3. Sambutan Para Tetangga

662 8 2
                                    

Keesokan paginya...

Aku bangun dan menyadari bahwa aku tengah tertidur di atas sesuatu yang empuk. Rasanya ingin berbaring pulas seharian. Ditambah kain selembut kapas ini seharum mawar.

Selimut putih yang tebal menyelimuti sekujur badan hingga ujung kaki. Bantal empuk yang berwarna merah menyangga kepala Putra ini. Saat memejamkan mata, ia disambut oleh kilau lampu gantung klasik eropa dengan cahaya kuning yang hangat.

Ku bangun dan duduk sebentar. menghempaskan selimut, "Hoaamm!" Menguap dengan bukaan mulut yang lebar. Untung tidak ada lalat yang masuk. Ia mengucek kedua matanya dengan jari, mengusir belek yang bersarang sejak semalam untuk pergi.
Meregangkan badan dan kedua lengannya. "Kretek!!" Itu bunyinya.

Dengan berjalan gontai, mata yang masih sayup. Menghampiri gorden emas yang menutupi jendela di samping tempat tidur.

Ia tarik gorden besar itu, langsung  disapa silau matahari pagi. Dari balik kaca jendela, terlihat taman bunga aneka warna yang mekar, diatapi pohon besar berdaun hijau. Semuanya dilindungi langit biru cerah yang digantungi awan putih. Burung gereja bernyanyi sembari berkicau di panggung langit itu.

Bagi Putra yang gemar bangun siang. "Ohh.. masih pagi. Tidur lagi aja lah."
Sia-sia si pagi mengucapkan selamat pagi kepadanya. Salah orang sepertinya.

Dengan muka yang masih mengantuk, ingin rasanya kembali lagi ke ranjang kasur. Namun, saat melewati cermin, ia melihat pantulan dirinya,...

"APAAN INI!"

Kaget! Putra melihat dirinya, bertelanjang dada, tanpa sehelai kain pun. Juniornya yang menggontai berhasil membikin dia sadar secara penuh. Apalagi di sekujur tubuhnya kini ditumbuhi kecupan bibir, semerah apel Putri Tidur. Merah merona tapi beracun.

"ASTAGA?! Aku semalam berbuat apa!?"

Kaget tidak terkira, matanya terbelalak melihat dirinya. Ia mencoba menggosokkan kecupan bekas lipstik itu dengan telapak tangannya.
"Kok enggak hilang-hilang?". Kejadian itu membikin panik dirinya. Tidak hilang meski sudah digosok sekencang-kencangnya.

Segera ia menengok berkeliling mencoba mencari pintu toilet. Dan ketemu satu pintu di ujung kamar. Ia langsung berlari tergesa-gesa dan membuka pintu itu.

"BRAK!"

Sayangnya...
Ia tidak tahu....
Kalau kamar mandi terpisah dari kamar. Lokasi lumayan jauh dari kamarnya, tepatnya dekat dengan dapur.

Morgan, Kamil, dan lima anak kosan lain melihat Putra berdiri tanpa busana. Mereka terkejut. Melihat anak baru sudah main "nakal" di hari pertama. Ia merasa disorot oleh lampu tembak dari depan. Cahayanya membikin ia terdiam bisu. Tidak sadar dirinya telah menjadi patung hidup bagi penikmat karya "seni", para anak kosan.

Satu,
Dua,
Tiga,
Empat,
Lima.

Lima detik baru ia sadar. Kedua kalinya ia di-suprise oleh kejadian tak terduga. Tak sengaja membuka panggung bagi penghuni di pagi hari. Sebelumnya para anak kosan sibuk mengurus urusannya sendiri, tapi lima detik kemudian mereka dengan kompak tertuju satu mata kepadanya. Ada yang tertawa tegelitik, ada yang langsung menutup mata, ada yang melongo, hingga matanya terbelalak. Adalagi yang menyiul, kiwww...!

"Seksi juga anak baru ya!"  Celetuk anak kosan yang bersiul dan mengedipkan mata ke arahnya. "Wah gede juga tuh!" Tambah yang lain yang tertawa cekikikan. "Uwaw, ada yang pesta nih semalam." yang lain me-notice hadirnya kecup-kecup manja itu.

Melihat kejadian itu, Morgan dengan cepat mencari kimono dan memberikannya kepada Putra. Putra dengan cepat pakai untuk menutupi tubuhnya. Morgan langsung pergi menarik pergi Putra dan membawanya ke lokasi toilet yang benar.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 12, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Wisma Pelangi (18+)Where stories live. Discover now