"Baik, Bun. Hati-hati di jalan, ya." Keyara menggandeng tangan Arimbi dan mengantarnya hingga ke teras.

Di luar sudah ada Suyono, supir pribadi keluarga Dirgantara yang selalu siap mengantar keluarga Dirgantara ke mana pun.

Selang 10 menit kemudian, Arga pulang. Keyara heran, tak biasanya suaminya pulang lebih awal sebelum malam. Laki-laki itu tak mengucap apa pun meski Keyara sudah menyambutnya dengan senyum. Ia melangkah menuju kamar, mandi, dan setelah berganti pakaian, laki-laki itu mematung sejenak di depan cermin. Bukan untuk bercermin, tapi ada banyak hal yang ia pikirkan. Entah kenapa kata-kata Andra kembali terngiang dan ini sangat mengganggunya.

Keyara yang juga baru selesai mandi di kamar mandi yang lain masuk ke kamar dengan bathrobe membungkus tubuhnya.

Arga memalingkan wajah ke arah Keyara yang seolah membeku di tempat.

"Maaf, Mas, aku mau ganti baju dulu." Keyara merasa kikuk. Sebelumnya ia terbiasa tidur di kamar terpisah. Dan setelah tidur sekamar dengan Arga, ada banyak penyesuaian yang dilakukan keduanya. Masing-masing akan keluar kamar jika salah satu dari mereka berganti pakaian.

"Ganti saja," ucap Arga datar lalu memalingkan wajah kembali dan menatap bayangannya yang memantul di cermin.

Keyara mengernyit. Ia tak tahu kenapa Arga tak juga keluar kamar dan masih membeku di tempatnya berdiri.

"Mas ...."

"Kenapa? Kamu enggan berganti baju saat ada suamimu? Atau kamu udah biasa berganti baju di depan laki-laki lain?"

Kata-kata pedas Arga yang tiba-tiba meluncur tanpa sebab begitu menusuk perasaan Keyara. Selama ini ia menjaga kehormatannya sebagai istri meski Arga tak pernah memperlakukannya layaknya seorang istri. Namun, tiba-tiba Arga mengatakan kata-kata pedas tak berdasar.

"Maksud Mas apa? Bagaimana bisa aku berganti baju di depan laki-laki lain? Aku punya harga diri, Mas!"

Arga melangkah mendekat ke arah istrinya. Ia menelisik sosok di hadapannya dari ujung kepala hingga kaki. Ia yakin, di balik bathrobe yang istrinya kenakan, ada tubuh polos tanpa sehelai pun benang. Sesuatu yang selama ini tidak terpikirkan di benak Arga, kini mengacaukan konsentrasinya. Di usia yang sudah matang dengan status yang sudah menikah tentunya ada hasrat yang ingin Arga salurkan dengan cara halal bersama seseorang yang juga halal untuk ia sentuh. Ia pun tak ikhlas jika nanti melepas Keyara, laki-laki lain bisa menikmati tubuh Keyara sebelum ia sempat mereguk manisnya. Ego seorang pria!

"Kalau begitu silakan ganti baju!" balas Arga dengan nada yang lebih tinggi.

Keyara membeku sesaat. Selanjutnya ia melangkah melewati Arga dan mengambil baju di lemari. Ia hendak melangkah menuju kamar mandi, tapi seketika tangan Arga menariknya, merapatkan tubuhnya pada laki-laki itu.

Keyara berdebar menatap Arga dalam jarak yang begitu dekat. Laki-laki itu masih menatap tajam dengan sekelebat bayangan Andra yang mengatakan jika dia mengagumi Keyara.

"Ada hubungan apa antara kamu dan Andra?" satu pertanyaan meluncur begitu saja. Arga tak bisa menahan diri. Ia ingin memastikan jika Andra dan Keyara tak memiliki suatu hubungan.

Keyara mengernyitkan alis. Ia tak mengerti kenapa Arga membawa Andra dalam masalah mereka.

"Mas Andra? Kenapa tiba-tiba Mas Arga menyeret Mas Andra dalam masalah kita? Hubunganku dan Mas Andra sebatas wali murid dan wali kelas. Selain itu, Mas Andra ini adalah sahabat dari suamiku, jadi aku pun harus menghormatinya sebagai sahabatmu. Apa yang menjadi masalah? Ada angin apa tiba-tiba Mas Arga menyinggung Mas Andra?"

