treffen

763 150 29
                                    

➳➳➳➳➳ ⚘ ➳➳➳➳➳

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

➳➳➳➳➳ ⚘ ➳➳➳➳➳

°
°
°

Senyumnya yang malas dan kelopak matanya yang terkulai bersama dengan fitur-fiturnya yang menawan yang membuatnya tampak seperti menggoda setiap detik dia membuka mulut untuk berbicara. Ran memang suka bermain-main dan suka menggoda, namun gadis jelita tahu bahwa dia setia pada orang-orang yang dia dedikasikan sepanjang hidupnya.

Mengingat pekerjaannya, sisi diri Ran yang suka menggoda itu berguna karena orang mudah jatuh cinta padanya. Banyak perempuan yang patah hati karenanya dan itu sudah bukan hal asing bagi bonten dan [name]. Mereka semua mengirim ancaman pada Ran dan [name], terlebih lagi Ran mengakui bahwa ia memiliki pacar yaitu [name], gangguan kecil kembali muncul namun tidak seburuk yang lalu.

Jawaban Ran akan selalu sama pada pengancamnya, "bukan salahku kalau kamu tidak profesional dengan pekerjaanmu, kita disini hanya rekan bisnis. Aku akan pulang, tidak mau membuat pacarku menunggu. Omong-omong, terimakasih infonya." Seperti itulah ia mengelabui targetnya.

Permintaan maaf palsu yang mengejek korbannya, begitulah cara Ran mengakhiri kesepakatan. Banyak wanita di luar sana iri terhadap [name], yang bisa merebut hati seorang Ran.

"Hei sayang, malam ini aku ada rapat, tapi aku mau mengajakmu ke suatu tempat yang bagus setelah itu." Ran melingkarkan lengan pada pinggang [name] dan mengecup keningnya.

"Aku akan sangat menyukainya, Ran...tapi aku merasa tidak enak badan hari ini."

Sedikit mengernyitkan keningnya, "ada apa sayang?"

Gadis jelita gugup untuk mengatakannya, "aku merasa jelek hari ini, aku tidak mau mempermalukan mu didepan orang lain."

"Nama dan alamat?" Sinisnya.

"Huh? Apa maksudnya itu?"

"Aku ingin tau, siapa yang berbicara itu padamu?"

"Tidak ada, hanya aku merasa seperti itu. Maksudku, aku terlihat seperti gelandang hari ini." Wajah jelitanya memurung.

"Maka kamu akan menjadi gelandangan terseksi yang sudah di klaim oleh Haitani Ran." Ran menggodanya.

"Aku serius, Ran." Ia mendengus kesal.

Lengan Ran menyisir rambut yang menutupi sebagian wajah cantik [name], "aku tidak tau apa yang membuat mu berpikir seperti itu tentang dirimu, kamu harus tau bahwa kamu adalah gadis cantik yang pernah kutemui dan kamu tidak akan pernah mempermalukan ku." Senyum menawannya baru saja ditampilkan.

[Name] merasa lega dan akhirnya senyuman indahnya kembali seperti semula. Baru kali ini ia dipuji oleh seorang pria.

Ballroom kini dipenuhi oleh anggota bonten dan juga orang-orang penting yang terlibat bisnis dengan bonten. Ran menggerakkan jarinya disepanjang gelas yang diisi cairan merah. Udara di sekitar bersinar dengan cahaya dari semua warna, indra penciumannya didominasi oleh bau alkohol dna parfum yang kuat.

Pria bersurai pink terlihat tertawa terbahak-bahak bersama salah satu mitra bisnis. Ran bisa melihat rekannya yang tengah menggoda wanita sementara wanita lain duduk di pangkuannya itu.

Dia mendengar suara gadisnya terbatuk-batuk disampingnya, membuat Ran berbalik badan. Lengannya menepuk-nepuk punggung sang gadis jelita perlahan dan mengusapnya. "Terimakasih, Ran."

Hal ini membuat Ran tersenyum dan bersandar lebih dekat pada [name] karena suara musik di ballroom memekakkan telinga. "Terimakasih kembali, sayang." Ucap Ran.

Sang gadis memejamkan mata perlahan setelah mabuk menguasai dirinya — ini pertama kalinya ia mabuk, kemudian bersandar pada bahu. Namun bahu itu bukan milik Ran, sehingga membuat pemilik surai burgundy itu cemburu. Mata Ran kembali menatap sinis rekannya yang memiliki tanda luka disekitar wajah.

"Kurasa pacarmu tidak kuat meminum alkohol nya." Ia berdehem sembari tertawa kecil.

"Ya..." Jawab Ran dengan suara yang dalam, dengan lembut menarik kepala [name] dan meletakkan di bahunya, sembari ke arah sang gadis dan berbicara dengan nada yang jauh lebih lembut.

"Salah bahu, sayang. Aku tidak suka kamu bersandar di bahu pria lain atau pria itu sengaja mendekati mu."

"Cium aku..." [Name] meracau.

"Permisi?" Ran keheranan.

"Kalau begitu cium aku." Sang gadis mendekat, menarik kerah jas milik Ran sehingga tidak ada ruang yang tersisa diantaranya. "Cium aku agar semua orang tau bahwa aku milikmu, Ran."

Sudut bibir Ran terangkat saat matanya menggelap dengan nafsu, ia membelai pipi merona [name]. "Dengan senang hati..."

Mengecupnya perlahan hingga menjadi sedikit brutal, melumat bibir indah [name] dengan lengannya yang terus melingkar pinggang sang gadis sementara lengan satunya menahan kepala gadis itu untuk memperdalam ciumannya. Ia sangat suka ketika [name] terpengaruh alkohol, gadis itu akan lebih menjadi dirinya sendiri ketika mabuk.

☄︎𝑹𝒐𝒖𝒍𝒆𝒕𝒕𝒆 ⸙༄ || ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang