PROLOG

13 1 0
                                    

Kabar terbaru datang dari salah satu model ternama Indonesia, OL (30) yang diamankan pihak kepolisian bersama kekasihnya BE (30) di apartemennya pada Kamis malam. Pihak kepolisian menggeledah rumahnya usai mendapatkan laporan dan menemukan barang bukti berupa satu klip narkoba jenis sabu-sabu dengan berat 1,05 gram beserta alat hisap sabu-sabu. Setelah dilakukan penyelidikan kedua pihak telah mengaku dan kini akan menjalani masa rehabilitasi–

Nina mematikan televisi yang berada di ruang tengah apartemennya kemudian mengangkat teleponnya yang sejak tadi terus berbunyi tanpa henti, "Kanina Tjandra, dimana kamu?! Chat kamu semalam benar-benar gak lucu! Kamu gak benar-benar ada di Indonesia kan?!" suara perempuan terdengar dari ponselnya karena Nina mengaktifkan mode loudspeaker.

"Aku ada di apartemen dan gak punya cash. Tolong bawain sarapan ya, Al. Aku kangen bubur di seberang kantor kamu. Thanks." Tanpa menunggu balasan, Nina langsung mematikan panggilan dan kembali sibuk menggambar bangunan pencakar langit Jakarta dari jendela apartemennya.

Kanina Tjandra benar-benar tidak bisa tidur sejak dini hari tadi karena jet lag yang ia alami setelah mendarat tadi malam dari New York. Sejak subuh tadi yang ia lakukan hanya berbaring di sofa ruang tengahnya sambil menonton series Netflix hingga pagi ini ia memutuskan untuk mengambil buku gambar dan duduk menghadap jendela lebar yang ada di ruang tengah apartemennya kemudian mulai menggambar bangunan besi bertingkat yang menutupi langit biru Jakarta pagi ini.

Entah seudah berapa lama ia duduk diam, tiba-tiba bel pintu apartemen berbunyi, menghentikan kegiatan menggambarnya. Nina bangkit dari duduknya kemudian berjalan menuju pintu utama, "What the hell are you doing here right now?" Seorang perempuan menerobos tepat ketika Nina membukakan pintu apartemennya.

"Good morning, Alana. I missed you too," kata Nina sarkastik. Mengabaikan sindiran Nina, Alana berjalan masuk ke dapur kemudian mengeluarkan seluruh isi plastik tersebut.

Nina baru akan membuka tutup kontainer berisi bubur ketika tangannya di pukul oleh Alana, "Ouch! What is wrong with you?" kata Nina cemberut sambil mengusap tangannya yang baru saja dipukul.

"Really!? What is wrong with me? Nina, kamu yang tengah malam, no, maksudku subuh tadi mengirimkan pesan yang ketika aku baca di pagi hari cukup membuat aku hampir jantungan. Dan sekarang kamu tanya ada apa denganku!?"

Nina memutar bola matanya malas, "Easy girl. Kamu pagi-pagi berteriak seperti itu benar-benar gak baik terhadap kesehatan telingaku, tau gak."

Alana merasa emosinya sudah berada di puncaknya pagi ini. Alana Widjaja ketika bangun di pagi hari yang cerah ini berharap kalau hari ini bisa berjalan dengan baik. Tetapi disinilah ia, di apartemen Nina—sahabatnya sejak bayi, berusaha untuk tidak meledakkan emosinya di hadapan Nina.

Alana menghembuskan napasnya dengan keras, berusaha setidaknya meredam sedikit emosinya, "Seriously Nin, what happen? Kenapa kamu tiba-tiba bisa ada di Indonesia, hm?"

Nina yang akhirnya berhasil membuka tutup kontainer pun mulai mengaduk buburnya, "Tidak ada apa-apa. Aku baik-baik saja," Alana menyipitkan matanya tidak percaya dengan kata-kata Nina barusan, "Bohong."

Nina seketika gugup berada di bawah tatapan tajam sahabatnya. Dirinya berusaha untuk tidak menatap mata Alana dan menunduk sambil menyuap sesendok buburnya, "Kanina," Alana memanggil dengan suara selembut mungkin agar Nina mau menatapnya.

"It's fine, you can talk to me."

Nina kemudian menunduk lalu dengan cemberut berkata, "Aku sekarang pengangguran," Alana mengerutkan dahinya tidak mengerti, "Hah? Apa maksudmu?"

Nina hanya diam sambil mengaduk-aduk buburnya malas, "Kanina, apa maksudmu dengan pengangguran? Seminggu yang lalu kamu baru saja bilang kalau Harper's sedang sibuk-sibuknya dengan New York Fashion Show, kan? Kamu juga bilang Nancy benar-benar gak memberi kamu waktu bahkan untuk istirahat. Lalu kenapa kamu tiba-tiba ada disini?" Alana bertanya dengan heran.

"Bagian mana dari kata-kataku yang kamu tidak mengerti, Al? Aku pengangguran, Tidak ada lagi Nancy si wanita iblis yang sadis dan tidak berperikemanusiaan itu. Sudah cukup ia menjadikan aku budaknya. Aku tidak akan mau kembali bekerja dengannya."

Alana mengerutkan dahinya benar-benar tidak percaya. Nancy White adalah editor-in-chief di Harper's Bazaar. Wanita berumur itu merupakan editor yang paling disegani di New York. Hanya saja Nancy tidak dibekali dengan perilaku yang baik, seperti kata Nina, Nancy si wanita iblis yang sadis dan tidak berperikemanusiaan.

"Did something happened?" Nina hanya menggeleng tidak mau bersuara. "Nina, please, apa yang terjadi sebenarnya? Tolong jangan buat aku mati penasaran."

"I'm screwed, Al," Nina menatap Alana dengan mata yang berair, "Nancy is a real bitch. Dia mempermalukan aku di after party dinner, dan mengataiku sebagai a shallow idiot" sekarang Nina mulai menangis seperti anak kecil.

"Well, we all know she doesn't have a kind attitude toward her employees, tetapi kamu benar, Nancy is a real bitch. Bagaimana bisa ia mengataimu seperti itu setelah pengabdianmu selama 7 tahun ini?!" Alana yang mendengarkan cerita Nina ikut emosi dengan kekejaman Nancy pada bawahannya.

"Lalu apa yang kamu katakan padanya? tanya Alana, "Well, ketika aku mengantarnya pulang, didepan rumahnya aku mengatakan kalau aku memang a shallow idiot karena masih mau bekerja dengan seorang iblis. Setelah itu aku kembali ke apartemenku untuk menulis surat pengunduran diriku sebelum ia yang memecatku."

Alana mengangguk puas dengan tindakan Nina, "She deserve that, setelah apa yang ia lakukan padamu selama kamu bekerja dengannya," ia lalu bertanya lagi pada Nina, "Lalu apa yang mau kamu lakukan sekarang?"

"I don't know."

Perempuan itu mengganti pertanyaannya, "Jadi apa rencanamu di Indonesia?"

"I don't know."

Nina terlihat seperti hilang arah saat ini. Ia sama sekali tidak menyesali keputusannya untuk mengatai Nancy iblis di hadapannya lalu mengajukan surat pengunduran diri. Hanya saja ia melakukan semuanya dengan impulsif akibat emosi semata, tanpa membuat perencanaan untuk kehidupannya selanjutnya. You really and idiot, Nina.

Nina mendengar Alana mendesah pasrah. Nina menatap perempuan yang sedang duduk dihadapannya dan tengah memakan sarapannya dengan santai. Dirinya berpikir keras bagaimana caranya memanfaatkan temannya ini untuk kelangsungan hidupnya disini. Well, Nina tidak bekerja pun sebenarnya tidak masalaha, tabungan dan nama belakangnya sudah cukup untuk membiayai gaya hidupnya yang tinggi. Tetapi Nina butuh pengalihan. Ya, agar ia tidak gila hanya berdiam diri di apartemennya.

"Alana Widjaja,"

Nina memanggil Alana dengan nama lengkapnya, membuat wanita itu mendongak menatap Nina menunggunya melanjutkan perkataannya.

"Tolong carikan aku pekerjaan, ya?" 

Don't Mess With The DrummerWhere stories live. Discover now