"Aku hanya bertanya. Apa itu salah?"

Keyara membisu sekian detik dengan mata yang masih menatap Arga, mencari-cari jejak penyebab Sang Suami menanyakan hal-hal yang absurd.

"Tentu salah, pertanyaan seperti itu menyinggungku sebagai seorang istri yang tidak pernah menjalin hubungan dengan siapa pun. Meski Mas Arga nggak pernah menganggapku istri, aku tahu bagaimana cara menjaga kehormatanku."

Hening ....

"Atau mungkin Mas Arga mau mencari-cari alasan penyebab perpisahan kita nanti? Mas Arga ingin terlihat bersih dengan melimpahkan kesalahan yang tidak pernah aku perbuat?"

Arga mengencangkan cengkeraman tangannya.

"Aku tidak sepicik itu. Wajar aku bertanya hal ini karena Andra diam-diam menyukaimu."

Keyara terkejut mendengarnya. Andra menyukainya? Selama ini tidak pernah ada interaksi lebih, hanya sebatas wali kelas dan wali murid.

"Dan wajar rasanya kalau aku ingin tahu apakah kamu masih suci atau tidak."

Keyara membulatkan matanya. Ini sudah kedua kali, Arga menuduhnya tidak bisa menjaga kesuciannya.

"Bagaimana bisa Mas Arga merendahkanku seperti ini? Apa perlu aku bersumpah kalau aku tidak pernah berbuat di luar batas?"

Bibir Arga terkatup, tapi tangannya tak tinggal diam. Ia buka ikatan bathrobe yang membalut tubuh istrinya. Keyara kaget bukan kepalang. Ia tak menyangka Arga berani membuka bathrobe-nya, sedangkan dirinya sama sekali tak siap untuk mencegahnya.

Kepalang basah, Arga sudah melorotkan bathrobe itu hingga luruh ke lantai. Keyara shocked, hingga ia tak tahu harus berbuat apa. Sepenuhnya ia sadar, ia tak bisa marah atau mencegah karena Arga memang berhak atasnya.

Arga deg-degan menatap tubuh indah di hadapannya yang tak tertutup apa pun. Ada gairah yang tiba-tiba melesat dan ingin ia tuntaskan bersama Keyara. Bukankah seharusnya sejak dulu, ia dan Keyara memadu kasih layaknya pasangan suami istri pada umumnya? Ia menahan mati-matian untuk tidak menyentuh Keyara karena kebencian yang terlanjur membutakan. Rasanya kali ini, Arga tak bisa menunda lagi. Ia ingin menjadi yang pertama merasakan bagaimana setiap jengkal tubuh Keyara memberikan sensasi yang berbeda.

Mata Arga terpaku pada bibir Keyara dan menurun hingga mendapati dua bagian yang begitu menggodanya untuk sekadar meremas atau menjejakkan sapuan basah lidahnya di sana. Keyara pun tak berkutik. Debaran itu seperti mengisi setiap ruang di dadanya. Apalagi saat ia menyadari netra Sang Suami menatapnya begitu intens seakan merinci detail bagian tubuhnya satu per satu.

Arga mendekatkan wajahnya hingga bibirnya menempel di telinga istrinya.

"Aku ingin membuktikan sendiri, kalau kamu memang benar-benar menjaga kehormatanmu hanya untukku." Arga berbisik lirih, tapi tangan itu terus menjelajah ke setiap jengkal tubuh istrinya.

Keyara seakan mati di tempat. Jantungnya seolah berhenti berdegup. Debaran di dada Keyara bisa Arga rasakan. Hal ini kian melambungkan hasrat Arga yang selalu ia tahan ketika tengah berdua bersama Keyara.

Tanpa Keyara siap, bibir Arga sudah lebih dulu memagutnya. Keyara yang belum berpengalaman terhanyut dengan suasana romantis itu hingga ia pun memejamkan mata.

Keintiman yang tertunda setahun ini hampir terbangun sebelum akhirnya mereka menyadari ada deru mobil memasuki pelataran dan berhenti di sana. Arimbi kembali lagi? Atau ada yang lupa ia bawa? Seketika kedua insan itu salah tingkah dan kelimpungan menetralkan gemuruh di dada yang berkecamuk tak tentu arah.

******

Pendek dulu ya, hari ini udah aktif kerja. Insya Allah bakal rutin cerita ini dan DPD3 dulu ya.

Behind the TearsWhere stories live. Discover now