62 | Menunggu

Magsimula sa umpisa
                                    

Setelah menyimpan baju kotor Bella di sana, Tiana melangkah menuju coffe shop yang bersebelahan dengan tempat laundry. Dia butuh asupan kafein untuk menghilangkan penat di kepalanya.

"Do, gue pesan yang biasa ya." Tiana menyerahkan kartu kreditnya pada Aldo---barista di coffe shop---ini.

"Oke, Mbak Ti." Selesai melakukan transaksi, Tiana mengambil tempat favoritnya, paling pojok bagian belakang agar tak menganggu pengunjung lain.

Seraya memainkan ponselnya, dia tak sengaja mendengar dua orang yang bergosip. Awalnya dia tampak acuh tak peduli, tetapi mendengar nama Bella disebut dia lantas memasang telinga baik. Wajahnya sontak memerah menahan amarah, cemohan dan hinaan yang didengarnya membuat dirinya naik pitam.

Tetapi dia harus tenang, Tiana akan bersabar sebelum waktunya tiba. Dia akan membungkam mulut nyinyir orang-orang yang menghina Bella.

Lihat saja nanti.

***

Sebulan sudah berlalu, dari terakhir Keifani mendapatkan kiriman foto Darius dan Bella di atas ranjang. Hanya satu kali dia mendapatkan kiriman seperti itu dan bersyukur setelah sebulan tidak ada lagi kiriman macam itu di kantor atau apartemennya. Dia berusaha untuk percaya pada suaminya, walau tak bisa disangkal dia sempat goyah tetapi dengan keyakinan dalam hatinya dia coba mengabaikannya. Biar gimanapun mereka punya masa lalu, mereka pernah bersama dan Keifani tidak punya kuasa untuk mengubah itu.

Kecuali...

"Kei, lo ngelamun lagi?" Keifani tersentak mendengar gerutuan Theana.

Saat ini dirinya berada di Explorasa atas undangan sahabatnya sekaligus owner kedai kopi ini, Theana baru saja pulang dari Bangka. Sahabatnya mengatakan ingin membagikan oleh-oleh untuk dirinya dan juga Amara serta Salwa.

"Lo dan Salwa kenapa sih? Hobinya ngelamun aja," gerutu Theana kembali.

Keifani meringis pelan, dia bahkan lupa sempat mengkhwatirkan sikap aneh Salwa. Dan sekarang dia mulai kena virus Salwa yang hobi ngelamun. "Sori, kerjaan di kantor lagi heetic banget nih."

"Ya udah, nih." Theana menyodorkan paper bag padanya. "Lo baiknya pulang deh, lo kayaknya butuh istirahat."

Keifani menatap kosong paper bag di atas meja, terlihat untuk bercerita tetapi dia tak akan sanggup menyimpannya sendiri, maka. "The, gue mau cerita."

Melihat Keifani memasang wajah serius sontak Theana menegakkan badannya. "Ada apa?" tanyanya penasaran.

Awalnya Keifani terlihat ragu, akan tetapi secara perlahan mengalirlah semua cerita yang sudah sebulan disimpan dalam hatinya. Ekspresi yang ditampilkan Theana berubah-ubah, meski begitu dia tetap diam menyimak ceritanya.

Setelah Keifani menyelesaikan ceritanya barulah Theana membuka suaranya. "Gue boleh lihat fotonya, Kei?" tanyanya hati-hati.

Keifani membuka tasnya, mengambil sesuatu di dalamnya lalu menyerahkannya pada Theana.

Sahabatnya menatap lekat sebuah foto di tangannya, memastikan ada yang salah tetapi tidak dapat menemukannya. Dia lantas menaikkan pandangannya. "Gue nggak bisa ambil kesimpulan gitu aja karena yang ahli mengamati sebuah gambar kayak gini cuma si Arif tapi dia lagi ke Depok antar Raline ke rumah orangtuanya."

Kedekatan Arif dan Raline semakin erat, bahkan sudah dua bulan mereka resmi berpacaran dan tentu saja tempat biasa yang dijadikan mereka kencan, Explorasa. Tetapi lumayan jadi Raline sering membawa teman-temannya nongkrong di kedai ini. Theana menggeleng, kenapa dia malah jadi memikirkan sepupunya yang tengik itu.

"Maksud lo?" tanya Keifani tak mengerti.

"Karena Arif tahu, mana foto asli atau foto editan. Tapi ini hanya dugaan sementara dari gue, foto ini bisa aja asli. Makanya gue bilang kita tunggu Arif sampai balik ke Jakarta," jelas Theana.

"Terus kapan Arif balik ke Jakarta?"

Theana mengangkat bahunya. "Nggak tahu juga, kemarin dia bilang abis dari nganter Raline langsung lanjut ke Bandung sih. Lo tahu kan kita mau buka cabang di sana, makanya sekalian tinjau lokasi yang strategis."

Keifani mendesah kecewa. "Ya udah, lo simpan aja fotonya. Begitu Arif balik lo kasih lihat terus segera hubungin gue."

"Okelah."

"Kalau gitu gue jalan sekarang," pamit Keifani sebelum beranjak dia sempatkan cipika-cipiki dulu. "Karena gue nggak sempat ketemu dengan Amara, gue titip salam aja ya."

Theana mengacungkan jempolnya, memang bukan hanya Keifani. Hanya saja sahabatnya yang satu itu agak telat datangnya sedangkan Salwa tidak bisa datang dikarenakan Sabil kembali rewel.

"Tiati ya, Beb."

***

BERSAMBUNG

Mohon maaf lahir batin ya teman2 🙏
Walau agak telat ucapannya tapi itu tulus dari hati terdalam.

Setelah seminggu kemarin cukup aktif jalan sana jalan sini akhirnya aku bisa up lagi dong hehe aku gak bisa janji up cepat tapi aku selalu usahakan ya 😁

Yg udah gak sabar bisa langsung cusss ke karyakarsa ya, disana mas uus udah TAMAT plus extrapart loh ☺

Vote dan komennya yg banyak ya

See you next part

Loveable Ties (TAMAT) Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon