Sayang katanya? Wah. Arga sudah gila.

Tidak. Tapi Naura yang sudah gila. Ia tidak sadar akan posisinya sekarang?!

"Kamu minggir nggak? Aku lagi masak mie," kata Naura. Tangannya melepaskan tangan Arga yang memegang bahunya.

"Nanti lagi aja bikin mie nya," timpal Arga. Pria itu berjalan dan mematikan kompor, membuat Naura menatapnya penuh perhitungan.

"Kamu jago ya mematikan sesuatu," sindir Naura.

Arga tertawa, "Naura, ya ampun," katanya.

Naura berjalan menjauhi Arga dan masuk ke dalam kamarnya. Arga mengejarnya, ia duduk di depan Naura yang kini terduduk di ranjang. Pria itu meraih tangan Naura dan menggenggamnya, "Naw... semua waktu yang aku habiskan sama kamu adalah waktu-waktu yang menurut aku nggak akan pernah bisa aku lupakan seumur hidup aku."

"Sama kamu, aku bener-bener dapet hal yang sebelumnya nggak pernah aku dapatkan."

"Sama kamu, aku bener-bener jadi sosok yang mungkin aku sendiri lupa seperti apa aku dulu."

"Kamu—"

Suara Arga terhenti karena deringan kencang yang terdengar di ponselnya yang tergeletak diatas meja ruang TV. Pria itu menatap Naura dan memberikan sinyal padanya untuk menunggu, lalu ia berjalan terburu-buru mengambil ponselnya. Entahlah, saat ini ia merasa ada sesuatu yang terjadi.

Kening Arga mengerut melihat Nara, teman sekolahnya yang menghubunginya saat ini. Sudah lama sekali ia tidak berkomunikasi. Disisi lain, Naura yang penasaran berjalan pelan mendekati Arga yang sedang berbicara ditelpon, hingga tiba-tiba raut wajahnya berubah. Ada sesuatu yang buruk terjadi sepertinya.

"Gue kesana sekarang!" ucap Arga panik, lalu dengan segera meraih jas hitamnya yang tergeletak disofa.

"Ada apa, Ga?" tanya Naura menghampiri Arga. "Masalah kantor?" tanyanya lagi memastikan karena ekpresi panik Arga yang tak mampu disembunyikan. Arga memakai jasnya dengan terburu-buru, ia memasukan ponselnya kedalam saku celananya. "Arga, aku sedang bertanya!!" pekik Naura kesal, lantaran Arga sama sekali tidak menjawab pertanyaannya, bahkan menyadari dirinya yang berada dihadapanyapun tidak.

"Maggie pendaharan, dia self harm. Aku harus cepet-cepet kesana!" jawab Arga masih dengan panik. Ia memakai kaos kakinya terburu-buru.

Naura terdiam. Rasanya hatinya seperti disayat pisau tumpul yang membuat hatinya terluka secara perlahan namun dengan cara sangat menyakitkan. Melihat wajah Arga yang begitu panik mendengar kabar dari Maggie membuat Naura semakin sadar diri, dia bukan siapa-siapa. Naura hanya selingan bagi hidup Arga, dia bukan barang berharga yang membuat Arga lupa akan statusnya. Arga suami dari Maggie.

"Aku pergi dulu" pamit Arga bangkit dari sofa setelah selesai memakai sepatunya.

Kedua lengan Naura mengepal kencang seolah tengah menahan rasa kesal dan sakit yang kini menjadi satu. "Bisakah kamu tetap disini?" pinta Naura.

Arga menghentikan langkah kakinya, ia menatap Naura seolah tidak mengerti dengan apa yang diucapkan Naura barusan. "Aku harus pergi Naura, Maggie ada di rumah sakit sekarang" terang Arga.

"Aku meminta kamu untuk tetap disini!" sangat terlihat jika saat ini Naura ingin menahan Arga untuk tidak pergi meninggalkan dirinya.

