19

649 106 20
                                    

[ the love that binds us— evan call ]
0:00━━━|━━━━3:55
◅◅ ▷ ▻▻

"Ibu, aku ingin [Name] tahu tentang Kita-san yang menunggunya."

Ibu menghela napas. Muram, beliau memijit pelipisnya. "Haah. Nanti saja, Samu-kun. Dia belum ingat, kan?"

"Iya, tapi pasti dia ingat. Aku yakin. Aku akan mencoba membuat [Name] mengingat Kita-san oleh dirinya sendiri. Agar dia tidak terkejut dengan keberadaan Kita-san."

"Terserahmu saja. Asal tidak melukainya."

Sewaktu [Name] baru siuman, Kita menelpon Osamu.
"Osamu, bagaimana kabar [Name]? Aku akan ke sana sebentar lagi. Apa dia sudah—"

"Dia sudah bangun, Kita-san."

Mendengar itu, Kita terdiam.

Setelahnya, air mata turun.

Kita tak bisa menahan tangisannya. Sudah berapa bulan ia mengharapkan agar kamu terbangun? Dua bulan yang terasa seperti dua windu.

"D-dia... sudah?" Kita tak peduli dengan orang sekitarnya yang memandangnya bingung. Kenapa tiba-tiba seorang Kita Shinsuke menangis seperti anak bayi?

"Iya, Kita-san."

"Aku harus menemuinya."

"Tapi," Osamu memotong, "Ia masih lupa denganku."

Kita tersentak mendengarnya. "Lupa? Dia hilang ingatan..?"

"Tidak juga."

"Jadi?"

"Dia hanya perlu waktu supaya dia tersadar akan masa sekarang."

"Lalu tentang kecelakaan itu?"

"Aku rasa lebih baik itu diceritakan nanti. Yang penting dia mengenali keluarga dan juga Kita-san sendiri."

Kita hanya bisa pasrah mendengarnya. "Ya sudah, aku tetap akan datang ke sana—"

"Jangan."

"Apa maksudmu, Osamu?"

"Tadi aku juga mencoba memperkenalkan diriku sendiri. Tapi yang ia rasakan justru pusing yang luar biasa — bahkan hampir memarahi semuanya karena masih kebingungan. Lebih baik nanti saja," ujar Osamu sembari memikirkan bagaimana mempertemukan kamu dan Kita di waktu yang tepat.

"Hah?"

"Iya. Butuh seminggu atau lebih agar ia mengerti, saat tubuhnya sudah stabil. Kamu mengerti maksudku, kan?"

"Aku tak boleh bertemu dengannya, begitu?"

"Ya.. begitulah. Aku akan mencari cara." Osamu tersenyum, "Tenanglah. Aku tahu kamu tak sabar berjumpa dengannya."

"Aku harus ke sana, Osamu. Aku ingin melihatnya sekarang—"

"Percayalah padaku, oke? Aku ingat, kamu sedang berada di luar negeri, benar? Selesaikan terlebih dahulu pekerjaanmu."

"Ah iya, ada perkumpulan komunitas. Tapi aku bisa batalkan kapan saja— eh."

Kita tiba-tiba bimbang. Perkumpulan ini penting. Tapi melihat kamu lebih penting.

Akan tetapi Kita benci pekerjaan yang belum diselesaikan. Jika ia tinggalkan sekarang, masalah-masalah akan terus mengikuti. Jika ia langsung ke tempatmu berada, waktunya bersama kamu akan terganggu pastinya.

garden, k. shinsuke  ☑  Where stories live. Discover now