erster schritt

3.1K 313 15
                                    

➳➳➳➳➳ ⚘ ➳➳➳➳➳

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

➳➳➳➳➳ ⚘ ➳➳➳➳➳

°
°
°

Suara sang malam beserta serayu lembut menyapu kulit halus seakan berlagu, terdengar oleh rungu, membangunkan atma dari bunga tidur.

Sepasang nayanika amethyst memperhatikan anindya dari balkon kamarnya yang kebetulan berhadapan pada kamar salah satu penghuni unit sebelahnya - 2 gedung yang berbeda, namun jaraknya tidak jauh.

Tenang dan sunyi, daksa terbalut selimut putihnya dengan sempurna. Redup cahaya lampu tak membuat pandangan pemuda itu terhalang, sebab indurasmi siap menerangi kegelapan malam.

Ia selalu bergumam pada dirinya, pada perasaannya, pada pikirannya, apa yang membuatnya terobsesi pada dara tersebut, dirinya sendiri pun tidak tahu. Seperti medan magnet yang akan selalu menarik benda tertentu, dara jelita seakan menarik pemuda itu kapan saja.

'Apa kamu kesepian?'

'Hei, boleh tidak? Kalau aku masuk ke hidupmu.'

'Menjadi pemeran utama yang mengisi lembar ceritamu.'

Benaknya selalu seperti itu, ia pikir dirinya sudah kehilangan akal sehatnya, orang sepertinya yang sangat tidak peduli perihal perasaan, justru kini sebaliknya. Sama halnya dengan roda kecil yang berputar, perasaan pun akan berputar seiring berjalannya waktu.

Cakrawala menampakkan warna kelabu dengan gumpalan mega mendung nya. Anindya terus mondar-mandir dengan sepasang bola mata yang terpaku pada layar ponsel, sesekali memijat kening merasakan stress yang luar biasa.

"Ck, aku datang jauh-jauh dari Osaka untuk kuliah di sini, tapi ayolah...sekali saja hidupku merasakan ketenangan yang tak ada duanya." Ia bergegas menuju kampus dengan terburu-buru.

Halte bus begitu ramai, tak sempat untuk pergi ke kampus dengan keadaan seperti ini yang akan memakan banyak waktu. Sebuah mobil mewah berhenti pada trotoar dimana sang dara berdiri.

"Butuh tumpangan? Kamu bisa terlambat kalau terus menunggu." Jendela mobil terbuka memperlihatkan sosok pemuda tampan.

Kebetulan sekali, ia tak mau telat pada hari pertamanya masuk universitas. Dilihat dari sosok pemuda itu pun, anindya tahu bahwa ia adalah tetangganya.

"Sabuk pengamannya." Cakap pemuda itu.

"Oh iya maaf..." Lengannya meraih seat belt nya.

"Aku Haitani Ran."

Sang dara masih nampak cemas, melirik ke arah jendela mobil, sesekali melirik jam pada ponsel. "Permisi, bisa kamu tambah kecepatannya? Aku takut terlambat."

Alisnya naik sebelah, dengan raut malas yang selalu terpatri pada paras tampannya, ia hanya menuruti permintaan gadis tersebut. Tiba di depan gerbang kampus, gadis itu segera pergi terburu-buru. Tak ada ucapan terimakasih atau apapun, ekspresi pemuda bernama Haitani Ran itu menatap lurus pada daksa dara yang menjauh. Manik amethyst tak sengaja mendapatkan ponsel sang gadis yang tertinggal.

Tidak ada sandi atau apapun sehingga pemuda itu bisa melihat apa saja yang ada dalam ponsel anindya. "Jadi ini sebabnya kamu sering cemas di kamarmu?"

Senyum malas tersungging, "hanya beberapa langkah lagi aku bisa memasuki hidupmu, biarkan aku melindungi mu, kamu akan aman bersamaku." Sebuah kesempatan, itulah benak Ran.

☄︎𝑹𝒐𝒖𝒍𝒆𝒕𝒕𝒆 ⸙༄ || ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang