extra chapter

349 68 2
                                    

APA-APAAN INI KOK 10K READS KALIAN GILAAAAAAAAAAA. thankyou so much for reading! HADUH ga nyangka plis ini aja nulisnya pas lagi bucin banget sm kitashin WUAKAKAKAKAKAK

jadi untuk merayakan 10k reads, ada extra chapter!
(mff ak gkda buku baru gkda ide heHEHEhehHe)

EXTRA CHAPTER; START

Harumi bukanlah anak kecil lagi. Kita Harumi sudah menginjak umur tiga belas tahun. Tubuhnya yang dulu mungil kian membesar. Surainya kian memanjang. Dan, ada sesuatu yang aneh darinya kali ini; sikapnya berubah.

Kita baru saja pulang dari kerja ketika mendapati Harumi sedang berbaring di sofa. Lantas Kita menghampiri anak semata wayangnya itu. "Rumi, kenapa? Wajah kamu terlihat lesu." ujarnya sambil mengelus kepala Harumi.

Diam hanyalah jawaban gadis itu. Bingung, Kita tidak tahu harus apa selain menunggu jawaban Harumi.

"Harumi?"

Harumi tetap diam seribu bahasa.

Kita mencari cara agar ia berbicara. "Oh, dimana ibumu?" Harumi akhirnya bersuara walau pelan. "Ibu lagi pergi belanja." Sedikit demi sedikit, Harumi akhirnya membukakan diri.

"Kamu baru pulang sekolah?" Harumi jawab dengan anggukan.

"Sudah makan?" Ya, itu jawaban gadis kesayangan Kita.

"Harumi.. kamu mau cerita? Ada apa?"

Kita sebenarnya tahu, ada yang berubah dari gadis kecilnya itu. Semenjak menginjak umur tiga belas, sikapnya pada kamu dan Kita berubah. Harumi dulu yang ceria, yang proaktif, sekarang suka berdiam diri dan wajahnya lesu. Kita tidak tahu apa yang terjadi, tapi mungkin jika diinterogasi, Kita tahu yang sebenarnya.

Lelaki bersurai dwiwarna itu menebak ada sesuatu terjadi di sekolah. Alasannya ada dua; pertama, Kita tidak memantau apa yang Harumi lakukan di sekolah. Kedua,
setiap pulang sekolah, itulah ketika wajah Harumi menjadi masam. Murung tanpa alasan. Jika ditanya, aku tidak apa-apa menjadi pernyataan retoris andalannya.

Kamu juga sudah memberitahu Kita tentang Harumi dan sikapnya itu. Kalian berdua sepakat untuk menemani Harumi dan mengembalikannya menjadi ceria lagi.

"Ayah tidak memaksamu untuk cerita. Tapi, Ayah tahu kamu ada sesuatu — jika kamu cerita, mungkin kamu akan sedikit lega. Tapi, itu ada di pilihanmu." ujar Kita lembut. Ia tak mau memaksa anaknya — Nenek Yumie mengajari Kita seperti ini dan Kita mengikuti cara beliau. Generasi ke generasi.

Harumi membelalakkan mata mendengar Kita berbicara seperti itu. Si gadis berpikir ayahnya akan memarahinya karena sikapnya yang belakangan ini ganjil. Namun tidak sama sekali — rasanya... Rasanya Harumi ingin...

"Ayaaaaaaah." Air mata menetes pelan. Hidung memerah, isakan mulai terdengar. Kita terkejut dan langsung membawa gadis kecilnya ke dalam dekapan yang erat.

"Iya sayang..." Kita menepuk pelan kepala Harumi, tersenyum. Setidaknya, dengan menangis, Harumi akan merasakan lega.

Tanpa paksaan Harumi mulai bercerita. Namun karena masih menangis, Kita hanya bisa menangkap beberapa potongan cerita. "Kamu minum dulu, Rumi," Lelaki itu beranjak sebentar mengambil gelas berisi air putih dan memberikannya pada Rumi.

garden, k. shinsuke  ☑  Donde viven las historias. Descúbrelo ahora