05

751 118 11
                                    

[ 5 am in cairo — oh, the joy. ]
0:00━|━━━━━━2:57
◅◅ ▷ ▻▻

ft. illustration!
"Kamu mau minum teh bersamaku?"

Kamu terdiam seribu bahasa. Laki-laki itu menunggu jawaban sembari meminum teh di gelas putih.

"Ah, tak apa jika kamu tak mau," Kita tiba-tiba salah tingkah, "Sudah seharusnya aku tak menganggumu. Silakan lanjutkan olahragamu."

Jika mau jujur, kamu sudah cukup lelah dengan berolahraga. Desa yang kamu kira cukup kecil ternyata memang luas. Apalagi ditambah dekat dengan hutan, membuatnya semakin luas.

"Apa boleh?"

"Eh, tentu saja..?"

Kamu berjalan mendekatinya. Dengan sigap kamu duduk di sebelahnya.

"Sebentar, aku akan ambilkan gelas untukmu." Kita berlalu setelah mempersilakanmu duduk.

Selagi menunggu, netramu menatap ke luar. Matahari sudah berada di atas sana, ditemani awan-awan selembut kapas yang berusaha menutupi cahayanya. Teduh, juga jangan lupakan hawa dingin yang masih menguar di sini.

Jam yang tepat untuk meminum teh hangat.

"Maaf menunggu lama," Kita membawa gelas berisi teh hangat. "Tadi aku sempat berpikir untuk membuat tehnya di sini, tapi itu akan merepotkan." ujarnya.

Gelas kaca itu diletakkan di depanmu, kamu dapat mencium aroma teh yang kuat seketika. Uap panas menggelora di atasnya, membuat siapa saja semakin ingin meminumnya.

"Terima kasih atas minumnya."

"Hati-hati panas, ya."

Waktu seakan berjalan lambat di pagi ini. Kamu terus meminum tehmu bersama dengan Kita, sesekali melihat sekeliling. Desa yang asri, ditemani teh hangat. Sungguh perpaduan yang menggelitik.

Kamu melihat Kita sekilas. Ia meminum tehnya pelan, dengan satu tangan memegang gelas dan satu lagi menunjuk sesuatu di koran. Matanya yang coklat menatap datar berita yang tertera di sana.

 Matanya yang coklat menatap datar berita yang tertera di sana

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

drawing by : @SHINOBAEX

Sudah seperti melihat suami saja—

APA-APAAN?! Kamu mengusir pikiran aneh itu.

"Kamu kenapa, Miya-san?"

Khawatir tampak darinya, membuatmu salah tingkah. "Tidak, tidak," kilahmu.

Kamu mencoba menetralkan diri dengan menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya pelan. Tersadar akan keheningan setelahnya, kamu memberanikan diri untuk mengobrol dengan lelaki itu.

"Um, Kita-san," panggilmu, "Apa yang kamu lakukan sehabis minum teh? Kelihatannya minum teh ini salah satu kebiasaanmu."

Sebelum menjawab Kita menyeruput tehnya. "Benar. Aku meminum teh di pagi hari agar energiku tetap stabil selama aku bekerja."

garden, k. shinsuke  ☑  Where stories live. Discover now