Chapter 9

64 4 2
                                    

Lisa menatap bingung pada kedua anak kembarnya

Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.

Lisa menatap bingung pada kedua anak kembarnya. Sudah hampir lima hari ini mereka sama sekali tak saling berbicara bahkan bercanda. Mungkin, pemandangan Haruto yang diam merupakan sebuah hal yang biasa bagi Lisa tapi melihat si bungsu yang diam merupakan sebuah keajaiban dunia. Lisa bahkan takut anak bungsunya itu tengah sakit dan tidak mengatakannya pada Lisa.

"Jeongwoo-ya?, kau sedang sakit nak?" tanya Lisa bangkit berdiri lalu mencondongkan tubuhnya agar tangannya dapat hinggap di dahi putra bungsunya, "Tapi, suhunya normal" gumam Lisa pelan yang masih bisa tertangkap indra pendengaran si kembar.

"Aku baik-baik aja kok, bu. Kenapa memangnya?" tanya Jeongwoo menyingkirkan pelan tangan lembut sang ibu dari dahinya.

"Kamu udah lima hari tidak teriak-teriak, ibu juga lihat dari kemarin murung terus. Ada apa? Biasanya kalau ayah ada perjalanan bisnis kamu paling bahagia di Rumah" ucap Lisa.

Pasalnya sudah lima hari suaminya itu tak berada di rumah yang membuat si kembar dapat terbebas dari ruang belajar yang sangat mengerikan itu. Selama lima hari pula Lisa yang menggantikan Hanbin untuk mengantar serta menjemput anaknya ke Sekolah, Lisa bisa lebih leluasa mencurahkan perhatiannya pada si kembar. Jika Hanbin ada mungkin Lisa harus menunjukkan afeksinya secara sembunyi-sembunyi agar tidak mendapat bentakan dari Hanbin yang mengatakan bahwa ia terlalu memanjakan anak-anak.

"Sejak kapan ibu peduli dengan kami?" ucapan sinis dari Haruto membuat Lisa menolehkan atensinya pada si sulung yang masih menyuapkan makanannya tanpa melihat ke arah Lisa.

Jeongwoo melirik sinis ke arah Haruto, pria itu bahkan menggeser kursinya agar menjauh dari kakaknya itu yang tentunya membuat dahi Lisa menggerut bingung, "Gak usah ikut campur," sahut Jeongwoo pada Haruto sebelum kembali tersenyum pada Lisa, "Jeongwoo cuman lagi pusing sama tugas-tugas sekolah juga organisasi Jeongwoo bu, makannya tidak seheboh biasanya. Ibu tak perlu khawatir yah"

"Kamu," ucapan Lisa menggantung, terlalu ragu untuk bertanya tetapi rasa penasaran sudah membumbung tinggi dalam benaknya, "Kamu sama Haruto lagi bertengkar yah?" tanyanya hati-hati yang membuat Jeongwoo sedikit tersentak kaget berbeda dengan Haruto yang masih setia dengan wajah datarnya.

"Engga kok bu, aku sama Haruto-"

"Kalau kami bertengkar memang ada urusannya dengan ibu?" Haruto memotong perkataan Jeongwoo membuat pria itu makin mendelik jengkel pada kembarannya itu.

Demi Tuhan, kenapa Tuhan harus membuatnya terlahir bersama dengan sosok semenjengkelkan Haruto? Tidak bisakah ia memiliki kembaran seperti Kak Yedam yang pengertian atau Junghwan yang penurut dan mengemaskan atau jika ia mendapatkan kembaran seperti Hwang Doyoung juga tidak apa-apa. Bukan modelan seperti Kim Haruto yang kaku seperti kanebo kering.

"Ck, tak usah pedulikan dia bu. Dia berbohong"

Lisa tersenyum lembut, "Apapun masalah yang sedang kalian hadapi, ibu harap kalian akan segera menyelesaikannya. Ingatlah kalian itu saudara kembar, kalian saling terikat satu sama lain jangan lama-lama yah bertengkarnya. Selesaikan secara baik-baik"

KingdomWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu