"Shotaro, ada yang nguping tuh."

Woobin panik. "Mampus..."



























































































Yoshi itu suka minum kopi di pagi hari di teras rumahnya. Sambil minum kopi, dia melihat jalan depan rumahnya yang selalu dilewati kucing jalanan. Saat ada kucing lewat, Yoshi memanggil kucing tersebut dan memberinya makan. Yoshi juga membiarkan kucing jalanan yang lewat tinggal di rumahnya─bila si kucing mau.

Dia kan jarang di rumah, jadi Jihoon yang mengurus kucing-kucing tersebut. Beberapa bulan belakangan, Yoshi memilih tinggal di rumahnya selagi masalah teman-temannya belum selesai.

Kemana dia? Kepo xixixi.

Karena Yoshi orangnya soptie, kucing jalanan yang merusak tanaman hias di rumahnya tidak dimarahi. Berbeda dengan Jihoon yang langsung misuh-misuh karena bunga kesayangan ibunya ditabrak kucing sampai mleyot. Tidak sampai dipukul atau ditendang kok, Jihoon mana tega melakukan itu. Kucing kan hewan lucu, seperti aku, gak.

Sambil memperhatikan anak kucing di dekat kakinya, Yoshi memikirkan teman-temannya. Tumben sekali tidak ada kabar sama sekali, mereka semua pada kemana? Kalau Jihoon ada di rumahnya, tuh orangnya lagi menjemur jaket yang baru saja dicuci.

Kalau diajak jalan Jihoon tidak pernah mengeluh soal jaket, jaket dia banyak, bermacam-macam jenis pun ada. Tapi warnanya hanya satu, yaitu hitam.

"Daripada ngeliatin gue begitu, mending lo bantuin gue potong rumput habis ini!" Seru Jihoon sambil menyibak jaketnya agar cepat kering.

"Lagi gak mood, Ji. Sorry ya, kalau besok gue mau!"

Jihoon mendengus. "Suara lo kurang kenceng, Yosh. Teriak ngapa teriak!"

Sabar, Yoshi, masih pagi harus sabar. Awali harimu dengan menyenangkan, masa iya pagi-pagi harus adu mulut dengan Jihoon? Tidak akan ada habisnya.

"Jihoon!"

"Apaan?!"

"Ada kabar tentang Yoonbin?"

"Gak ada!"

"JIHOON! UNANG GENSOR!"

"IYA, OMAK!"

Yoshi terkekeh geli, sudah biasa ia mendengar Ibu Jihoon menegur anaknya dengan cara berteriak seperti itu.

Dia jadi rindu ibunya, kira-kira apa kabar ya?

"Yoshi, ayok jalan!" Ajak Jihoon seraya membuka pagar rumahnya.

"Tumben gak pake jaket," celetuk Yoshi sambil mengunci pintu, lalu menghampiri Jihoon.

"Ya ilah, cuma deket sini mah gak perlu pake. Sesekali kaosan doang. Tumben lo gak pake baju andalan lo?"

"Kotor, Ji. Kalau mau nyuciin sih gak apa-apa."

"Sialan lo, ogah."

Baju andalan Yoshi yang dimaksud Jihoon adalah jaket bomber hitam dengan logo petir, kaos hitam bertuliskan bahasa Jepang yang tidak Jihoon mengerti, dan celana ripped jeans.

Kata legend pun keluar. Ganteng njir.

"Omong-omong, lo lagi banyak pikiran, ya?" Tanya Yoshi tiba-tiba.

Hal itu membuat Jihoon diam. Apa yang terjadi di rumah Yoshi kemarin masih teringat jelas di kepala. Dia ingin bertanya, tapi dia takut Yoshi menganggapnya berhalusinasi.

Bodo amat, dia tanya saja. Daripada penasaran dan menganggu pikirannya.

"Yosh, di ruangan yang lo larang masuk ada apaan?"

Yoshi berhenti berjalan, menoleh cepat ke Jihoon. Tidak ada senyuman di wajahnya, raut wajahnya sulit ditebak. Jihoon jadi takut.

"Ngapain masuk kesana?"

Jihoon terkejut, padahal dia belum bilang loh, kok Yoshi tahu?!

"Sebelum Junkyu meninggal, dia sempet nyebut nama lo, itu berdasarkan kesaksian warga setempat. Gue masuk ke rumah lo karena gue sedikit curiga, gue masuk ke ruangan itu karena ruangan itu yang paling mencurigakan," jelas Jihoon.

"Terus menurut lo sopan masuk ke rumah orang tanpa izin?"

Jihoon merinding, kenapa Yoshi jadi seram begini sih? Salah sendiri masuk ke rumah orang sembarangan.

"Lo liat apa?" Tanya Yoshi mendekatkan posisinya.

Tanpa sadar Jihoon mundur perlahan. "G-gak liat apa-apa."

"Gue tau lo bohong."

"Ada tangan tahan gue supaya gak pergi!"

Yoshi berhenti, Jihoon diam. Duh, kenapa keceplosan sih?!

Tiba-tiba, Yoshi tertawa menyeramkan. "Lo udah tau ya..."

Sial, Jihoon menyesal mengajak Yoshi jalan pagi.

Ting!

Pesan masuk di ponsel Jihoon membuat Yoshi tertawa, pemuda itu mengisyaratkan untuk segera membuka pesannya.

Jihoon mengangguk kaku, dengan cepat membuka password ponselnya, lalu membuka aplikasi Garis berwarna hijau putih dan membuka pesannya.




Yangyang
|Ji...
|Chani ditemuin tewas
  di depan rumahnya
|lagi-lagi tabrak lari




Kedua mata Jihoon membola.




Hah?! Kok bisa?!|

Yangyang
|gue dapet kabar dari
  Hyunjin. Katanya dia
  liat Chani debat sama
  orang, habis itu ada
  mobil lewat dan tabrak
  Chani

Ketabrak doang kok|
bisa mati?!|

Yangyang
|di bagian depan mobil
  yang tabrak Chani ada
  besi tajem, Ji
|perut Chani ketusuk
  sampe pinggangnya
|Cepet dateng, Soobin
  sama Sanha udah disini




"Kenapa?" Tanya Yoshi penasaran

"Chani meninggal, tabrak lari."

Drrt!

Ponsel Yoshi bergetar, tanda ada panggilan masuk. Jihoon yang kepo mengintip sedikit, yang menelpon adalah Renjun.

"Lo punya nomornya Renjun?"

"Iya? Kenapa?" Balas Yoshi heran lalu mengangkat panggilan. "Halo? Ada apa?"

"Lo dimana?!"

"Err... lagi jalan aja di sekitar rumah, kenapa emangnya? Kok ada suara ribut?"

"Shotaro berantem sama Woobin! Dia gak berhenti dan gak nurut sama gue. Cepet dateng! Woobin bisa mati kalau dipukulin terus sama Shotaro, Yoshi!"

LI(E)AR | 00 Line ✓Where stories live. Discover now