Bab 9 ~ Barang Berharga

135 62 1
                                    

Wester terkejut dan cepat-cepat menarik tangannya.

Kening Mina berkerut. "Apa? Kenapa?"

"Mmm ... tidak ... tidak tahu." Wester masih kebingungan.

Mina menyeringai. "Pisau ini menggigit jari-jarimu?"

"Tidak ..." Wester termenung, sambil mengingat-ingat.

Sebenarnya, rasa hangat tadi tidak menyakitkan. Namun tetap saja, ada sesuatu yang membuatnya takut.

"Lantas kenapa? Kamu tidak berani memegangnya?" tanya Mina.

Betul. Ini konyol. Mengapa ia tidak berani? Toh itu cuma pisau.

Wester mengulurkan lagi tangannya, menyentuh pisau itu.

Kembali, rasa hangat yang sama datang menjalar ke jemarinya, lalu naik hingga ke pergelangan tangan. Napas Wester tertahan.

Tanpa disangka, tiba-tiba Mina menggenggam tangannya kuat-kuat, mencegah Wester untuk melepaskan lagi pisau itu. Sesuatu yang aneh terjadi. Wester merasakan angin bertiup perlahan, udara menghangat di sekitarnya seolah menyelimutinya. Pisau itu bergetar.

Wester berusaha melepaskan genggamannya, tapi Mina mencegah. Gadis itu menatapnya lekat-lekat. Perlahan rasa takut Wester memupus.

Mina tersenyum, terlihat pelan, sangat pelan. Seolah waktu berjalan sangat lambat. Berputar lambat dalam keheningan malam. Suara hembusan angin terdengar jelas, juga gesekan dedaunan yang berdesir perlahan.

Wester mendengar debaran jantungnya sendiri, detak demi detak.

Kemudian ia melepaskan tarikan napasnya. Dan semua hal aneh dan menggetarkan hatinya tadi buyar seketika, seolah ia baru saja terbangun mendadak dari mimpi.

Wester tersentak. Gagang pisau yang hangat masih terasa di genggamannya, tapi hanya itu. Segala hal aneh tadi tidak muncul lagi.

"Kenapa?" Mina setengah berbisik. "Kamu merasakan sesuatu?"

"Aku ..." Wester menggeleng, "belum tahu."

"Aku tahu." Mina tersenyum. "Pisau ini untukmu."

Gadis itu melepaskan genggamannya dari tangan Wester.

Wester terperangah. "Apa maksudmu?"

"Pisau ini bukan produk gagal. Ada tuah di sana, entah apa, dan itu hanya bisa dirasakan oleh orang tertentu." Mina memandangi Wester. "Penyihir semacam kamu, bukan orang biasa seperti kami."

"Aku bukan penyihir," Wester membantah.

Mina mengangkat bahu. "Terserah kamu mau bilang apa. Yang jelas pisau itu membuktikan, kalau kamu punya kekuatan sihir, walaupun kamu selalu berusaha menyangkal."

"Belum tentu tuahnya bagus atau cocok untukku. Bisa saja berbahaya! Aku perlu tahu lebih dulu siapa penyihir yang melakukan echirinst ke pisau ini, dan tuah apa yang dia berikan."

"Ya sudah, tanyakan nanti ke orang yang menurutmu tahu."

Wester termangu, sambil memperhatikan pisau di tangannya. "Benar, kamu mau memberikan pisau ini kepadaku begitu saja?"

"Kenapa tidak?"

Wester menatap gadis di hadapannya sambil menggaruk-garuk kepala. "Mmm ... karena sekarang aku sudah masuk dalam rombongan pedagang, seharusnya mulai sekarang aku juga bertindak seperti pedagang. Menukar satu barang dengan barang lain. Cara pedagang. Begitu, 'kan?"

Mina tersenyum lebar. "Biasanya sih begitu."

"Nah, sayangnya aku sekarang belum punya satu barang berharga apa pun, jadi kita bertukarnya nanti saja."

Valley of WizardsWhere stories live. Discover now