66 | Berkorban

Mulai dari awal
                                    

"Bodo." Deana mengedikkan bahunya cuek. "Mbak Kei, gue bawa rujak. Kita makan di luar yuk," ajaknya, jika kalau tidak mengalihkan perhatian, mami akan terus membahas Mas Al Mas Al kesayangannya.

Keifani melirik Darius yang sudah masuk ke alam mimpi terbukti napasnya mulai teratur, sepertinya suaminya kelelahan sehabis muntah tadi.

***

"De kasih tahu ya, Mbak. Mami itu sekarang tergila-gila banget sama artis Arya Saloka gara-gara kena racun sama teman arisannya."

Keifani mengulum senyum, dia memang sudah tahu ketika mami pernah meneleponnya hanya untuk menceritakan sinetron yang lagi booming saat ini, ikatan cinta. Yang dibintangi oleh Arya Saloka dan Amanda Manopo. Hampir setiap kali menelepon mami tidak pernah absen membahas mas Al begini atau mas Al begitu, walau dia tak pernah sekalipun menontonnya tetapi mendengar antusiasme mami membuatnya senang.

"Ehm, De harap Mbak nggak mengalami hal yang sama deh. Masa De dipaksa ikutan nonton Mas Al sih, bukannya apa ya. De kan nggak terlalu suka nonton sinetron."

Ya, memang dari dulu Deana tidak suka nonton sinetron yang episodenya sampai ribuan pun apalagi dengan FTV pelakor kumenangis. Hhh, Deana paling kesal nonton begituan, bukannya menghibur malah tambah emosi melihat kelakuan pemeran pelakornya yang kebayakan bikin kesal.

Keifani mencomot mangga lalu mencocolnya di saus gula merah, menahan rasa kecut seraya mendengarkan curhatan Deana tentang tersiksanya menemani mami nonton sinetron.

"Terus, pernah ya, Mbak. Papi tuh sering banget ngambek gara-gara Mami terus-terusan memuji Mas Al, Mbak bisa tebak gimana merananya Papi ketika Mami menyebut deretan nama lelaki di depannya tanpa bisa melarang."

Keifani kemudian tertawa kecil, bisa dibayangkan wajah papi yang masam karena harus bersaing dengan mas Al.

"Eh, Mbak. Sejak kapan kamu makan mangga?" tanya Deana yang baru sadar rujak yang isinya berbagai macam buah itu, Keifani hanya memakan mangganya saja sedangkan buah melon kesukaan sang kakak ipar tak tersentuh sama sekali.

Keifani pun tersadar lalu matanya menatap mangga yang berada di tangannya, lalu pandangannya pada piring rujak di depannya yang buahnya masih utuh selain mangga.

Entah mengapa rasa asam mangga membuatnya tak bisa berhenti memakannya? Padahal Keifani bukan penyuka makan makanan kecut terutama mangga, apalagi dia punya penyakit maag, disarankan untuk tidak memakan makanan kecut berlebihan tetapi hari ini....

Keifani tersentak menyadari sesuatu, sontak dia menyentuh perutnya lembut. Baru sadar jika dirinya sedang mengandung, apa jangan-jangan dia suka mangga karena kandungannya? Memang saat dia memindahkan rujak ke dalam piring, matanya langsung berbinar begitu melihat mangga di sana, bahkan air liurnya hampir menetes saking semangatnya ingin merasakan rasa kecut pada mangga itu.

Bagaimana bisa Keifani lupa jika dirinya tengah mengandung? Ya, karena kehamilan pertamanya ini malah terbilang anteng. Tidak seperti kehamilan muda yang biasa dia lihat pada ibu-ibu lainnya, dia tidak pernah merasakan morning sickness, tidak mual, tidak pusing, tidak lemas. Dia malah bersemangat dan terbilang makin aktif malah sekarang Keifani sering berdandan serta bergaya di depan cermin. Dia sangat memperhatikan yang namanya penampilan.

Deana tampak berpikir. "Mbak kok kayak orang lagi ngidam, ya," Matanya menyipit menyorot Keifani. "Apa jangan-jangan Mbak lagi hamil?" pekiknya senang.

"Siapa yang hamil?" seru mami muncul dari kamar mandi.

***

"....sudah saya bilang nggak akan bertanggung jawab, pastikan kamu berhasil menyuruhnya menggugurkan kandungannya. Iya, saya nggak mau tahu. Terserah kamu pakai cara lembut atau kasar, hmm, kalau dia mau uang, suruh sebutkan saja berapa dia mau. Ya sudah, pokoknya saya mau anak itu digugurkan."

Klik...

Hartanto menghela napas lelah, tangan gempalnya memijat pangkal hidungnya akibat rasa pusing yang menderanya. Bagaimana tidak? Berbulan-bulan dia memaksa Bella untuk menggugurkan kandungannya tetapi dia bersikeras untuk mempertahankannya, walau perempuan itu berjanji akan tutup mulut dan tak menganggunya tetapi tetap saja dia harus waspada. Dan tak yakin jika suatu saat Bella memanfaatkannya karena anak itu dia biarkan tetap hidup.

Brak...

Suara dentuman pintu yang dibuka kasar membuatnya mendongak menatap tajam sosok tinggi tegap yang menyerupai parasnya berdiri dengan napas memburu seperti menahan emosi.

"Hentikan semua ini, Pa. Sampai kapan Papa akan terus membunuh benih yang Papa tebar pada setiap perempuan lain."

"Jangan pernah ikut campur urusan Papa!" bentak Hartanto marah.

Sosok itu mendecih. "Gimana aku nggak ikut campur, Pa. Ini tentang nyawa seseorang. Papa nggak ingat perempuan yang pernah Papa hamili setahun yang lalu, Papa paksa dia melakukan aborsi hingga dia merenggang nyawa. Belum korban Papa lima bulan yang lalu yang harus menjalani kehidupannya di rumah sakit jiwa, dan sekarang tanpa rasa bersalah Papa ingin kembali melakukan hal itu pada perempuan yang Papa hamili? Di mana hati nurani Papa?...."

Bukk...

Gebrakan meja disertai tatapan Hartanto sontak membuat sosok itu terdiam. "Diam kamu!" tunjuknya penuh amarah. "Sudah selesai ceramahnya, hah? Sekarang kamu bisa keluar dari ruangan kerja Papa."

Rupanya segala bentakan tak meruntuhkan niatnya, sosok itu malah kembali bicara. "Kali ini aku nggak biarin orang lain menjadi korban, Pa. Aku akan melakukan sesuatu."

Hartanto tersenyum sinis. "Kalau begitu, kenapa bukan kamu saja yang menikahinya sebagai tanggung jawab. Ya, itupun kalau kamu mau, kalau nggak juga nggak pa-pa. Tapi Papa akan menyuruhnya melakukan aborsi."

"Jadi kalau menikahinya Papa akan berhenti menganggunya?" tanya sosok itu memikirkan dampaknya.

"Ya," jawab Hartanto menyandarkan tubuhnya pada punggung kursinya, rautnya yang tegang berangsur normal. Hilang sudah segala amarah di dalam hatinya, apalagi begitu rencana lain yang tiba-tiba terlintas di otaknya.

"Baiklah, aku akan menikahinya tapi jangan menganggunya lagi."

Inilah yang Hartanto tunggu, mengumpan anaknya untuk dimanfaatkan.

"Oke, Papa nggak akan menganggunya dengan syarat bawa dia pergi dari negara ini. Papa nggak mau melihat kalian lagi, selamanya. Kamu sanggup, Fuad?"

Sekali lagi Fuad mengorban hidupnya untuk sang papa yang tidak pernah menganggapnya anak.

***

BERSAMBUNG

Btw, ini sy tulis pada saat mal Al masih ada di ikatan cinta ya wkwkw klo sekarang kan udah gak ada ya.

Jeng jeng jeng

Jadi Fuad anaknya si Hartanto dong, semua antar tokoh ternyata saling berhubungan 🤭

Jangan lupa vote dan komennya ya bestiiii 🙏

See you next part

Loveable Ties (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang