CRAZY NIGHT

117 17 2
                                    

Ayo Buat Malam Yang Lebih Lebih Meriah Lagi!



Malam yang kelam tanpa bintang itu, membuat sang rembulan menampakkan dirinya dengan begitu angkuh. Seakan mengatakan pada dunia bahwa ia lah yang paling indah di langit.

Sebuah mansion didalam hutan tanpa unjung itu, terdapat tujuh orang yang sedang berkumpul di satu ruang santai menikmati waktu malam dengan kesibukan masing-masing.

"Huft! Bosan... " Gerutu salah seorang pemuda beriris merah bara bagaikan api itu.

Ia melempar konsol game di tangannya ke sembarang arah. Menidurkan diri di lantai berlapis karpet mahal. Ia memandang langit-langit ruangan tersebut.

"Kalau bosan setidaknya buatlah hal yang berguna! " Kata seorang pemuda sembari serius menatap buku filosofi di tangannya dengan sesekali membetulkan letak kacamata nya yang sedikit turun.

"Hal berguna apa?" Ujar pemuda bermata bara itu menatap sebal si kutu buku berkacamata.

Dengusan dari si kacamata membuat sang pemuda naik pitam. Mengundang tawa dari si iris biru tua.

"Sudahlah Blaze. Kau tidak usah mendengarkan apa kata Solar" Sang leader bersuara sebelum terjadi baku hantam. Ia sangat tau akan sifat si 'api' yang mudah terpancing dan Solar yang memiliki harga diri tinggi pasti tidak akan mau kalah.

Brak!

"Sialan! " Ujar Blaze kesal. Ia memukul meja yang tak jauh darinya.

"Ck, berisik" Kata seorang pemuda yang kini sedang menutup mata. Ia tidak suka tidur nya di ganggu terutama oleh pemuda tempramen layaknya Blaze.

Blaze melirik sekilas. Ia tidak peduli pada beruang kutub yang satu itu.

Alasan sebenarnya ia tidak menyahuti pemuda tadi adalah karena disebelah nya ada sepasang iris ruby yang menatap dirinya.

Takut mencari masalah dengan sang permata darah, ia lebih memilih memaki dalam hati.

"Sudahlah Blaze. Yuk main sama kita" Ajak pemuda beriris biru tua yang diangguki oleh si emerald dengan wajah polos.

Mood Blaze sedikit membaik. Setidaknya ada mereka berdua yang paham perasaan nya.



Tok tok tok


Ketujuh pemuda tersebut saling berpandangan. Mereka mengerutkan kening mendengar suara ketukan pintu dari luar yang menggema ke seluruh mansion.

Siapa yang berkunjung kemari?, begitulah fikir mereka.

Sang iris emas bangkit meninggalkan ruangan dan menuju pintu utama untuk mengetahui 'siapa' yang berkunjung.


Saat membuka pintu, Sang iris emas terkejut. Bibirnya mengucapkan nama satu orang yang ia sangat hafal.

"BoBoiBoy? "

Sang empu yang di panggil mengangkat wajahnya yang sedari tadi menunduk. Bola matanya terlihat jelas terkejut.

"Gempa? "

Gempa menetralisir rasa terkejut nya lalu tersenyum dan mempersilahkan BoBoiBoy masuk. Ia mengajak BoBoiBoy ke ruangannya tadi saat berkumpul.

"Hei kalian, lihat siapa yang datang" Ujar Gempa tersenyum tipis.

"BoBoiBoy! " Heboh TTM. Sementara ketiga pemuda lainnya hanya tersenyum. Entahlah mereka sangat bahagia.

Malam itu mereka habiskan dengan berpesta ria menyambut kedatangan Sang 'pemeran utama'.

Karena lelah, mereka semua beristirahat di kamar masing-masing.

.
.
.
.
.

"Ini gila! BoBoiBoy benar-benar ada di hadapan kita! " Heboh Blaze. Ia bahkan tidak peduli reaksi sinis Ice yang tidur nya terganggu. Yang lain menyetujui.

"Tapi kalian gak merasa aneh? Soalnya dia kok bisa ada disini"ujar Solar. Ia membetulkan letak kacamata nya.

" Dia 'manusia' seharusnya tidak bisa ke tempat ini"kata Halilintar pelan. Ia menyadarkan badannya ke dinding sambil bersidekap dada. Iris ruby nya bersinar dibawah cahaya bulan membuatnya terlihat seperti darah.

Jujur beberapa dari mereka agak merinding jika melihat wajah serius Halilintar. Karena ia dikenal paling ditakuti diantara mereka bertujuh.

"Bagaimana kalau kita tanya saja pada BoBoiBoy? " Usul Gempa. Mereka menyetujui saran Gempa lalu berjalan ke arah kamar yang ditempati BoBoiBoy.

Tok tok tok

"BoBoiBoy? " Panggil Gempa.

Tak ada jawaban. Gempa mengerutkan kening nya. Pintunya tidak terkunci sama sekali dan kamarnya kosong.

Mereka bertujuh mencari keberadaan BoBoiBoy dengan berpencar. Tak lama Thorn memanggil mereka ke sebuah ruangan.

"Kenapa Thorn?" Tanya Taufan.

"Itu! " Serunya menunjuk sebuah buku yang halaman terakhir nya telah tersobek.

Mereka semua terkejut melihat buku 'berharga' mereka tersobek pada bagian terakhir nya. Mereka mengetahui siapa pelakunya. Karena dirumah ini tidak ada siapa-siapa lagi selain mereka bertujuh dan 'dia'

Mereka kembali mencari BoBoiBoy dan menemukan nya di ruang bawah tanah sedang menatap tujuh peti mati di hadapannya.

"Ara ara"

"Ups! Ketahuan! "

"Danger! Danger! "

BoBoiBoy terkejut dan berlari menjauhi ketujuh pemuda yang berteriak memanggil namanya.


.
.
.
.
.

Mereka bertujuh mengejar BoBoiBoy sampai di ruangan jam kembali. Mereka memasang wajah khawatir begitu melihat BoBoiBoy mematung dengan memegang jarum jam.

Mereka mendekat lalu BoBoiBoy tiba-tiba tertawa dan menggila.

Tubuh ke tujuh pemuda itu ditikam. Darah mengalir ke seluruh ruangan. BoBoiBoy masih tertawa dengan tangan berlumuran darah.

Tiba-tiba darah-darah tersebut melayang bersama dengan ketujuh pemuda tersebut. Ruangan tersebut secara tiba-tiba berputar membuat BoBoiBoy panik.

Ketujuh orang yang telah dibunuhnya bangun dan menuju ke 'atas' meningalkan dirinya yang semakin jatuh ke bawah. Ia berusaha menggapai-gapai tidak mau terjatuh.

"Kumohon tolong aku" Tangisnya.

Jam yang telah rusak kembali seperti sedia kala. Ruangan jam tertutup, pintu aula tertutup, dan terakhir gerbang mansion tertutup.

Suasana hening kembali menyelimuti setelah sebelumnya terdengar pekikan dan jeritan. Seolah semuanya tertelan kegelapan.



Bersambung...


Next Twilight Night.

NIGHTWhere stories live. Discover now