doa pada sang pencipta. Tapi sejak beberapa jam yang lalu ia terus saja memanjatkan doa pada Tuhan. Ia berharap agar sang pemilik langit dan bumi bersama isinya tersebut, mampu meredakan sakit yang tengah melanda perutnya. Di tambah lagi dengan rasa khawatir terhadap kandungannya, membuat Naemi memutuskan kembali beriman. Ia tak ingin terjadi apapun pada anaknya. 

Ya Tuhan, kumohon lindungi anakku. Doa Naemi kembali mengalun di dalam hatinya.

JUST ONE NIGHTWhere stories live. Discover now