Part 23: Trouble Started

Start from the beginning
                                        

And who is gonna save you,
When I'm gone?
And who'll watch over you,
When I'm gone?

Tepuk tangan dan sorakan meriah seketika meluncur dari mulut Prisa dan yang lainnya. Bahkan, Kak Tera sampai bersiul dengan memasukkan telunjuk dan jari tengahnya ke mulut. Hana mengipas-ngipasi Kak Livi dengan tangan yang digerakkan berlebihan.

Tiba di akhir lagu, mereka memberikan standing applause untuk penyanyi dengan bakat terpendam itu. Kak Livi hanya mengangkat sebelah bibir, kemudian meletakkan mikrofon. Dia mengangkat tas ranselnya ke pundak dengan gagah.

"Oke. Udah, yuk, kita cabut!" 

"Yah, kok, udahan? Satu lagi, dong, Kak Livi!" pinta Hana.

"Iya, Kak. Suara Kakak bagus banget! Ayo, nyanyi lagi!" timpal Prisa.

Kak Livi menggeleng tegas. "Lihat, tuh! Waktunya udah habis!" ujarnya menunjuk ke layar.

Mata mereka terbeliak. "Ah, iya! Ayo, cepat keluar!"

Keluar dari tempat karaoke, mereka berjalan tak tentu arah di dalam mall. Kak Tera tiba-tiba menjerit saat melihat departemen store,

"Guys! Lagi ada diskon gede-gedean! Ayo, kita belanja dulu!" 

Tanpa menunggu jawaban, dia menyeret Prisa menuju pusat perbelanjaan itu. Kak Livi mengomel di belakangnya, sementara Hana ikut antusias dengan menggandeng sebelah lengan Prisa. 

Tak dapat dipungkiri, Prisa sendiri juga berbinar melihat tulisan angka persentase diskon berwarna merah di atas rak-rak pakaian. Ia membayangkan akan membeli setelan baru untuk berjaga-jaga kalau nanti bertemu dengan Mas Asa. Eh, kenapa jadi Mas Asa?

"Kak Prisa!"

Terdengar suara yang menghuni telinga Prisa beberapa hari ini. Ia menghentikan langkah, membuat Kak Tera dan Hana otomatis mengikutinya. Suara itu terdengar lagi, membuatnya menggerakkan tubuh yang kaku untuk menoleh.

Seketika perutnya terasa mulas, jantungnya berdegup keras. Keringat dingin mulai membanjiri sekujur tubuhnya. Kakinya mendadak lemas untuk berdiri demi melihat dua orang yang seolah datang dari neraka.

Gista dan Mas Rayhan kini berada di hadapannya!

***

"Katanya acara Kakak belum selesai? Kenapa Kakak ada di sini?" 

Gista berteriak seraya menghampiri Prisa dengan tatapan ingin membunuh. Matanya merah, napasnya memburu. Tangannya terkepal erat saat matanya melihat ke arah Hana dan Kak Tera yang saling bertatapan.

"I-itu … acaranya baru selesai, Gis," kilah Prisa mencari alasan. Sesaat ia tersentak mendengar suara berat yang diucapkan sosok di sebelah Gista.

"Acaranya udah selesai dari jam lima tadi," tukas Mas Rayhan bersedekap. Wajah dan tubuhnya seolah mengeluarkan udara panas yang membuat sesak.

Prisa menggigit bibir. Dia mencoba mengatur napasnya yang tak keruan, tetapi usahanya gagal. Sekarang ia merasa seperti maling yang tertangkap basah sang pemilik barang.

"Ma-maaf, aku—"

"Kakak bohongin aku! Kakak jahat!" maki Gista dengan air mata berlinang, tak memberikan Prisa kesempatan untuk menjawab.

"Apaan, sih? Lo pikir Prisa temen lo doang? Dia juga punya hak untuk pergi sama siapa aja!" sanggah Kak Livi yang sekarang ikut dalam lingkaran perdebatan.

"Lo nggak usah ikut campur, deh, Liv!" bela Mas Rayhan.

Tanpa menggubris perseteruan kedua petinggi perusahaan itu, Gista masih menuding Prisa dengan telunjuk di depan matanya. "Jadi Kakak lebih pilih mereka dibanding aku? Kenapa? Padahal Kakak satu-satunya orang yang aku suka! Aku juga cuma maunya sama Kakak! Tapi Kakak malah bohongin aku! Kakak benar-benar orang paling jahat yang pernah aku temuin!"

Copycat [END]Where stories live. Discover now