"Gak bisa Naw, Maggie butuh—"

"Sampai kamu keluar dari rumah, jangan pernah berharap kamu bisa kembali kesini atau bahkan bertemu lagi denganku" ancam Naura serius. Sorot matanya terlihat tajam dan bersungguh-sungguh akan ucapannya kali ini.

Arga berjalan menghampiri Naura perlahan, ia mencoba untuk menenangkan Naura yang sepertinya tengah emosi. "Naw, kamu kenapa?" tanya Arga mengusap bahu Naura, karena baru kali ini ia melihat Naura begini.

Naura tetap mematung, ia menatap Arga lekat. "Kamu masih tanya aku kenapa? Kamu pura-pura gak tau atau malah ingin langsung mendengarnya dari mulutku langsung?"

"Sayang kamu—"

Naura melepaskan lengan Arga yang berada dibahunya. "Stop Arga!! Berhenti panggil aku sayang! Nyatanya bukan aku orang yang kamu sayang! Aku hanya perempuan bodoh yang terbuai oleh sikap suami orang yang nyatanya hanya mempermainkan perasaan aku ini. Setelah semuanya kamu dapatkan, sekarang waktu yang tepat untuk membuang sampah ini, kan?" oceh Naura sambil meneteskan air mata. Ucapan Naura kali ini membuat Arga kebingungan. Ia tidak menyangka jika Naura menilainya seperti ini.

"Naw!! Apa kamu sadar ngomong kaya gini? Liat aku Naura!" pinta Arga memegang tubuh Naura kuat. "Aku sayang sama kamu, tapi saat ini kondisi Maggie gawat Naw, dia lagi ada di rumah sakit" terang Arga.

Naura memalingkan pandangannya, ia tidak mau terbujuk atau bahkan kalah lagi dengan ucapan Arga. Rasa egoisnya telah mengalahkan kewarasannya saat ini. Naura hanya menginginkan Arga untuknya, peduli amat dengan Maggie yang tengah berada di rumah sakit.

Ya Tuhan Naura! Dimana rasa kemanusiaanmu?

"Baiklah, silahkan. Aku memberikamu pilihan. Tetap disini bersamaku atau pergi dan menemui istrimu. Jawaban ada padamu, Ga. Satu hal, jika kamu tetap pergi, tolong jangan lagi menemuiku!" ancam Naura.

Arga mengusap wajahnya frustasi, disaat seperti ini ia malah dihadapkan pada pilihan sulit. Arga tidak mampu untuk memilih salah satunya. Arga tidak mampu kehilangan Naura, perempuan yang menjadi mood bosternya bahkan hari-harinya lebih indah saat bersama Naura. Namun Arga juga tak bisa meninggalkan Maggie, istrinya yang kini sendirian di rumah sakit.

"Maaf Naw, aku harus pergi. Maggie saat ini membutuhkanku, aku janji akan segera kembali setelah semuanya membaik" janji Arga memeluk tubuh Naura.

Naura tertawa dan meneteskan air mata secara bersamaan, ia membalas pelukan Arga saat ini. "Baiklah Arga, ini pilihanmu. Anggap saja ini adalah pelukan terakhir kita, jangan sampai kita bertemu lagi" ucap Naura kemudian melepaskan tubuh Arga.

"Naw" sebut Arga.

"Pergilah, ini pilihanmu bukan?" usir Naura halus.




To Be Continue

*****


Selamat malam semuanya, mari bermalam minggu nan kelabu bersama Naura. Temani menangis, meratapi nasib baik yang tak berpihak padanya. Berkali-kali menyadarkan diri, nyatanya kewarasan itu kalah oleh perasaan.


Jatuh cinta itu bukan dosa ...

Jatuh cinta itu bukan kesalahan ...

Namun Jatuh Cinta pada orang yang salah itu adalah Dosa!

3 SOMETHING ABOUT LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang