Gracia menyuguhkan dua gelas teh hangat untuk Shani dan Desy, sementara Okta dengan senang hati mengajukan diri menemani Stefi di kamar. Gadis kecil itu terbangun tadi saat baru saja sampai di rumah. Mungkin karena masih mengantuk, jadilah bocah itu rewel.
“Jujur aja gue kaget banget kalo cewek yang diceritain Shani itu lo, Gre. Gak nyangka aja gitu, orang yang dia cariin selama ini tuh, ternyata berada deket banget. Kayak dunia ini gak sebesar itu ternyata,” Desy terkekeh sendiri dengan ucapannya.
Sejak Shani bercerita tentang bando dan gadis kecil masa lalunya, Desy gerak cepat menyuruh informannya untuk mencari tahu. Saat menerima hasilnya, dia malah tertawa geli karena cewek yang dimaksud ternyata adalah sahabat karib tunangannya sendiri.
“Untungnya kita pernah ketemu beberapa kali, jadi gue masih inget sama wajah lo,” lanjut perempuan yang lebih tua itu.
Okta memang sangat jarang mengajak Desy berkumpul dengan teman-temannya. Bukannya tidak mau mengenalkan dan bisa akrab dengan teman-temannya, hanya saja perempuan itu tampak selalu sibuk, jadinya ia tak ingin terlalu mengusiknya.
Ah Okta ya, Shani baru ingat kalau Desy punya tunangan. Maklum dia belum pernah tatap muka langsung dengan perempuan muda itu. Acara tunangan mereka pun dia tidak hadir. Untungnya tidak ada yang protes dengan tingkahnya. Desy pun hanya bisa maklum.
Dan untuk masalah ini, Shani harus mengucap syukur dan berterima kasih pada kakaknya itu, karena telah membukakan jalan untuknya bisa bersatu dengan perempuan yang menjadi tujuan hidupnya. Memang tak salah dia meminta tolong pada Desy.
Perasaannya mulai berdebar dengan segala skema tak terduga ini. Rencana Tuhan memang tidak pernah salah. Okta yang tunangannya Desy, terus sahabatnya Gracia. Memikirkannya saja sudah mengalir segala ide-ide jitu di otak jeniusnya.
Sungguh, Shani serasa dapat anugerah. Jalannya jadi lebih mudah untuk mendekati Gracia juga Stefi. Pastinya Okta ingin pasangan yang baik untuk sahabatnya, ‘kan? Dan Shani adalah orang yang terbaik dari segala yang terbaik. Tentu saja. Sudah pasti itu! Shani Indira is the best partner for her best friend.
Sementara Shani merasa kesenangan dengan pikirannya, Gracia malah mengerutkan kening saat mendengar kalimat Desy.
Desy memang tunangan sahabatnya, tapi mereka tak begitu dekat. Okta juga jarang membicarakannya ketika mereka berkumpul. Terus apa katanya tadi? Shani sudah mencarinya dari lama? Apa maksudnya?
“Uhm, maaf Ci Desy, apa maksudnya Shani udah nyariin aku dari lama? Kita aja ketemuan baru beberapa hari lalu. Aku juga gak inget pernah ketemu Shani sebelum ini,” Gracia menyeruarakan kebingungannya.
Ups
Desy keceplosan. Shani seketika panik, melotot tajam pada perempuan yang lebih tua darinya itu. Dia saja tidak-ah bahkan belum berani bicara kalau Gracia adalah orang yang dicarinya. Kenapa malah diceritain duluan?! Shani mengerutkan kening memutar otak mencari alasan.
“Eh, begini Gracia, maksud Ci Desy itu-“
“Yaa maksdunya ya itu. Jelasnya dari bando ini nih. Kali aja lo inget sesuatu gak Gre?” Desy tanpa basa-basi mengeluarkan bando ungu lusuh dari balik jaketnya.
Shani yang melihat itu semakin panik dan bergerak gelisah. Dia menatap heran, tidak percaya pada tingkah Desy yang tiba-tiba. Gracia sendiri malah terdiam ketika perhatiannya jatuh pada bando ungu seukuran punya Stefi di tangan Desy. Lusuh, namun terlihat sangat familiar.
“Eh, ini-“
“Kok bisa ada di Cici? Ngapain Cici bawa-bawa bando ini?” Shani gelagapan, ingin menjangkau bando itu dari tangan Desy tapi tak sampai.
YOU ARE READING
Invisible String (with you)
General Fiction"Hell was the journey but it brought me heaven" ...and at the end, I'm with you <3
