Chapter Two ; School life, Bullying, and Confessing.

51 8 4
                                    



September 5, 2018. Reina's POV

Sudah hampir dua bulan sejak kepindahaku ke sini, kami berempat semakin akrab, kami sering main ke rumah masing-masing dan itu membuat orang tua kami mengenal sama lain. Uniknya, karena kita berempat berasal dari kultur yang berbeda maka makanan yang disajikan berbeda, kalau dirumah Ketut kita makan makanan khas Bali yang rempahnya mencolok dan tajam, kalo kerumahku Mama memasakkan mereka dengan makanan jepang dengan dominan shouyu dan mirin, kalo ke rumah Taina kita makan makanan latin dengan kombinasi yang pas.

Taina sudah ku ketemukan dengan Rio, hehehe. Bagian lucunya disini adalah reaksinya yang kelewat priceless. Seperti biasa, wajah cantiknya memancarkan sorot mata berbinar-binar karena dia sedang berbahagia,

'ini beneran Rio Waida kan?'

'Rio imma big fan of you'

'Rio maneuver airnya keren bangett Taina sukaaaaaaa'

'Ajari Taina maneuver kaya Rio ya'

Begitu katanya, tak ayal itu mengundang gelak tawa kami. Rio hanya tersenyum hangat dan menanggapi apa adanya. Kami hanya menggelengkan kepala sambil tertawa.

Jam 07.00 WITA terdengar suara gaduh-gaduh dari kamarku selepas kita sekeluarga sarapan, saat aku tergerak menuju kamarku untuk mengeceknya tiba-tiba,

"DASIKU DOKODESU KA REINAAAA!!!!", Teriak Ryuki dari kamar atas. 'Ya Tuhan Ryuki bukankah dasimu udah aku siapkan digantungan bersama setelan bajumu?' gadis batinku menggerutu pagi ini.

Aku langsung menuju ke kamar Ryuki, benar saja, barang yang dia maksud ternyata jatuh ke lantai dibawah gantungan baju seragamnya, aku mengambil dasinya lalu melemparkannya tepat di wajah sok garangnya itu, "kalo cari barang itu used your eyes, not with your mouth".

"Hehehehe", kekehnya bersamaan dengan cengiran kuda khasnya.

Saat aku menyambar tas dan memakai sepatu Rio menghampiriku, "Wanna berangkat with me? Mumpung aku bawa mobil", tawarnya.

Aku sempat berpikir keras tentang tawarannya. Tunggu, berangkat? Bareng Rio? Rio bawa mobil? OHHH, dia mau ke kantor, tapi kan jalurnya belok kanan aku lurus kedepan. By the way, Rio memang bekerja disebuah kantor, yaaa kantor yang menjadi sponsor tunggal untuk karir surfingnya, dia sudah menjadi bagian dari kantor itu sejak kecil, namun dia menjadi pegawai kontrak beberapa bulan yang lalu sejak dia berulang tahun yang ke 18. Hebat ya, aku iri padanya.

"Hmm, no thanks, kasihan kamu nanti kalo harus putar balik, hehehe", tolakku halus dan aku akhiri dengan kekehan.

Rio menggidikkan bahu dengan bergumam, "Yaa whatever"

Tak lama kemudian kami dikagetkan dengan suara Ryuki yang cempreng dengan berkata, "YOKK BERANGKATTT", sambal menuntun sepeda motor kesayangannya dan siap melemparkan helm hitam punyaku.

"ITTEKIMASU!!!", Teriak kami sambil melambaikan tangan ke Rio.

Rio melambaikan tangan juga lalu menjawab, "Hmmm Itterasshai kembar"

***

Jam menunjukkan pukul 07.25 WITA kurang dari 5 menit sebelum bel berbunyi. Kami tergopoh-gopoh saat memasuki kelas, Karena terjebak macet tadi dijalan, kami mencari jalan pintas bermodalkan Google Maps, beruntung skill membaca petaku baik, jadi kita tidak tersesat. Aku dan Ryuki duduk dengan formasi depan belakang, tetap aku bersama Taina dan Ryuki bersama Ketut. Taina menatapku heran tapi ia aku hiraukan, pasti dia tau jawabannya.

Chase the sunrise for us.  [Waida Brother Fanfiction]Where stories live. Discover now