Polisi tersebut berhasil ditangkap satu jam kemudian setelah dilakukan pengejaran, namun polisi tersebut tidak mau mengaku siapa yang menyuruhnya melakukan hal itu.

Ada satu nama orang di pikiran Renjun dan Jihoon, mereka memikirkan orang yang sama. Tapi, masa iya sih?

"Jungmo masih di dalem mobil? Apa gak pengap di sana?" Tanya Yoshi tiba-tiba datang dari belakang.

Keduanya sedang melamun, alhasil mereka tersentak. Jihoon refleks memegang dadanya, untung tidak jantungan.

"Lo kalau dateng salam dulu, minimal panggil nama. Lo mau gue mati muda? Kayak setan aja lo."

"Maaf, tapi emang sengaja sih..."

Satpam di dekat gerbang sampai geleng-geleng kepala melihatnya. Satpam tersebut melihat Yoshi berjalan menghampiri dua temannya, tapi pemuda itu sudah disana sejak dua menit yang lalu.

Renjun diam, jujur saja jantungnya berdegup kencang, dia merasakan sesuatu yang aneh ketika Yoshi datang. Senyuman pemuda tersebut terlihat... aneh.

Dan lagi... mengapa Sunwoo mengawasi mereka dari jauh?

"Kita harus cari Yangyang sama Jinyoung, mereka bakal jadi korban selanjutnya," ucap Yoshi memberitahu.

Mendengar itu, Jihoon dan Renjun segera bangkit dari duduknya, jiwa detektif mereka menggebu-gebu.

"Dimana tempatnya?" Tanya Renjun.

Yoshi mengedikkan bahunya. "Entah, pelakunya gak kasih tau apa-apa."

"Pelakunya minta digebuk, gue frustasi nih mikirin masalah ini. Ngasih tahu kok setengah-setangah, gue doain nanti tangannya tinggal setengah," doa Jihoon penuh julid dan seram.

"Gak boleh gitu, doa yang jelek bisa berbalik ke diri lo sendiri..." tegur Yoshi, lalu mengalihkan atensinya ke Jungmo yang panik karena mobilnya sebentar lagi terbuka.

"Omong-omong, Yosh..."

"Ya?"

Jihoon menyipitkan matanya, mempersiapkan pistolnya dengan segera. "Shotaro dimana?"

"Ada di rumah..."

Jihoon memberi kode kepada Renjun, lalu kembali fokus ke Yoshi. "Siapa nama lo?"

Yoshi terheran-heran. "Kenapa tiba-tiba?"

"Jawab dulu!"

Walau tak mengerti mengapa Jihoon mendesaknya, Yoshi tetap menjawab dengan tenang. "Kanemoto Yoshinori."

Cklek!

Pistol langsung Jihoon arahkan ke depan. Orang-orang terkejut dan menjadikan mereka sebagai pusat perhatian, tak terkecuali Renjun yang berada di dekat mereka.

Jihoon mengeratkan genggamannya pada pistol, matanya menatap Yoshi dengan rasa marah bercampur kecewa.

"Sebelumnya kita dapet informasi dari Seunghwan temennya Renjun. Seunghwan tanya ke gue, apa gue temennya Kanemoto Yoshinori? Gue jawab iya. Lo tau gak Yosh... gue dapet info kalau nama lo itu Sakamoto Yoshinori, bukan Kanemoto."

Yoshi terlihat terkejut, terlihat dari alisnya yang sedikit terangkat dan senyuman yang memudar. Namun dia kembali tenang.

"Gue Kanemoto Yoshinori, mungkin Seunghwan salah-"

"Gak mungkin!" Sela Renjun. "Seunghwan memang punya temen namanya Sakamoto Yoshinori. Tapi mereka lost contact sejak lulus kuliah tiga tahun yang lalu. Itu lo kan?"

Ketiganya diam sejenak, hanya suara hujan yang terdengar. Hujan membasahi pakaian mereka, tapi tak menghentikan Jihoon dalam menjalankan tugasnya.

Tak berselang lama, tawa Yoshi pecah. Entah apa yang lucu, dia tertawa dan terdengar menyeramkan.

"Kalau itu memang gue, kalian mau apa?"

Dari jauh, Sunwoo mengulum bibirnya gelisah. Jangan sampai Jihoon dan Renjun terluka, dia takut. Kalau mereka terluka, siapa yang akan menjamin keselamatannya karena menjadi saksi mata kematian Hyunjoon...

"Angkat tangan!" Perintah Jihoon.

Tanpa ragu Yoshi mengangkat kedua tangannya sesuai yang diperintahkan. "Oke. Tapi, kalian lupa? Nasib Yangyang dan Jinyoung ada di tangan kalian. Telat sedikit nyawa mereka gak tertolong."

"Kenapa lo ngomong begitu?!"

Pertanyaan Jihoon dibalas dengan smirk penuh makna. "Tanpa gue jawab lo udah tau, Jihoon. Maaf karena bohong, itu demi keberhasilan gue. Liat kan? Sekarang mendekati ending dari semuanya, gue harap lo terima kalau gue memang bukan temen yang baik buat lo, Ji."


































































Seunghwan mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi setelah mengetahui lokasi keberadaan Yangyang, Jinyoung, dan Haechan. Dia tak sendiri, ada Yunseong di sampingnya.

Berkat kemampuan meretas Seunghwan, lokasi mereka diketahui dengan cepat tanpa kendala. Jujur, mereka lebih takut dengan ketua pembunuh bayaran dibandingkan Haechan─orang yang dipaksa untuk menjadi anak buah mereka sejak kematian Hyunjoon.

Sudah pernah dibilang sebelumnya, Seunghwan itu tahu banyak hal. Dia tahu siapa orangnya, bukti pun sudah ada dan sudah dikirim ke email Jihoon dan Renjun.

Jihoon dan circlenya memang bukan temannya, namun Seunghwan, Yunseong, dan Renjun membantu mereka demi seseorang.

"Seunghwan, sebentar lagi mereka bakal tau fakta yang sebenarnya. Semoga mereka bisa terima apa yang terjadi, terutama Jihoon."

"Gue harap begitu..."

Yunseong merasa lega. Dia senang karena sebentar lagi akan selesai, hasil akhirnya ia serahkan kepada Tuhan. Mereka sudah bekerja keras demi sang teman, apapun hasilnya... mereka berharap akan baik-baik saja.

Hujan semakin deras, angin berhembus kencang menerpa pepohonan hingga miring posisinya. Udara menjadi dingin dan berkabut, sulit untuk melihat jalan.

Seunghwan mengemudikan mobilnya hati-hati, laju mobilnya bertambah cepat seiring lantunan musik berjudul And We Walk After karya Trevor Kowalski.

Angin berhembus semakin kencang, Yunseong merasa ngeri melihat ke depan. "Hwan, pelanin lagi bisa gak?"

"Kapan sampainya kalau lambat, Yuyun?"

Yunseong semakin ngeri. "Dengerin gue, pelanin mobil lo sekarang."

Seunghwan tak mendengar, dia malah menambah laju kecepatan mobilnya. Yunseong memegang sabuk pengamannya, Seunghwan melaju sangat cepat membelah kabut.

Kalian tahu tidak, setelah itu dia menyesal.

Ketika mobil melewati perempatan pohon tua di sebelah kanan tiba-tiba tumbang, parahnya pohon tersebut menimpa mobil. Lebih tepatnya, pohon tersebut menimpa bagian depan tempat mereka berada hingga remuk dan rusak parah.





































































"Ah sialan, gue gagal lagi!" Umpat seseorang melihat peristiwa di depan matanya. Di mengusak rambutnya, kepalanya menunduk.

"Maaf terlambat dateng, gue harus bawa Bomin ke tempat yang aman dan pastiin dia baik-baik aja," lanjut orang itu dengan tatapan sendu.

LI(E)AR | 00 Line ✓Where stories live. Discover now