10

509 92 16
                                    

[ i love you but i'm letting go (piano ver.) — pamungkas ]
0:00━━━━|━━━3:46
◅◅ ▷ ▻▻

Osamu dan Atsumu terkejut mendengar pernyataanmu. Mereka mematung, diam-diam melihat Kita. Saudara kembar itu tahu, senyuman yang tadi muncul di wajah laki-laki itu seketika pudar.

Dan parahnya lagi, Kita hanya menganggukkan kepala. "Iya, kami hanya teman. Oke, aku duluan, ya, sampai jumpa," ujarnya sebelum membalikkan badan dan melangkah lebih jauh.

Kamu juga entah kenapa susah sekali untuk pergi dari sana. Rasanya ada sesuatu yang mengganjal dirimu. Netramu terus mengikuti kemana laki-laki itu pergi hingga menghilang.

"[Name]-chan, kamu—"

"Sudah, yuk. Aku mau pulang." ucapmu getir, "Ibu sudah menunggu kita di rumah."

🎐

Sepanjang perjalanan, kamu hanya memikirkan kalimat-kalimat yang sudah kamu ucapkan. Pernyataan bahwa kamu dan Kita hanyalah teman, itu memang benar. Tak dapat dipungkiri lagi kalian tak lebih dari teman, untuk apa dielakkan dengan pendapat kontra?

Atsumu dan Osamu tadi juga tidak berbicara apa-apa. Sejujurnya, mereka bingung, tapi juga takut menganggumu yang sepertinya sedang banyak pikiran. Sehingga mereka berdua berjalan di belakang, tak mau menganggu momen sendiri milikmu.

Begitu memasuki rumah, kamu hanya menghela napas. Berjalan gontai ke arah kamar, padahal sudah waktunya makan malam. Ibu sudah meneriaki namamu sedari tadi namun dihentikan oleh Osamu.

"Sudah, bu, nanti saja. Dia sedang lelah," jawab Osamu pelan. Ia sungguh tak menyangka kamu yang ceria tiba-tiba berubah seperti ini.

Yang kamu lakukan di kamar hanyalah merebahkan diri di futon, menelungkupkan kepalamu ke bantal dan diam. Kesunyian ini sangatlah membantu dirimu yang tiba-tiba merasa... aneh.

Kenapa aku sendiri terus memikirkan perkataanku tadi? Itu kan, faktanya.

Hingga akhirnya kamu terlelap dan berkelana di alam mimpi.

🎐

Keesokan paginya, seperti biasa, kamu membantu ibu. Tapi perbedaannya sangat kentara dibanding beberapa hari yang lalu.

Kamu tadi terbangun menangis. Melihat ke kaca, matamu sudah sembab. Kamu melakukan apapun agar tak terlihat bengkak. Dari mencuci muka hingga menepuk-nepuk mata.

Kenapa aku menangis? Mungkin tadi aku bermimpi yang sedih-sedih.

"[Name]-chan, tolong ambilkan ibu kantong sayuran itu, nak!" Kamu melangkah ke arah kantong yang disebutkan dan memberikannya dengan lunglai.

"Terima kasih— Eh? Ada apa?" Ibu menatapmu khawatir. "Kenapa matamu bengkak?"

"Ah? Tak tahu juga, bu. Sepertinya aku bermimpi yang sedih-sedih kemarin." Suaramu sungguh serak pagi ini.

"Ah. Ibu kira kenapa. Ya sudah, kamu sarapan dulu. Ibu sudah menyiapkan teh." Hari ini Ibu bangun lebih pagi sehingga ibu membuatkan minuman favoritmu.

"Iya." Kamu duduk di meja makan. Melihat teh itu tiba-tiba saja terasa menjijikan. Kamu hanya menyeruput tehnya sedikit, lalu kembali melamun.

Kamu mempertanyakan diri sendiri kenapa kamu begini.

Osamu yang baru saja muncul melihatmu sedang menatap keluar jendela. "[Name]?"

garden, k. shinsuke  ☑  Where stories live. Discover now