|19| Shit Shift

311 57 2
                                    

"Shift!" seru Tiram.

"Mungkin mereka bisa!" bentak Shift.

Kini mereka sedang berada di halaman depan.

"Jangan gegabah!" sahut Tiram.

"Terus?"

"Lo rela kita dipermalukan kayak gini!? Nggak kan? Kita harus cari tahu dibelakang dia ada siapa!" seru Shift.

"Hanya dengan peringkat lo, yang dua tingkat di atas kita saja tidak akan bisa melawan mereka! Siapapun di belakang Leza, itu nggak bisa diremehin" sahut Shift.

Maksudnya adalah peringkat keluarga baru Shift. Ya, Shift diangkat menjadi anak oleh keluarga yang sama-sama bergelut di dunia hitam ini. Dan keluarga barunya itu, menempati peringkat dua tingkat di atas mereka.

"Terus!? Kita mau diem aja? Mau nunggu apa? Toh nanti atau sekarang juga sama aja!" sahut Shift.

"Lo! jangan-! bukan!. Sama sekali nggak boleh ceritain sedikitpun tentang kejadian ini sama orang tua lo. Itu akibatnya pasti bisa lebih parah dari ini" sahut Tiram.

"Gue udah bilang. Papa bakal cari mereka" sahut Shift.

"Shit! Shift! Lo gila! Udah tahu keluarga lo yang sekarang paling gampang terprovokasi. Tapi kenapa malah lo kasih tahu! Gila ya?" sahut Tiram.

"Jangan terlalu ngeremehin gue. Keluarga gue ga bakal kalah gitu aja. Gue yakin, gue bakal bisa ngulik asal-usul perempuan itu!" seru Shift.

"Lo kenapa sih sebenernya!? Bukan cuma gara-gara ini kan? Dari awal lo keliatan banget nggak suka sama Leza!" sahut Tiram.

"Jelas! Cewek centil kaya gitu! Jijik gue!" seru Shift.

"Kalo cemburu jangan berlebihan!" bentak Tiram akhirnya. Ia langsung pergi meninggalkan Shift. Melangkah dengan pasti ke arah ruangan Ayah. Tentu saja ia harus melaporkan tindakan Shift ini.

"Shit! Kenapa sih! Bela aja terus tu cewek!" bentak Shift, yang tak dipedulikan oleh Tiram.

Kaki perempuan itu juga melangkah pergi keluar dari halaman. Ia menuju mobil pribadinya. Mengemudi dengan ugal-ugalan seiring emosinya yang tak stabil.

***

Di dalam ruangan itu hanya terdengar suara pergerakan jarum jam.

Leza dengan mata terkantuk-kantuk duduk di samping Alfath.

Sudah 3 jam sejak pingsan, laki-laki itu tak kunjung membuka matanya.

Tanpa sadar kepala Leza semakin menunduk. Hingga bertemu dengan tubuh Alfath.

Waktu berlalu dengan cepat. Suara dering telepon Alfath terdengar nyaring di jam 5 pagi ini.

"Ahh siapa sih" gumam Alfath dengan suara serak.

Tangannya mencoba menyingkirkan benda atau seseorang yang berada di atasnya.

Tangannya dengan kasar menjambak rambut Leza, yang ia kira itu kepala Tiram.

"Ahh!!" teriak Leza refleks. Rambutnya terasa mau lepas. Rasa sakitnya mampu membuat ia langsung terbangun dari tidurnya.

"Leza!?" pekik Alfath terkejut.

Leza langsung bangun dari posisinya yang duduk di kursi sebelah tempat tidur.

"Sakit bego!" pekiknya kesal. Belum lagi, tubuhnya terasa pegal semua karena tertidur dengan posisi duduk.

Sedangkan Alfath yang terlalu panik, tadi langsung duduk dari tidurnya. Tentu saja, itu membuat kepalanya terasa seperti memutari ruangan.

"Jangan langsung duduk!"

We Don't KnowWo Geschichten leben. Entdecke jetzt