Bab 10 - Terlambat

Start from the beginning
                                    

Jaesar? Membuat bubur? Sejak kapan dia bisa memasak?

Karina mengernyitkan dahinya melihat bubur di hadapannya, tapi mau tak mau memakannya karena dia merasa sangat lapar. Setelah selesai makan dan minum, Jaesar kembali memberinya obat yang dia dapatkan dari klinik akademi tadi pagi dan menyuruh Karina untuk meminumnya.

"Kembalilah istirahat. Aku akan pergi setelah kau tidur." Katanya mendorong bahu Karina agar kembali berbaring dan menyelimutinya.

"Kenapa kau membantuku?" Karina tak tahan lagi dan bertanya karena penasaran.

"Kemarin aku kesini untuk berbicara denganmu, tapi sepertinya kau sudah tidur karena tak juga membukakanku pintu. Namun ternyata pintu kamarmu tak terkunci jadi aku masuk untuk memeriksa, dan aku melihat kalau kau sakit, jadi..." Jaesar sengaja tak meneruskan kalimatnya karena dia yakin Karina juga tahu kelanjutannya seperti apa yang dia lihat sekarang.

"Terima kasih." Ucap Karina seraya membalikkan badannya memunggungi sosok Jaesar.

Dia tak mengira Jaesar akan merawatnya seperti ini. Ini tak pernah terjadi di kehidupan sebelumnya, karena itu Karina sangat bingung saat ini. Apa ini terjadi karena tindakannya selama ini yang berbeda dari sebelumnya? Itu mungkin saja. Semakin tindakannya berbeda maka semua yang terjadi di sekitarnya juga akan berubah dan berbeda dari sebelumnya.

Namun, keputusan Karina tetap tak akan berubah. Dia yakin, perasaannya terhadap Jaesar akan menghilang lama kelamaan. Sebenarnya, selain rasa suka dan rasa bersalahnya pada Jaesar, Karina juga membencinya. Mengenang masa lalu bagaimana Jaesar telah memperlakukannya dengan buruk serta mengabaikannya selama bertahun-tahun. Bahkan setelah semua yang dilakukan Karina untuk mendukung dirinya dengan tulus. Seandainya saja Jaesar memperlakukannya dengan baik, mungkin saja Karina tak akan mengambil jalan yang salah dan menjadi wanita serta ratu kejam yang haus akan kekuasaan.

Karina menghentikan semua pikiran dan penyesalan itu, lagi pula semuanya sudah berlalu. Hal seperti itu tak akan mungkin lagi terjadi di masa depan, karena Karina tak mungkin akan memilih pilihan yang sama seperti sebelumnya.

Seperti itulah Karina akhirnya kembali tertidur karena efek obat yang diminumnya. Sementara Jaesar tengah duduk di kursi yang ada disamping kasur Karina sambil memandangnya kosong. Dia kembali berpikir apa yang sebenarnya dia lakukan selama ini terhadap Karina sangatlah salah. Penyesalan memang selalu datang diakhir, semuanya sudah terlambat untuk memperbaiki hubungan mereka yang terlanjur rusak.

Jaesar sejak kecil selalu bersama Karina, dia tahu betapa rapuhnya tubuh Karina, dia tahu bagaimana menderitanya gadis itu karena diabaikan oleh ayahnya. Namun entah sejak kapan sosok Karina mulai mengganggunya karena gadis itu semakin arogan dan terobsesi pada dirinya. Jaesar perlahan mulai risih dan membencinya. Sikap Karina yang kekanak-kanakan membuatnya melakukan hal-hal jahat pada gadis bangsawan lainnya yang berani menganggu atau dekat dengan Jaesar.

Jaesar membenci Karina yang bersikap arogan, seolah-olah kalau Jaesar adalah barang miliknya. Sejak saat itulah Jaesar berhenti bersikap lembut dan hangat padanya. Jaesar mulai menunjukkan sikap acuh tak acuh dan mengabaikannya, dia bermaksud membuat Karina jera dan berubah sedikit demi sedikit. Namun dia salah. Tindakannya malah membuat semuanya menjadi petaka.

Karina memang berubah, tapi dia berubah ke arah lain yang kini tak bisa digapainya. Ekspresi sedih dan penuh kekecewaan selalu terlihat diwajah Karina tiap kali mereka bertemu. Melihat ekspresi itu, hati Jaesar sangat sakit. Kini bukan Jaesar yang mengabaikan Karina, justru malah sebaliknya.

"Dimana letak kesalahannya?" gumam Jaesar tersenyum pahit memandang wajah Karina yang tertidur pulas. "Apa aku tak memiliki kesempatan lagi? Apakah semuanya benar-benar sudah terlambat?" Jaesar mengulurkan tangannya ke arah Karina, dengan perlahan dia menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajahnya ke belakang telinga.

Perlahan Jaesar menggenggam tangan Karina, dia mengecupnya dengan lembut.

"Aku benar-benar tak ingin melepaskanmu, Karina," suaranya bergetar, dia menundukkan kepalanya dalam-dalam. Emosinya terasa campur aduk, dadanya sesak karena tak mampu mengungkapkan perasaannya saat ini.

"Aku tak sanggup untuk melepaskanmu." Dia menitikkan air mata, tak mampu lagi menahan semuanya. Namun dengan cepat mengusapnya, takut kalau-kalau Karina tiba-tiba membuka matanya dan melihatnya.

"Maaf. Maafkan aku." Setelah mengatakan itu, Jaesar bangkit dan keluar dari kamar Karina. Namun, saat pintu tertutup Karina membuka matanya. Dia mendengar semuanya, dia tak benar-benar tidur.

Namun bahkan setelah mendengar pengakuan dan penyesalan itu, Karina tetap tak tergerak. Dia sama sekali tak merasakan apapun di hatinya. Dia hanya menatap kosong ke langit-langit kamarnya dan beberapa saat kemudian benar-benar tidur.

Mungkin inikah dinamakan mati rasa? Mungkin saat ini Karina benar-benar telah melupakan perasaannya pada Jaesar.

Malam itu, untuk pertama kalinya Karina tidur dengan nyenyak semenjak dia kembali ke masa lalu. Mimpi buruk tentang saat-saat kematiannya yang biasanya datang saat tengah malam kini tak datang.

***

2 Oktober 2021


Villainess QueenWhere stories live. Discover now