Scenario chap. 1

Começar do início
                                    

Aku mengangguk.

"Kuso yarou, bersihkan lantai!"

Aku mengangguk.

Hm? Tidak tidak... Aku tak melakukan semua perintahnya karena berharap aku bakal menjadi seperti Cinderella yang disiksa oleh ibu dan kakak tirinya. Aku juga tak berharap ada ibu peri tau pangeran yang menyelamatkanku.

Logika ku jauh realistis dan simpel.

Aku ini seorang anak yatim piatu yang tak memiliki apapun. Sedangkan Katsuki adalah anak dari pasangan baik hati yang mengadopsi aku. Oleh karena itu, aku harus membalas budi agar tak dicampakkan.

Sudah itu saja.

Simpel bukan?

Tapi yah, sepertinya acara balas budi ini beralih ke sesuatu yang di luar kendali ketika Katsuki bertemu teman-teman barunya.

"Hoi, Bakugou!!"

Aku menengok kumpulan anak laki-laki yang memanggil Katsuki.

"Ayo main ke hutan!" ajak salah seorang temannya.

"Yosh! Hoi kuso, bawa belanjaan sampai ke rumah. Aku mau main."

Aku mengangguk meskipun belanjaan itu terlalu banyak untuk aku bawa sendirian. Dengan susah payah, aku menyeret belanjaan itu.

Dan sialnya, Mitsuki-san sudah pulang.

Haha, tentu saja Katsuki kena marah karena membiarkan diriku membawa belanjaan sendirian.

Bagaimana kalau [Y/N] diculik, bagaimana kalau [Y/N] pingsan di jalan, bagaimana kalau terjadi ini itu.

Katsuki menatapku seolah-olah aku lah yang salah, seolah akulah si pengadu.

Tapi hey, aku menutup mulutku rapat-rapat sejak ada di panti. Aku tak mungkin memberitahu Mitsuki-san.

Sejak itu, Katsuki seperti menaruh dendam padaku. Ia sering mengajak diriku keluar, bertemu teman-temannya, lalu membully aku dan seorang anak berambut hijau, Midoriya.

[Musim semi, tahun pertama SMP]

"Selamat karena sudah masuk SMP!!" kata Mitsuki-san ceria.

Aku menulis di kertas lalu menunjukkannya ke Mitsuki.

{ Arigatou, Okaa-san. Aku akan berjuang! }

Ha, jangan pedulikan kata-kata itu. Itu semua cuma omong kosong. Mana berani aku menyebut Mitsuki dengan Okaa-san?

"Oi, ayo berangkat."

Aku mengangguk lalu mengikuti Katsuki dari belakang.

Singkat cerita, aku, Katsuki, dan Midoriya sekelas. Ditambah, sifat Katsuki semakin menjadi-jadi.

Ia menghajarku di luar dan baik padaku di rumah.

Seperti hari ini.

DUAAKK!!

Aku dihujani bola basket di lapangan.

Siswa lain? Pfft, jangan tanya! Mereka mendukung Katsuki karena aku tak pernah bicara di kelas. Meski disuruh guru, aku menolak bicara sampai Mitsuki-san dipanggil kepala sekolah.

Tapi ya.... sekolah tak bisa melepaskan aku yang merupakan si pemenang lomba.

"Hoi! Kau mengganggu tahu!" seru seorang anak.

Hope & Dream Project Onde histórias criam vida. Descubra agora