Bab 14 ~ Janji

126 63 2
                                    

"Sudah selesai!" Rigon berseru.

Ia berdiri, merentangkan kedua tangannya dan mengangkat roda kereta ang lebar hingga setinggi pinggang, lalu melepaskannya lagi ke lantai. Suara berdebam terdengar dan roda itu tetap kokoh. Dia benar-benar kuat!

"Kuat. Aman. Beres," kata pemuda bertubuh tegap itu. "Sekarang aku tinggal memasangnya ke kereta. Pemiliknya akan mengambilnya malam ini dan kalian bisa ikut berangkat besok. Kalian puas?"

"Oke, kami puas." Drell mengangguk-angguk dengan gaya sok tahu. "Sekarang kami harus—"

"Sebentar, kalian jangan pulang dulu," Rigon berkata.

Tampaknya Tred, bosnya, baru saja memanggilnya. Dengan langkah-langkah lebar Rigon mendekati bosnya itu, kemudian membungkuk hormat pada laki-laki jangkung berjanggut tebal di sampingnya.

Drell dan Artur saling memandang heran. Tampaknya keduanya punya pertanyaan yang sama dengan Wester: siapa gerangan laki-laki jangkung itu, dan kenapa Rigon tampak begitu hormat padanya.

Jawabannya muncul begitu Rigon selesai bicara dengan kedua laki-laki dan kembali ke depan anak-anak dengan wajah berseri-seri.

"Kenapa?" tanya Artur curiga. "Kenapa tersenyum-senyum begitu?"

"Tred baru saja mengizinkan aku pergi," kata Rigon.

"Ke mana?"

"Ikut bersama Tuan Taggar, laki-laki itu, ke kota Denz. Ia sudah melihat caraku menempa besi dan ia mau menjadikan aku muridnya."

"Memangnya dia itu siapa?" tanya Drell.

"Ha? Kalian memang bodoh. Tuan Taggar itu salah satu pandai besi terbaik di negeri Haston! Kalian mengerti sekarang?"

Jadi begitulah, Wester akhirnya mengerti. Rigon sejak lama bercita-cita menjadi pandai besi, dan ia menunggu kesempatannya dengan sabar selama bertahun-tahun, dengan bekerja secara tekun di bengkel milik Tred.

Usaha dan kesabarannya membuahkan hasil karena pada akhirnya ia mendapat kesempatan. Ia bahkan tidak perlu mencari, karena pandai besi yang akan menjadi gurunya itulah yang justru mendatanginya dan melihat sendiri kemampuannya. Mungkin saja itu keberuntungan, tapi bisa jadi lebih dari itu.

Dengan pikirannya yang sederhana Wester lalu mengingat seperti apa dirinya sendiri, dan bertanya-tanya, ingin menjadi apa ia kelak. Ayahnya menginginkan ia menjadi penyihir yang hebat, dan Wester menolaknya dengan cara kabur. Tuan Buschan kemudian percaya bahwa ia akan menjadi pedagang yang hebat, dan walaupun Wester cukup menikmati satu hari ini di pasar, ia tetap belum yakin apakah berdagang adalah sesuatu yang memang ia inginkan.

Jika menjadi yang itu tidak terasa cocok dan yang ini juga belum, lalu ingin menjadi apa dia sebenarnya? Dan kalau memang belum tahu, apa mungkin ia nanti akan diberikan kesempatan emas seperti halnya Rigon?

Wester, Drell, dan Artur berjalan pulang menuju gudang tempat mereka menginap. Anggota rombongan yang pagi tadi mengantarkan barang pesanan juga sudah pulang, termasuk Mina. Mereka berkumpul untuk makan malam.

Tuan Buschan kemudian mengumumkan, besok mereka jadi melanjutkan perjalanan ke selatan, tetapi tidak lagi menuju Kota Anorr di selatan seperti rencana semula, melainkan ke arah tenggara dulu menuju Kota Tierra, di kaki Gunung Gaston.

Perjalanan ke Tierra akan menghabiskan waktu empat hari, lebih cepat daripada jika harus pergi ke Anorr terlebih dahulu. Hal ini dilakukan karena Tuan Buschan harus mengantarkan barang pesanan ke Tierra secepatnya.

Saat itulah Drell dan Artur berkata pada Tuan Buschan, bahwa mereka berniat pergi ke Barat dan karenanya tidak bisa lagi ikut bersama rombongan.

Awalnya Tuan Buschan kaget dan bertanya macam-macam, tetapi akhirnya ia mengizinkan mereka pergi dan bahkan mendoakan agar berhasil.

Valley of WizardsWhere stories live. Discover now