Bab 8 ~ Pisau Bertuah

143 64 1
                                    

Untunglah, ternyata kemudian Quino melepaskan cengkramannya.

Berarti, mungkin saja Wester telah melakukan taktik yang tepat.

Semoga.

Ia menelan ludah, lalu berusaha tersenyum.

"Baik, kalau menurutmu begitu," kata Quino. "Kamu benar-benar bisa menjaga ucapanmu, Bocah?"

"Ya."

"Yakin?"

"Aku tidak mau mencampuri urusanmu."

"Bagus." Untuk pertama kalinya, Quino mengeluarkan senyuman. Walaupun tetap belum kelihatan menyenangkan.

"Tapi, kalau boleh tahu," Wester memberanikan diri, "kenapa kamu tidak menyimpan barangmu di keretamu sendiri?"

"Memangnya kenapa?"

"Itu membahayakan diri Mina, kalau seandainya terjadi sesuatu. Mestinya kamu tidak boleh begitu."

"Anak kecil, kamu tahu apa?!"

"Apa ada orang lain yang tahu atau curiga padamu? Di rombongan ini? Kau takut dia akan menggeledah keretamu?"

Wajah Quino memucat. "Bocah, kuperingatkan ya, jangan sok pintar. Kamu bisa celaka. Ingat kata-katamu tadi, jangan ikut campur!"

"Aku tak akan membiarkan sesuatu terjadi pada Mina."

"Tidak akan terjadi sesuatu!" balas Quino. "Asal kamu bisa menjaga mulut besarmu! Mengerti?"

Wester mengangguk pelan.

"Aku mengawasimu." Quino menekan dahi Wester dengan jari telunjuknya.

Seusai melepaskan ancaman terakhirnya, Quino berjalan pergi.

Wester terdiam, lalu menghela napas. Ia mengangkat ember dan peralatan lainnya sambil termenung, berpikir masalah apa yang akan muncul gara-gara tindakannya kali ini. Ketika ia mendongak, di kejauhan tampak Mina yang berdiri di samping kereta. Gadis itu menatap lurus ke arahnya.

Ketika Wester naik ke atas kereta lalu duduk di samping gadis itu, Mina bertanya, "Ia mengancammu? Ia tahu kamu melihat barangnya?"

"Begitulah. Tapi jangan khawatir."

Mina tercenung.

"Apa sebelumnya pernah ada yang menggeledah keretanya?" tanya Wester pelan.

"Tuan Buschan pernah memeriksanya. Kelihatannya dia sempat curiga pada Quino. Tapi dia tidak menemukan apa pun."

"Kalau Tuan Buschan sekarang tahu, apa yang akan dilakukannya pada Quino?"

"Dia pasti diusir."

"Mmm ... kamu lebih suka Tuan Buschan tahu atau tidak?"

Mina menggeleng. "Quino masih tetap temanku."

Wester mengangguk mengerti, walaupun sebenarnya ia tidak yakin apakah mereka bisa dianggap sebagai teman yang baik jika membiarkan Quino terus berjualan barang terlarang seperti drakunst.

Ini seperti pesan ayahnya dulu ketika beliau memperingatkan Wester dan Cylla agar jangan coba-coba mendekati sihir hitam. Sihir tersebut awalnya tampak baik dan menarik, tapi lama-kelamaan mereka tak akan bisa lepas, dan segala hal yang sebenarnya buruk akan kelihatan normal bagi mereka.

Kejadiannya kurang lebih sama seperti saat ini. Jika mereka membiarkan teman atau saudara mereka terus terjebak di dalam hal-hal buruk, apakah mereka masih bisa disebut sebagai teman atau saudara yang baik?

Rombongan Tuan Buschan terus melakukan perjalanan hingga akhirnya sampai ke sebuah desa tepat saat matahari terbenam. Sang kepala desa mengizinkan mereka beristirahat di tanah lapang di samping desa.

Valley of WizardsWhere stories live. Discover now