2. Cinta Baru dan Perselingkuhan

1.1K 16 1
                                    

Ku naiki kereta itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ku naiki kereta itu. Untuk pertama kali, aku menumpangi ular bermesin. Ramai orang yang datang dan duduk di sini juga. Duduk di kursi paling pojok dekat dengan pintu antargerbong. Ku letakkan koper di atas tempat duduk. Tetapi... banyak mata yang melihat perilaku diriku. Aku baru sadar kalau koper di letakkan di atas "ranjang" yang terletak di langit-langit. Aku sadar dan meletakkannya dengan benar. Ku tundukkan pandangan dan hatiku berkeluh: "Ampun malunya diriku!"

Setelah itu, kereta pun berangkat. Ternyata aku baru tahu "ular bermesin" ini memakai AC. Pantas saja dingin! dan setelah mengecek tiket yang diberikan, ku lihat harga tertera: Rp. 10.000,- "Mahal pula ini kereta!". Angkot saja 2 ribu di Tanjung Pinang. Rasanya berhutang budi aku dengan Ratna.

Tak lama, ada seorang bapak berseragam kereta datang menghampiri: "Permisi mas, karcis kereta saya lihat dulu.". Aku pun memberikan karcis. Bapak itu menyobek sisi kanan dan memberikan sisanya padaku. "Tidak apalah, buat kenang-kenangan pertama kali naik kereta." ucapku soal karcis itu.

"Dek, dari luar kota ya?" Tanya seorang ibu muda yang duduk di samping aku. Ia berbadan agak tambun, berambut lurus panjang, bemuka agak lonjong dan berkacamata dengan lensa kotak, serta ada tahi lalat di dahinya. Ku jawab: "Iya bu.". Kemudian ia bertanya setumpuk pertanyaan kepadaku dengan detail: nama lengkap saya, alamat rumah di daerah, nama ayah, nama ibu, lokasi kampus, jurusan hingga lokasi yang akan aku tuju, keadaan keuangan hingga jumlah tabunganku yang ku bawa saat ini.

"Wah jauh juga ya." kata ibu itu. Hingga ia menawarkan sesuatu: "Nah di Jakarta, itu perlu uang banyak dek. Enggak cuman modal ganteng doang mas. Supaya ngalir duit mas, lebih baik punya cincin yang saya pakai ini mas!" Ia melepaskan cincin itu dari jari manis tangan kirinya. "Ini berkhasiat loh mas, bisa memperlancar usaha kuliah mas. Kalau mas buka usaha, duitnya ngalir terus. Ini loh buktinya. Saya baru aja ambil dari rekening ATM, 50 juta loh mas! Ini dari usaha konter pulsa saya di Mangga Dua. Ini bukti struk atmnya mas." Ia merayu, menyakinkanku dengan membuka sedikit tas kecil miliknya. Dan benar di dalam tas itu banyak lembaran uang kertas biru dan merah. Dan struknya itu benar, 50 juta rupiah instan tertera dari bank Mandiri.

"Supaya yakin, nih mas dicoba diliat keaslian uang saya." Ia memberikan beberapa lembar uang dari tasnya. Saat aku coba cek, memang betulan uang asli. "Apakah banar bu dapat uang banyak seperti ibu?" ku Tanya supaya yakin.

Dengan muka senang dan bahagianya, ia menepis keraguanku atas kemanjuran cincin ini. "Mas, dicoba dulu saja." Aku pun mencobanya... dan...

"Mas... biar mas yakin dan manjur coba mas berdiri lalu duduk lagi selama 3 kali. Itu manjur loh mas!" kata ibu muda itu dengan yakin. Entah kenapa aku menuruti permintaan ibu itu. Bediri, duduk, berdiri lagi, duduk lagi...

CCRRRITTTT....,,,,

Tiba-tiba Gerbong yang aku tumpangi mengerem mendadak. Dan aku tersadar,...

"Kamu selama di perjalanan jangan ngobrol apapun dengan seseorang yang enggak dikenal di stasiun. Kecuali Satpam!" Kata Ratna di kapal tadi.

Wisma Pelangi (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang